10 Tahun Jokowi, Target Angka Kemiskinan 7,5% Sulit Tercapai

Jakarta, CNBC Indonesia – Target tingkat kemiskinan pada periode terakhir pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi berpotensi tak tercapai. Ini dipicu oleh besarnya gap antara realisasi tingkat kemiskinan saat ini dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan hingga akhir 2024.

Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024 tingkat kemiskinan ditargetkan sebesar 6,5%-7,5%. Sementara itu, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kemiskinan pada Maret 2024 masih sebesar 9,03% dari total penduduk Indonesia.

Turunnya pun terbilang minim, hanya sekitar 0,33% poin dibanding Maret 2023 yang sebesar 9,36%. Artinya, dalam setahun terakhir, pemerintahan Presiden Joko Widodo hanya bisa mengeluarkan 680 ribu orang dari kemiskinan.

“Sementara dari sisi perencanaan kita menargetkan lebih dari 1 juta orang, sehingga tahun 2024 ini kita bisa mencapai setidaknya sekitar 7,5% agak berat,” kata Deputi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas, Maliki, dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Jumat (5/7/2024).

Penyebab utama tak cepat turunnya tingkat kemiskinan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, menurut Maliki disebabkan adanya permasalahan krisis, yang disebabkan oleh merebaknya Pandemi Covid-19 sejak 2020 silam.

Namun, ia menganggap dengan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) tingkat kemiskinan mampu kembali diturunkan ke level single digit. Meskipun untuk mencapai target 7,5% masih akan sangat berat.

Pada Maret 2021, atau saat masih merebaknya Pandemi Covid-19 tingkat kemiskinan di Indonesia memang sempat naik, hingga ke level 10,19%. Lalu, secara konsisten mampu merosot hingga ke level 9,03% per Maret 2024.

“Memang saat pandemi Covid kita mengalami kenaikan, jadi sedikit fluktuatif, dan itu tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia, cuma setelah adanya pandemi dan dengan program PEN ini kemiskinan secara sistematis turun juga sampai akhirnya kita capai 9,03%,” ungkap Maliki.

Untuk mengejar penurunan tingkat kemiskinan hingga mencapai target akhir tahun, Maliki menekankan, saat ini pemerintah tengah memfokuskan kerja sama antar kementerian lembaga yang mengurus kemiskinan, untuk intervensi terhadap satu keluarga miskin secara serentak.

Kementerian itu di antaranya ialah Kementerian Sosial untuk penyaluran bantuan sosial untuk mengurangi tekanan biaya pengeluaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuka peluang anak keluarga miskin masuk sekolah, hingga Kementerian Ketenagakerjaan untuk memberikan informasi peluang kerja kepada anak keluarga miskin yang telah selesai menempuh pendidikannya.

“Yang kita harap bagaimana kita mengarahkan investasi menciptakan lapangan kerja yang lebih baik karena sebenarnya tidak ada yg lebih efektif dalam turunkan kemiskinan kecuali menciptakan lapangan pekerjaan yang baik,” tegasnya.

Jumlah penduduk miskin selama 10 tahun terakhir turun sekitar 2,2% per tahun. Artinya selama satu dekade masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, penduduk miskin di Indonesia sudah berkurang sekitar 3,06 juta orang.

Plt Sekretaris Utama BPS Imam Machdi mengatakan, data terbaru per Maret 2024, jumlah penduduk miskin sebanyak 25,22 juta orang, turun dari posisi Maret 2023 sebanyak 25,09 juta orang. Dibanding Maret 2021 juga lebih rendah karena saat itu sebanyak 27,54 juta orang.

“Jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 3,06 juta orang atau turun sekitar 2,22% poin dalam sepuluh tahun terakhir,” kata Imam saat konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (1/7/2024).

Pada Maret 2021 jumlah penduduk miskin memang sempat melonjak hingga mencapai 27,54 juta orang, dari sebelumnya pada Maret 2020 sebanyak 26,42 juta orang karena merebaknya Pandemi Covid-19. Namun, sebelum periode itu jumlah kemiskinan memang sudah turun secara konsisten.

Misalnya, pada Maret 2019 hanya sebanyak 25,14 juta orang, dari sebelumnya data per Maret 2018 sebesar 25,95 juta. Data per Maret 2018 itu juga turun dari catatan per Maret 2017 sebanyak 27,77 juta orang. Pada Maret 2016 pun datanya masih sebanyak 28,01 juta orang.

Per Maret 2015 jumlahnya sempat mencapai titik tertingginya selama 10 tahun terakhir, sebesar 28,59 juta orang. Jumlah penduduk miskin pada periode itu naik dari catatan per Maret 2014 yang sebesar 28,28 juta orang.

“Secara rata-rata, jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 300 ribu orang per tahun,” kata Imam Machdi.

(haa/haa)