Siapa pun yang Menyakiti Kami Akan Dihukum Mati

PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu telah mengeluarkan peringatan kepada Hizbullah dan para pejuangnya, akan ada hukuman mati untuk siapa pun yang menyerang mereka. Peringatan ini dilontarkan usai kelompok bersenjata tersebut menembakkan 200 roket dan drone ke Israel utara.

Ratusan ini merupakan bentuk tanggapan atas pembunuhan militer Israel terhadap seorang komandan senior Hizbullah di Lebanon selatan, yaitu komandan kehormatan, Mohammed Khaasab.

Tepatnya Kamis, 4 Juli 2024, Kelompok Hizbullah melancarkan serangan besar-besaran yang terdiri dari hampir 200 roket, rudal, dan drone, di Israel utara, termasuk Dataran Tinggi Golan dan wilayah dekat Laut Galilea.

Meskipun komandan mereka terbunuh di Lebanon, Hizbullah mengatakan Mohammed Khaasab sejatinya sudah syahid di jalan menuju Yerusalem. Ini dinilai sebagai sinyal bahwa tujuan utama kelompok tersebut ialah menaklukkan Yerusalem.

“Serangkaian respons sedang berlangsung dan akan terus berlanjut, menargetkan situs-situs baru yang tidak pernah dibayangkan musuh (Israel),” kata Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Hashem Safieddine.

Israel diprediksikan melancarkan perang habis-habisan terhadap Hizbullah sehingga kemungkinan besar 80.000 warga mereka mesti dievakuasi kembali ke rumah di utara.

“Kami tahu jalan yang harus ditempuh masih panjang, namun kami bertekad untuk memulihkan keamanan di wilayah utara dan memulangkan penduduk dengan selamat ke rumah mereka,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membalas pernyataan rencana serangan Hizbullah.

Ultimatum Hukuman Mati Netanyahu

Ketika perang semakin dekat, Hizbullah dan Iran, pelindungnya, mengancam akan melenyapkan Israel.

Menanggapi hal tersebut, Netanyahu mengeluarkan tanggapan keras. Dia memperingatkan, “kami menetapkan prinsip, siapa pun yang menyakiti kami akan dihukum mati. Kami mempraktikkannya.”

Di sisi lain, Hamas telah membuat beberapa amandemen terhadap usulan kesepakatan gencatan senjata yang bisa membebaskan banyak sandera yang kini ditawan di Gaza.

Perubahan tersebut cukup bagi Israel untuk mengirim tim perunding memperbarui perundingan gencatan senjata, namun ada laporan yang bertentangan mengenai apakah Hamas siap menyetujui kesepakatan tanpa mengakhiri pertempuran secara permanen dan pemindahan seluruh pasukan Israel dari Gaza.

Netanyahu bersikeras Hamas lah yang memicu kesepakatan tak kunjung mufakat dalam gencatan senjata tersebut. ***