Dosen Komunikasi Politik UNY Ingatkan Bahaya Gunakan Gimik Kampanye Politik Berlebihan

4 December 2023, 7:25

TEMPO.CO, Jakarta – Dosen Komunikasi Politik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Fikri Disyacitta mengingatkan bahwa menggunakan gimik sebagai satu-satunya strategi kampanye akan berdampak negatif terhadap masyarakat. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Fikri saat dihubungi oleh Tempo.co pada Sabtu, 2 Desember 2023 lalu.Sebelumnya, Fikri menjelaskan bahwa penggunaan gimik dalam kampanye politik bukanlah sesuatu hal yang salah, bahkan Fikri mengatakan bahwa hal tersebut lumrah karena merupakan upaya membangun political branding. Namun demikian, Fikri menyebut bahwa penggunaan gimik dalam kampanye politik dapat berbahaya jika dijadikan sebagai satu-satunya strategi kampanye.“Pada era media sosial seperti sekarang, menurut saya, penggunaan gimik untuk membangun political branding merupakan hal yang lumrah atau wajar. Namun ingat, akan memberikan dampak negatif terhadap masyarakat jika gimik dijadikan hanya satu-satunya strategi dalam kampanye,” ujar Fikri.Selain itu, Fikri turut menjelaskan bahwa dampak negatif yang akan disebabkan oleh penggunaan gimik sebagai satu-satunya strategi kampanye, yakni menjauhkan masyarakat dan politisi dari tradisi politik programatik. Lebih lanjut, politik programatik merupakan politik yang mengedepankan program-program bersifat konkret untuk menjawab permasalahan yang dialami oleh masyarakat.Kritik Gimik PolitikSebelumnya, penggunaan gimik dalam kontestasi Pilpres 2024 identik dengan diksi gemoy yang disematkan terhadap jogetan Prabowo. Namun demikian, gimik tersebut beberapa kali mendapatkan respon negatif dari juru kampanye paslon lain.Surya Tjandra Juru Bicara Tim Nasional atau Timnas Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menilai bahwa kampanye gimik semacam itu sangat berbahaya karena memanipulasi kondisi yang sebenarnya. Lebih lanjut, menurutnya saat ini banyak anak muda yang masih melihat citra di permukaan.Senada dengan Surya Tjandra, Sohibul Iman selaku Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, menyebut bahwa penyematan cap gemas asoy atau gemoy dan santuy dinilai tidak sehat. Sementara itu, Jazilul Fawaid selaku Asisten Pelatih Timnas AMIN turut menegaskan bahwa pernyataan PKS tentang penggunaan gimik gemoy dan santuy merupakan upaya untuk memperoleh suara pada Pemilu 2024.Iklan

“Ya itu yang faktanya, bukan nyindir. Fakta cuma ngasih tahu aja,” ujar Jazilul, di KPU, Jakarta, Senin, 27 November 2023.Nusron Wahid Soal Gimik GemoySementara itu, dalam merespons kritikan mengenai penggunaan gimik gemoy tersebut, Nusron Wahid selaku Sekretaris Tim Kampanye Nasional atau TKN menyebut bahwa penyematan julukan gemoy terhadap Prabowo muncul dengan sendirinya melalui masyarakat. Lebih lanjut, Nusron juga turut mempertanyakan mengenai alasan penyematan predikat gemoy yang seolah membungkam aspirasi masyarakat karena predikat tersebut muncul dari rakyat.“Katanya tidak boleh membungkam aspirasi rakyat? Kok ini belum berkuasa saja baru ikut Pemilu kok sudah membungkam aspirasi rakyat?” kata Nusron saat ditemui usai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) di Jalan Jenderal Sudirman, Tanah Abang, Jakarta, Senin, 27 November 2023. Selain itu, Nusron Wahid turut menjelaskan bahwa hal tersebut seharusnya menjadi persoalan yang biasa karena berasal dari aspirasi rakyat. Kendati demikian, TKN Prabowo-Gibran mempersilahkan pihak lain untuk melakukan kritik, tetapi jangan sampai membungkam aspirasi rakyat.Pilihan Editor: Seberapa Kuat Gimik dalam Kampanye Politik Efektif Pikat Pemilih Gen Z, Begini Kata Dosen UNY