Korban Tewas, Gencatan Senjata & Saudi vs Israel

1 March 2024, 6:30

Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan Israel di Gaza masih terus terjadi. Negeri Zionis belum juga menghentikan perangnya di wilayah kantong Palestina itu.
Dalam update terbaru Kamis (29/2/2024) hingga Jumat (1/3/2024) sejumlah hal terjadi. Berikut rangkuman CNBC Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Korban Tewas di Gaza Tembus 30.000 Orang
Serangan Israel ke Jalur Gaza telah memakan korban tewas sebanyak 30.000 orang. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas menegaskan hal tersebut pada Kamis waktu setempat.
“Jumlah korban tewas melebihi 30.000 orang,” kata pernyataan kementerian, seperti dikutip AFP.
Kementerian tersebut juga menambahkan bahwa jumlah korban tersebut mencakup sedikitnya 79 kematian yang dilaporkan dalam semalam. Di sisi lain warga Gaza kini dilanda kelaparan hebat dan gencatan senjata baru belum memperlihatkan kejelasan.

Kelaparan Hebat Serang Warga Gaza
Warga Gaza kini secara sistematis diserang kelaparan. Mereka pun mencari sisa makanan untuk mengisi perut.
Menurut laporan Al-Jazeera, selama beberapa hari terakhir, warga Palestina dari utara berkumpul dalam kelompok besar menunggu truk bantuan di Jalan Salah al-Din dekat Kota Gaza. Namun kala itu, mereka terus ditembaki pasukan Israel.
Baru-baru ini, truk yang seharusnya mengantarkan bantuan kepada masyarakat di Gaza, tragisnya harus mengangkut korban luka dan tewas. Situasi ini menjadi semakin buruk bagi masyarakat yang putus asa dan menderita kelaparan akut karena sangat kekurangan makanan dan pasokan medis.

Di sisi lain, laporan lain Al-Jazeera juga memperjelas bagaimana warga Gaza yang menunggu bantuan harus mendapat serangan mematikan militer Israel. Sekelompok orang yang menunggu bantuan pangan mengatakan mereka menjadi sasaran kekerasan ketika mencoba memberi makan keluarga.
“Kami datang ke sini untuk mendapatkan bantuan,” kata seorang warga Palestina kepada Quds News Network setelah serangan di Jalan al-Rashid, barat daya Kota Gaza, yang menewaskan dan melukai puluhan warga sipil.
“Saya sudah menunggu sejak kemarin. Sekitar pukul 04.30 pagi ini, truk mulai lewat. Begitu kami mendekati truk bantuan, tank dan pesawat tempur Israel mulai menembaki kami seolah-olah itu adalah jebakan,” kata pria tersebut.
Ia pun memberi pesan ke negara-negara Arab. Menurutnya sebaiknya negara kawasan tak usah memberi bantuan jika akan membuat warga Gaza terbunuh.
“Kepada negara-negara Arab saya katakan, jika Anda ingin kami terbunuh, mengapa Anda mengirimkan bantuan? Jika ini terus berlanjut, kami tidak ingin ada bantuan sama sekali,” katanya.
“Setiap konvoi yang datang berarti pembantaian lagi,” tegasnya.
“Banyak pemuda dan pemudi tewas dan banyak lagi yang terluka ketika mereka hendak menerima bantuan. Masuk akal, jika bantuan diberikan, gencatan senjata harus dipatuhi. Hal ini tidak terjadi di lapangan… ini adalah kejahatan, ini adalah dosa,” isaknya.
Update Gencatan Senjata Gaza

