Seteru Sengit Prabowo Vs Anies di Debat Capres, Apa Pemicunya?

9 January 2024, 9:53

Jakarta, CNN Indonesia — Perdebatan calon presiden Anies Baswedan dan Prabowo Subianto di panggung debat yang digelar KPU tampak panas sejak kali pertama.
Pada debat pertama yang bertema hukum, HAM, dan pemerintahan, Anies menyinggung soal pelanggaran etika berat yang dilakukan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK).
Pelanggaran etika berat itu bertalian dengan putusan syarat usia calon wakil presiden yang akhirnya membuat Gibran Rakabuming Raka bisa mendampingi Prabowo. Anies juga mengatakan ada masalah dalam demokrasi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prabowo pun menjawab persoalan etika di MK sudah selesai. Menurutnya, apa yang dilakukannya dengan menggandeng Gibran tak bermasalah secara hukum. Prabowo juga mengungkit dukungannya untuk Anies di Pilkada DKI Jakarta 2017.
Pada debat capres berikutnya yang digelar Minggu (7/1), Anies dan Prabowo pun tampak berkonfrontasi. Anies kembali menyinggung soal etika sebagai pemimpin.

Menurut Prabowo, Anies tak pantas berbicara soal etika. Ia juga menyindir Anies sebagai sosok yang asal bicara tanpa data dan ambisi menggebu. Menteri Pertahanan itu menilai Anies terlalu teoritis, terutama terkait beberapa permasalahan keamanan yang masih dihadapi Indonesia.
Prabowo sejak debat pertama juga mengeluarkan seloroh yang kontroversial kepada Anies. Mulai dari ‘sorry ye’ pada debat pertama hingga ‘omon omon’ pada debat kedua akhir pekan lalu. 
Bahkan, di luar panggung debat, Prabowo sempat menyebut ‘etik endasmu’ yang kemudian diklarifikasi sebagai sebuah lelucon internal.
Saling serang antara Anies dan Prabowo di debat Pilpres 2024 terjadi karena perbedaan narasi yang diusung keduanya.
Demikian menurut pandangan Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro.
Anies membawa narasi perubahan, sementara Prabowo membawa narasi keberlanjutan.
“Dua orang yang berbeda ini akhirnya mengalami benturan atau konfrontasi, sehingga memang di debat pertama dan debat ketiga hal itu mengemuka dan mengkristal. Sehingga memang ada yang baper, dua-duanya baper,” kata Agung kepada CNNIndonesia.com, Senin (8/1) malam.
Agung menyebut hubungan Anies dan Prabowo saat ini tidak baik-baik saja. Hal itu terlihat dari sikap Prabowo tidak bersalaman dengan Anies usai debat ketiga Pilpres 2024 akhir pekan lalu.
Selain itu, kata dia, perseteruan antara Anies dan Prabowo juga disebabkan faktor elektoral. Berdasarkan beberapa survei, elektabilitas Prabowo-Gibran lebih unggul dari Anies-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Agung berpendapat Prabowo ingin agar Pilpres 2024 berlangsung satu putaran. Namun, Anies ingin memastikan pilpres berlangsung dua putaran, sehingga ia menyerang Prabowo dengan tujuan bisa mendongkrak suara elektoralnya.
“Sehingga arahan paling konkret dan yang paling jelas adalah ‘menyerang’ Prabowo bertubi-tubi untuk memastikan ada insentif elektoral yang bisa dia terima agar peluang pilpres dua putaran semakin besar,” ujarnya.
Menurutnya, Anies memang sengaja melupakan utang budi politik terhadap Prabowo di Pilkada DKI 2017. Sebab, jika itu dibawa-bawa, maka Anies tidak maksimal dalam berkompetisi di Pilpres 2024.
Agung berkata respons dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran atas serangan Anies pascadebat turut menjadi penentu. Menurutnya, jika TKN tak menyikapi serangan Anies dengan baik, hal itu akan menjadi insentif elektoral bagi Anies.
“Kalau misal timnya Prabowo bisa mengolah itu dengan bijak ya maka bisa menjadi insentif juga bagi Prabowo karena bisa arahannya Prabowo dizalimi misalkan oleh Anies,” katanya.
Agung menyampaikan berdasarkan temuannya di berbagai platform sosial media, Anies mendapat sentimen positif usai debat ketiga Pilpres 2024. Sentimen itu lebih besar dibandingkan Ganjar dan Prabowo.

Pilihan publik bisa bergeser

Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul berpendapat serangan Anies ke Prabowo secara bertubi-tubi karena elektabilitasnya rendah di berbagai survei.
Sementara elektabilitas Prabowo selalu unggul. Prabowo juga mendapat dukungan dari kekuasaan, yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang merupakan ayah Gibran. Karena itu, kata dia, wajar Anies menjadikan panggung debat untuk menyerang Prabowo.
“Ini adalah kekuatan besar yang harus ‘dihajar’ karena bagi Anies dari berbagai survei juga nilainya kecil. Seolah-olah ini adalah batu sandungan terbesar,” ujarnya.
Ia menyebut Anies tahu persis kelemahan Prabowo. Anies berhasil membuat Prabowo emosional, sehingga pembahasan mengenai pertahanan, keamanan, geopolitik, dan hubungan internasional tak menyentuh esensi.

Padahal, semestinya Prabowo sebagai Menteri Pertahanan menguasai tema tersebut.
“Anies menurut saya pintar dihajar dulu dari sisi psikologis secara personal, di situlah saya kira kepancing emosionalnya Pak Prabowo yang saya lihat secara verbal maupun non verbal itu jelas Pak Prabowo terganggu dan akhirnya dia merasa diserang secara personal,” ucap Adib.
Namun, Adib menilai pernyataan Anies yang menyebut Prabowo memiliki lahan lebih dari 340 ribu hektare offside. Ia menilai hal itu di luar konteks pembahasan mengenai pertahanan.
“Di situlah kental dengan serangan pribadi,” katanya.
Adib mengatakan ketidaksukaan Prabowo terhadap serangan-serangan Anies terlihat dari beberapa kosa kata yang dilontarkan seperti ‘omon-omon’ dan ‘Pak Anies, Pak Anies’.
Adib pun mengatakan saling serang antara Anies dan Prabowo berdampak pada elektoral. Pemilih rasional yang menganut adat ketimuran bisa bergeser dari Anies lantaran telah menyerang ranah pribadi Prabowo.
“Akhirnya kan publik melihat bahwa ini adalah sentimen pribadi. Untung saja Pak Prabowo tidak ngucap balik lagi misalnya, ‘Anda ini kan penghianat’. Nah, ini akan menjadi debat kusir akhirnya,” ujar dia. (lna/tsa)

[Gambas:Video CNN]

Partai

Institusi

K / L

,

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi