Sri Mulyani Diganti, Investor Global Cemas Arah Fiskal RI

Sri Mulyani Diganti, Investor Global Cemas Arah Fiskal RI

Bisnis.com, JAKARTA – Pencopotan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan memicu kekhawatiran investor global atas arah fiskal Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Sebagai informasi, Sri Mulyani menjadi salah satu menteri yang di-reshuffle pada Senin (8/9/2025) kemarin. Prabowo menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai pengganti Sri Mulyani.

Kabar mundurnya Sri Mulyani, sebenarnya sudah berembus dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya gejolak politik dan protes publik terkait fasilitas mewah anggota parlemen. 

Bahkan, kediamannya sempat dijarah demonstran, memicu kekhawatiran dia akan mengundurkan diri. Isu tersebut sempat mendorong aksi jual saham dan obligasi domestik, sebelum akhirnya mereda setelah Sri Mulyani menepis rumor lewat pernyataan di akun Instagram pribadinya pekan lalu. Namun, pencopotannya secara mendadak pada Senin malam justru semakin mengejutkan pasar. 

“Sri Mulyani adalah simbol stabilitas dan kepastian bagi investor domestik maupun asing,” tulis ekonom Oversea-Chinese Banking Corp. dikutip dari Bloomberg, Selasa (9/9/2025).

Sejumlah manajer investasi global terang-terangan mengakui bahwa kehadiran Sri Mulyani menjadi alasan utama mereka menanamkan modal di Indonesia. 

Gustavo Medeiros, Kepala Riset Ashmore Group menilai, Sri Mulyani adalah jangkar sentimen investor berkat pengalaman dan rekam jejaknya.

Meski menghadapi berbagai krisis mulai dari anjloknya rupiah pada 2018 hingga pandemi Covid-19, Sri Mulyani selalu tampil sebagai figur yang menenangkan pasar. Oleh karena itu, kepergiannya kali ini dinilai berpotensi mengguncang kredibilitas kebijakan fiskal Indonesia.

Carl Vermassen, manajer portofolio di Vontobel Asset Management mengatakan rumor pencopotan Sri Mulyani memang pernah muncul, tetapi selalu dibantah keras. “Realisasi mendadak ini jelas tidak membantu kredibilitas Indonesia di mata investor global,” katanya.

Menkeu di Bawah Tiga Presiden

Karier panjang Sri Mulyani di Kementerian Keuangan membentang hampir 14 dari 20 tahun terakhir di bawah tiga presiden, dari Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, dan Prabowo Subianto. Dia juga pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia sebelum kembali ke kabinet pada 2016.

Sejak awal masa jabatan Prabowo, Sri Mulyani konsisten mempertahankan disiplin fiskal, termasuk batas defisit 3% PDB yang diatur UU pascakrisis Asia 1998. Sikapnya ini kerap berbenturan dengan agenda belanja besar Prabowo, seperti program makan siang gratis.

Namun, ketegasannya juga menjadikannya target kritik politik dan ketidakpuasan publik atas pemotongan anggaran serta kenaikan pajak. 

“Sri Mulyani tidak populer di kalangan politisi yang ingin proyek mercusuar dan kini mudah dijadikan kambing hitam oleh pemerintah,” ujar Vedi Hadiz, Profesor Kajian Asia di University of Melbourne.

Dampak Pasar

Pasar langsung bereaksi negatif terhadap reshuffle tersebut. Indeks saham acuan melemah 1,3% pada penutupan Senin, menghapus kenaikan sebelumnya. Rupiah di pasar NDF offshore merosot lebih dari 1% terhadap dolar AS.

Sementara itu, arus keluar modal asing atau capital outflow dari saham mencapai US$254 juta hanya dalam empat hari pertama September, dengan obligasi mencatat penjualan lebih besar.

Purbaya Yudhi Sadewa, yang relatif kurang dikenal investor internasional, kini memikul tugas berat memulihkan kepercayaan pasar dan memastikan transisi kebijakan berjalan mulus.

“Pekerjaan pertamanya adalah memberi keyakinan bahwa transisi ini tidak akan mengganggu stabilitas fiskal. Namun tantangannya tidak kecil,” tulis Lavanya Venkateswaran, ekonom OCBC.