Blok Kaya Migas di Papua Tak Laku-laku, Ada Masalah Apa?

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah berupaya meningkatkan kualitas data dari dua lapangan migas pecahan Cekungan Warim, Wilayah Kerja (WK) Akimeugah I & Akimeugah II. 

Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, kementeriannya telah meminta Badan Geologi untuk memetakan kembali potensi yang terkandung dalam dua blok migas tersebut. 

“Kami akan mencoba meningkatkan kualitas datanya untuk yang Warim,” kata Dadan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/7/2024).

Selain itu, kata Dadan, kementeriannya turut mempelajari sejumlah kemungkinan yang membuat lelang untuk dua blok migas itu sepi peminat awal tahun ini. 

“Kita lagi pelajari di situ, apa aspek keamanan atau datanya kurang lengkap sehingga mereka tidak punya gambaran,” kata dia. 

Blok hasil pecahan dari cekungan Warim itu sempat dilelang pada periode lelang tahap II dan III tahun lalu. Akan tetapi, dua blok itu belum kunjung laku. 

Adapun, Cekungan Warim diproyeksikan memiliki potensi 25.968 juta barel minyak (MMBO) dan 42,27 triliun kaki kubik gas (Tcf). Hanya saja, sebagian area tumpang tindih dengan Taman Nasional Lorentz, Papua.

Akimeugah I memiliki luasan konsesi mencapai 10.791,21 kilometer persegi dan Akiemugah II memiliki luasan sebesar 12.987,68 kilometer persegi.

Seperti diberitakan sebelumnya, Indonesian Petroleum Association (IPA) menilai Indonesia belum cukup kompetitif untuk investasi hulu migas dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan Asia.   

President IPA sekaligus President Petronas Carigali Indonesia Yuzaini Md Yusof mengatakan, sejumlah negara telah melakukan pembenahan fiskal dan kemudahan investasi yang lebih menarik dibandingkan Indonesia selama 5 tahun terakhir.   

Kendati, Yuzaini tidak menampik pemerintah telah melakukan perombakan mendasar dari segi kemudahan dan insentif investasi di sisi hulu migas domestik beberapa waktu terakhir.  

 “Indonesia saat ini hanya nomor 4 di Asia dari segi indeks ketertarikan investasi, beberapa negara seperti Bangladesh, Vietnam, Thailand, dan Vietnam telah maju lebih cepat,” kata Yuzaini saat panel diskusi ‘IPA Convex ke-48’, BSD Tangerang, Selasa (14/5/2024).  

Yuzaini mengatakan, pemerintah bersama dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) mesti duduk bersama lagi untuk merumuskan insentif fiskal dan kemudahan investasi yang lebih menarik untuk meningkatkan daya saing di tingkat kawasan.