Apa Iya Tesla Gak Pakai Nikel? Begini Kata Ahli

22 January 2024, 19:30

Jakarta, CNBC Indonesia – Isu baterai kendaraan listrik tak pakai nikel kini menjadi perbincangan hangat di publik. Terutama, setelah isu ini diangkat salah satu Calon Wakil Presiden (Cawapres), yakni Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka dalam Debat Cawapres kedua di JCC, Jakarta, Minggu (21/01/2024) kemarin.
Hal ini bermula ketika dalam debat Cawapres semalam, Gibran melontarkan pertanyaan ke Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin terkait Tim Sukses (Timses) Kampanye Anies Baswedan dan Cak Imin (AMIN) sering menggaungkan baterai jenis LFP (Lithium, Fero, Phospate) akan didorong ketimbang baterai berbasis nikel.
Bahkan, Gibran menyebut, Timses Paslon O1, khususnya Co-Captain Timnas AMIN Thomas Lembong (Tom Lembong) kerap menggaungkan bahwa pabrikan kendaraan listrik asal Amerika Serikat, Tesla, kini tak lagi menggunakan nikel atau biasa dikenal dengan tipe NMC (Nikel, Mangan, Cobalt).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ini agak aneh ya, yang sering ngomongin LFP itu apa timsesnya tapi Cawapres gak paham LFP itu apa, kan aneh. Sering bicara LFP, LFP, Tesla gak pakai nikel ini kan kebohongan publik. Mohon maaf Tesla itu pakai nikel Pak,” kara Gibran ke Cak Imin dalam Debat Cawapres yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024).
Lantas, apa benar saat ini Tesla sudah tidak menggunakan nikel sebagai komponen dalam pembuatan baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV)-nya?
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengungkapkan bahwa saat ini Tesla memang menggunakan baterai jenis LFP. Tapi, menurutnya Tesla saat ini juga masih menggunakan baterai berbasis nikel atau NMC.
Dia menyebutkan penggunaan LFP, khususnya pada EV, dinilai lebih murah bila dibandingkan dengan penggunaan NMC yang diperkirakan akan mengalami penurunan suplai dan melonjaknya harga.
“Tesla menggunakan LFP dan NMC untuk kendaraan listrik. Penggunaan LFP karena lebih murah dan tidak tergantung nikel dan cobalt yang diperkirakan ke depan akan short supply dan mahal,” ungkap Rizal kepada CNBC Indonesia, Senin (22/1/2024).
Rizal juga mengatakan saat ini komponen LFP lebih banyak dikembangkan di Negara Tirai Bambu alias China. Hal ini dikarenakan industri daur ulang untuk LFP yang menjadi syarat untuk masuk di pasar Eropa dan Amerika Serikat tidak seketat bila dibandingkan dengan baterai berbasis nikel.
“LFP lebih banyak berkembang di China karena kurang ketat untuk industri daur ulang yang menjadi syarat di Eropa dan US,” ucapnya.
“Juga karena jenis baterai NMC belum banyak beredar saat ini. Pengembangan baterai jenis lain selain NMC terus dilakukan oleh pengembang kendaraan listrik,” tambahnya.
Asal tahu saja, sebelumnya pada 2021 Tesla Inc pernah mengumumkan peralihan baterai nikel ke LFP yang bebas nikel dan kobalt dengan ongkos produksi diklaim lebih murah secara global.
Peralihan penggunaan baterai LFP tidak dipakai di semua jenis, namun berlaku untuk kendaraan kelas standar Tesla.
“Untuk kendaraan standar, kami beralih ke bahan kimia baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) secara global,” ungkap Tesla Inc dalam laporan kuartal pertama 2021.
Jim Greenberger, direktur eksekutif NAATBatt, asosiasi perdagangan nirlaba baterai canggih di Amerika Utara mengatakan, “(Musk) menjadi sangat khawatir ketika dia mempertimbangkan pasokan nikel dan kobalt dalam jangka panjang, dan dia tidak melihat solusi yang jelas mengenai bagaimana kita meningkatkan produksi mineral tersebut pada waktunya untuk memastikan stabilitas harga.”

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Presiden Korea Temui Jokowi, Bahas Kendaraan Listrik!

(wia)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Statement

Fasum

Transportasi