Prabowo dan Jokowi Satu Kubu, Tim Transisi Dinilai tidak Dibutuhkan

28 February 2024, 10:30

Paslon capres dan cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menyampaikan pidato kemenangan menurut quick count dihadapan pendukungnya di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/2024). Berdasarkan quick count atau hitung cepat yang dilakukan Poltracking Indonesia dan Charta Politika pada Rabu pukul 20.15 dengan jumlah total suara sementara yang masuk sebesar 90 persen, Prabowo-Gibran unggul dengan memperoleh 59,22 persen suara disusul Anies-Muhaimin 24,43 persen suara dan Ganjar-Mahfud 16,35 persen suara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, mengatakan Prabowo Subianto bila sudah resmi menyandang status sebagai presiden terpilih, tidak memerlukan tim transisi. Menurut Dedi, Prabowo dan Presiden Joko Widodo sudah berada di dalam kubu yang sama. Apalagi Wakil Presiden pendamping Prabowo adalah Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra sulung Presiden Jokowi. “Tim transisi tidak diperlukan jika memang Prabowo dinyatakan menang, hal ini mengingat Jokowi adalah bagian dari mentor kampanye dan pemenangan Prabowo, sekaligus keluar cawapres Gibran, artinya pemerintahan yang ada saat ini akan secara adaptif menyambung ke pemerintahan berikutnya,” kata Dedi, kepada Republika, baru-baru ini. Dedi melihat gagasan dan visi misi yang dibawa Prabowo selama masa kampanye lebih banyak mereplika gagasan pemerintahan Jokowi. Karena memang kata dia gagasan yang dibawa Prabowo-Gibran adalah keberlanjutan dari pemerintahan sebelumnya. “Terlebih, Prabowo juga tidak terlihat miliki agenda fundamental dalam pemerintahannya selain mereplikasi gagasan dan kerja Jokowi,” ucap Dedi. 

 

Diketahui pasca Pemilu 2014 lalu, Tim Joko Widodo-Jusuf Kalla yang menang Pilpres membentuk tim transisi. Tim ini menyiapkan transisi pemerintahan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo.Saat itu, tim transisi diketuai oleh Rini Soemarno. Beberapa deputi tim transisi ketika itu adalah Andi Widjayanto, Hasto Kristiyanto, Anies Baswedan, dan Akbar Faizal. Dan yang menjadi tim penasehat adalah Luhut Panjaitan, Hendropriyono, Hasyim Muzadi dan Syafii Maarif.