Hubungan Arus Atlantik dengan Krisis Iklim Terkait Pengurangan Emisi Gas Buang

PIKIRAN RAKYAT – Sebuah studi yang diterbitkan di Science Advances mengungkapkan bahwa ketidakpastian saat ini terlalu besar, untuk secara akurat memprediksi waktu pasti terjadinya titik-titik kritis pada komponen-komponen sistem Bumi yang penting seperti Sirkulasi Balik Meridional Atlantik (Atlantic Meridional Overturning Circulation/AMOC), lapisan es di kutub, atau hutan hujan tropis. AMOC adalah komponen sistem sirkulasi lautan bumi dan memainkan peran penting dalam sistem iklim. AMOC mencakup arus Atlantik di permukaan dan di kedalaman yang didorong oleh perubahan cuaca, suhu, dan salinitas.

Menurut Phys.org, peristiwa-peristiwa kritis ini, mungkin terjadi sebagai respons terhadap pemanasan global yang disebabkan oleh manusia, ditandai dengan perubahan iklim yang cepat dan tidak dapat diubah dengan konsekuensi yang berpotensi menimbulkan bencana. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, memprediksi kapan peristiwa ini akan terjadi lebih sulit daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Para ilmuwan iklim dari Technical University of Munich (TUM) dan Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) telah mengidentifikasi tiga sumber ketidakpastian utama.

Apa Saja Sumber Tersebut?

Ilustrasi iklim kritis Pixabay

Pertama, prediksi bergantung pada asumsi mengenai mekanisme fisik yang mendasari, serta tindakan manusia di masa depan untuk mengekstrapolasi data masa lalu ke masa depan. Asumsi-asumsi ini bisa jadi terlalu menyederhanakan dan menyebabkan kesalahan yang signifikan. Kedua, pengamatan langsung jangka panjang terhadap sistem iklim jarang dilakukan dan komponen sistem bumi yang dimaksud mungkin tidak terwakili dengan baik oleh data. Ketiga, data iklim historis tidak lengkap.

Dilansir Phys.org, kesenjangan data yang sangat besar, terutama untuk masa yang lebih lampau, dan metode yang digunakan untuk mengisi kesenjangan ini dapat menyebabkan kesalahan dalam statistik yang digunakan untuk memprediksi kemungkinan titik kritis.

Untuk mengilustrasikan temuan mereka, para penulis meneliti AMOC, sebuah sistem arus laut yang sangat penting. Prediksi sebelumnya dari data historis menunjukkan sebuah tabrakan dapat terjadi antara tahun 2025 dan 2095. Namun, studi baru ini mengungkapkan bahwa ketidakpastiannya sangat besar sehingga prediksi ini tidak dapat diandalkan.

Dengan menggunakan beberapa sampel dan kumpulan data yang berbeda, waktu prediksi untuk terjadinya titik kritis AMOC berkisar antara tahun 2050 hingga 8065, bahkan jika asumsi-asumsi mekanistik yang mendasarinya benar. Mengetahui bahwa AMOC mungkin mencapai titik kritis dalam rentang waktu 6.000 tahun tidaklah praktis, dan rentang waktu yang besar ini menyoroti kompleksitas dan ketidakpastian yang terlibat dalam prediksi semacam itu.

Para peneliti menyimpulkan bahwa meskipun ide untuk memprediksi titik kritis iklim sangat menarik, kenyataannya penuh dengan ketidakpastian. Metode dan data yang ada saat ini tidak sesuai dengan tugas tersebut.

“Penelitian kami merupakan sebuah peringatan sekaligus peringatan,” ujar Maya Ben-Yami sang penulis utama. Dia menambahkan, “Ada beberapa hal yang masih belum bisa kita prediksi, dan kita perlu berinvestasi pada data yang lebih baik dan pemahaman yang lebih mendalam tentang sistem yang bersangkutan. Pertaruhannya terlalu tinggi untuk mengandalkan prediksi yang goyah.”

Meskipun studi oleh Ben-Yami dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa kita tidak dapat memprediksi secara andal peristiwa titik kritis, kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut juga tidak dapat dikesampingkan. Para penulis menekankan bahwa metode statistik masih sangat baik dalam menunjukkan bagian-bagian iklim yang menjadi lebih tidak stabil. Ini mencakup tidak hanya AMOC, tetapi juga hutan hujan Amazon dan lapisan es.

“Ketidakpastian yang besar menyiratkan bahwa kita perlu lebih berhati-hati dibandingkan jika kita bisa memperkirakan waktu titik kritis dengan tepat. Kita masih perlu melakukan segala yang kita bisa untuk mengurangi dampak kita pada iklim, terutama dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Meskipun kita tidak dapat memprediksi waktu titik kritis, kemungkinan komponen-komponen kunci sistem bumi mencapai titik kritis masih meningkat dengan setiap seperseratus derajat pemanasan,” kata rekan penulis Niklas Boers. (CZ)***