Sementara itu, gencatan senjata baru di Gaza masih terus dibahas. Sinyal baru diberikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Dari laporan Al-Jazeera diketahui delegasi Israel dan Hamas berada di Qatar minggu ini untuk mencoba membahas rincian potensi jeda pertempuran di Gaza selama enam minggu. Hamas disebut sedang mempertimbangkan proposal Israel- yang dimediasi oleh Mesir, Qatar dan AS -yang akan menghentikan pertempuran selama 40 hari.
“Hal ini akan memungkinkan bantuan masuk ke Gaza, serta pembebasan sekitar 40 tawanan yang ditahan oleh Hamas dengan imbalan sekitar 400 tahanan Palestina di Israel,” tulis media itu.
Meski begitu, menurut kepala hubungan politik dan internasional Hamas, Basem Naim, belum ada optimisme yang di dapat dari pembicaraan. Ini membantah pernyataan Biden yang menyebut kemungkinan pembicaraan akan segera membuahkan hasl.
“Kesenjangan masih lebar,” tegasnya,
Ketua Hamas Ismail Haniyeh sebenarnya mengatakan kelompoknya menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasinya dengan Israel. Namun siap untuk terus berperang jika diperlukan.
Sementara Perdana Menteri (PM) Israel Netanyahu mengatakan Hamas berada di “planet lain”. Tetapi jika mereka “berhasil dalam situasi yang wajar, maka akan ada kesepakatan penyanderaan”.
Houthi “Bawa Gaza” ke Laut Merah
Kelompok Houthi di Yaman mengatakan mereka hanya dapat mempertimbangkan kembali serangan rudal dan drone mereka terhadap pelayaran internasional di Laut Merah. Namun mereka memberi syarat Israel harus mengakhiri agresinya di Jalur Gaza.
Juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam mengatakan hal itu kepada Reuters dalam sebuah wawancara. Ditegaskannya bahwa situasinya akan ditinjau kembali jika pengepungan Gaza berakhir dan bantuan kemanusiaan bebas masuk.
“Tidak akan ada penghentian operasi apapun yang membantu rakyat Palestina kecuali ketika agresi Israel di Gaza dan pengepungan berhenti,” katanya.
Diketahui Houthi terus menyerang wilayah dengan 12% jalur logistik tersebut itu sejak November 2023. Tak hanya kapal terkait Israel, kapal terkait Barat seperti AS dan Inggris juga dijadikan sasaran seiring serangan keduanya ke basis Houthi di Yaman untuk mengendalikan kelompok tersebut.
Namun serangan Houthi terus berlanjut. Sebuah kapal curah milik Yunani berbendera Kepulauan Marshall pada hari Selasa melaporkan bahwa sebuah rudal menghantam perairan 3 mil laut dari kapal tersebut, yang terletak 63 mil laut barat laut Hodeidah, Yaman.
Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) juga mengirimkan peringatan tentang insiden tersebut. Badan itu menambahkan bahwa awak dan kapal dilaporkan selamat dan melanjutkan ke pelabuhan berikutnya.
Peristiwa itu diyakini terkait serangan balasan ke AS dan Inggris. Malam sebelumnya kedua negara bersama-sama melancarkan dua serangan udara di Hodeidah, kota pelabuhan tertua di Yaman.
Risiko pengiriman meningkat karena serangan Houthi yang berulang kali di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab. Perusahaan Maersk, pelayaran terbesar dunia, telah mengingatkan kliennya untuk bersiap menghadapi gangguan di Laut Merah yang akan berlangsung hingga paruh kedua tahun ini dan memasukkan waktu transit yang lebih lama ke dalam perencanaan rantai pasokan mereka.
Sebelumnya, kapal Galaxy Leader yang terdaftar di Inggris dibajak oleh Houthi pada 19 November bersama 25 awaknya. Selasa pemilik kapal, perusahaan asal Inggris Galaxy Maritime Ltd, menegaskan bahwa pelaut yang ada di Galaxy Leader berasal dari Bulgaria, Ukraina, Meksiko, Rumania dan Filipina yang “tidak punya ada hubungannya dengan konflik di Timur Tengah”.
PM Baru Palestina
Palestina disebut akan memiliki PM Baru. Ini setelah Mohammad Shtayyeh mengundurkan diri Senin lalu.
Mohammad Mustafa diperkirakan akan menjadi pemimpin baru. Ia merupakan salah satu tokoh bisnis terkemuka Palestina dan sekutu Presiden Mahmoud Abbas.
Namun, belum jelas kapan Abbas akan mencalonkannya. Termasuk berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.
Israel Ancam Arab Saudi
Pemerintah Israel tiba-tiba “mengancam” Arab Saudi. Ini terkait normalisasi keduanya.
Sebelumnya Arab Saudi telah mengatakan tak akan membuka hubungan dengan Tel Aviv jika negara Palestina tak terbentuk. Ini yang dipermasalahkan Menteri Energi Israel dan mantan Menteri Luar Negeri, Eli Cohen.
Ia menyuarakan sikap tegas terhadap potensi normalisasi ini. Cohen menekankan bahwa pembentukan negara Palestina tidak seharusnya menjadi prasyarat bagi diplomasi keduanya.
“Perjanjian perdamaian regional tidak boleh mengobarkan negara Palestina,” katanya dikutip Al-Jazeera dari Channel 7.
“Jika syarat untuk memperluas perjanjian perdamaian regional adalah pembentukan negara Palestina, saya bersedia untuk tidak melakukan ekspansi dan normalisasi dengan Arab Saudi,” tambahnya.
Ia bahkan berujar jika pembentukan Palestina dilakukan hal tersebut tak akan membawa keuntungan. Terutama bagi Negeri Raja Salman sendiri.
“Sebagai seseorang yang mengetahui hubungan luar negeri, saya mengatakan bahwa perjanjian perdamaian dengan Arab Saudi dapat dicapai tanpa pembentukan negara dan hal ini terutama demi kepentingan Saudi,” ujarnya lagi.
Sebelumnya, pemberitaan pertemuan antara Arab Saudi dan Israel muncul pekan lalu. Sejumlah foto dan video beredar menunjukkan Menteri Perdagangan Arab Saudi, Majid bin Abdullah Al-Qasabi, berjabat tangan dengan Menteri Ekonomi dan Perindustrian Israel di sela-sela pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).
Foto dan video itu kemudian disusul dengan laporan-laporan media Israel yang mengklaim keduanya membahas soal perdamaian antara Arab Saudi dan Israel. Salah satu media lokal Israel bahkan mengunggah foto keduanya dan memberi judul berbunyi: “Menteri Israel dan Menteri Saudi Berjabat Tangan dan Mendiskusikan ‘Membuat Sejarah Bersama’.
Bantahan dengan cepat diberikan sumber resmi Riyadh. Sumber resmi Arab Saudi itu menjelaskan bahwa seseorang tiba-tiba mendekati Al-Qasabi ketika dia sedang berdiri dengan seorang Menteri Nigeria di sela-sela pertemuan WTO.
“Individu itu menjabat tangan (Al-Qasabi) dan kemudian diperkenalkan, tanpa sepengetahuan sebelumnya,” ucap sumber resmi Saudi tersebut yang dikutip oleh kantor berita Saudi Press Agency (SPA) dalam laporannya.
Sumber resmi itu juga menegaskan kembali posisi Riyadh terhadap isu Palestina. Termasuk dukungan teguh kerajaan untuk rakyat Palestina dalam menghadapi agresi Israel yang terus berlangsung.
Diketahui upaya normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel memang sempat berlangsung di 2023. Tapi upaya yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS) itu terhenti setelah peran berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza sejak Oktober.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Update Perang di Gaza: PBB Beri Warning-Israel ‘Pecah’

(sef/sef)