Respons Dunia Putin Menang Pemilu Rusia: Xi Jinping-Raja Salman-AS Cs

19 March 2024, 8:00

Jakarta, CNBC Indonesia – Vladimir Putin akan kembali menyandang status sebagai Presiden Rusia untuk masa jabatan enam tahun ke depan. Pria berusia 71 tahun itu menang telak melawan beberapa kandidat lain di pemilihan presiden (pilpres).
Dikutip Reuters dan AFP, Senin waktu setempat, Putin meraih suara 87,33%. Ini merupakan hasil tertinggi salam sejarah pasca Uni Soviet runtuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejumlah kepala negara pun memberikan respons atas hasil pemilu tersebut. Berikut dihimpun CNBC Indonesia pada Selasa (19/3/2024).
Xi Jinping
Presiden China Xi Jinping dilaporkan mengirim pesan ucapan selamat kepada Putin. Ia mengatakan hasil pilpres sepenuhnya mencerminkan dukungan rakyat Rusia.
“Terpilihnya kembali Anda sepenuhnya mencerminkan dukungan rakyat Rusia terhadap Anda,” kata Xi kepada Putin, menurut stasiun televisi negara CCTV.
“Dalam beberapa tahun terakhir, rakyat Rusia telah bersatu untuk mengatasi tantangan dan bergerak maju menuju pembangunan dan revitalisasi nasional,” tambah Xi.
Ia pun mengatakan makin yakin dengan kepemimpinan Putin ke depan. Rusia, ujar Xi, akan mampu mencapai prestasi yang lebih besar dalam pembangunan dan konstruksi nasional.
“China sangat mementingkan perkembangan hubungan Chian-Rusia dan bersedia menjaga komunikasi erat dengan Rusia guna mendorong perkembangan (hubungan bilateral) yang berkelanjutan, sehat, stabil, dan mendalam,” jelas Xi lagi.
PM India Modi
Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi juga menyampaikan selamat kepada Putin. Ia memberi pesan ucapan selamat kepada terpilihnya kembali Putin dan berharap dapat meningkatkan hubungan untuk mengembangkan hubungan “khusus” mereka.
“Saya berharap dapat bekerja sama untuk lebih memperkuat Kemitraan Strategis Khusus dan Istimewa yang telah teruji antara India dan Rusia di tahun-tahun mendatang,” tulis Modi di platform media sosial X.
New Delhi dan Moskow memiliki hubungan baik sejak Perang Dingin. Rusia pun sejauh ini masih menjadi pemasok senjata terbesar ke negara dengan populasi terbesar di dunia.
India diketahui telah menghindari kecaman eksplisit terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina. Ini terjadi bahkan ketika India mengupayakan hubungan keamanan yang lebih besar dengan Amerika Serikat (AS).
Kim Jong Un
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un juga turut memberi pesan selamat ke Putin. Bahwa para pemilih Rusia, kata dia, telah menunjukkan dukungan yang tak tergoyahkan untuk presiden mereka yang terpilih kembali.
“Terpilihnya kembali Anda untuk mengemban tanggung jawab besar sebagai kepala negara adalah penilaian berharga rakyat Rusia atas kepemimpinan luar biasa dan kemampuan eksekutif ulet yang Anda tunjukkan dalam kegiatan kenegaraan dengan prestise tinggi sebagai pemimpin bangsa,” kata Kim, menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
“Kemenangan Putin adalah ekspresi dukungan dan kepercayaan pemilih Rusia yang tak tergoyahkan terhadap pemimpin Rusia,” tambahnya.
Rusia dan Korut merupakan sekutu lama. Keduanya sama-sama terkena sanksi global , di mana Moskow dihukum atas invasinya ke Ukraina sementara Pyongyang atas uji coba senjata nuklirnya.
Pada bulan September, Putin dan Kim mengadakan pertemuan puncak di timur jauh Rusia. AS kemudian mengklaim Pyongyang telah mulai menyediakan senjata kepada Moskow.
Kim menyatakan dalam kunjungannya bahwa hubungan dengan Moskow adalah “prioritas nomor satu” negaranya di mana Pyongyang menjadi pendukung kuat invasi Moskow ke Ukraina. Korut disebut telah mengirimkan sekitar 7.000 kontainer senjata ke Rusia untuk keperluan perangnya di Ukraina sejak Juli lalu.
Presiden Turki Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun mengucapkan selamat kepada Putin atas terpilihnya kembali dirinya. Bahkan ia menawarkan untuk menjadi penengah antara Moskow dan Ukraina, sebagaimana pengumuman resmi kepresidenan Turki, Senin waktu setempat.
“Presiden Erdogan menyatakan keyakinannya bahwa evolusi positif hubungan antara Turki dan Rusia terus berlanjut dan menyatakan bahwa Turki siap memainkan peran fasilitator untuk kembali ke meja perundingan dengan Ukraina,” kata kepresidenan Turki menjelaskan hasil pembicaraan telepon keduanya semalam.
Ini bukan pertama kalinya Erdogan menawarkan jasanya sebagai mediator dalam perang tersebut. Ia berupaya menjaga hubungan persahabatan dengan Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Ketiga negara tersebut memiliki garis pantai di Laut Hitam, yang aksesnya dikuasai Turki melalui Selat Turki. Erdogan sempat menjamu Zelensky di Istanbul pada awal bulan Maret dan Putin dijadwalkan mengunjungi Turki pada bulan Februari sebelum dia membatalkan perjalanan tersebut kemudian.
Iran
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengucapkan selamat kepada Putin atas kemenangannya, Senin waktu setempat. Ia menyebut kemenangan Putin sebagai yang “menentukan” dalam pemilihan presiden.
“Presiden Republik Islam Iran dalam pesannya dengan tulus mengucapkan selamat kepada Vladimir Putin atas kemenangan menentukan dan terpilihnya kembali sebagai Presiden Federasi Rusia,” kantor berita negara IRNA melaporkan, dikutip Al-Arabia.
Raja Salman
Sementara itu, Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi mengirimkan pesan ucapan selamat ke Putin untuk masa jabatan presiden baru. Dimuat SPA, penjaga dua masjid suci tersebut menyampaikan “ucapan selamat yang tulus dan harapan terbaik atas kesuksesan dan kemakmuran bagi presiden Rusia serta kemajuan dan kemakmuran lebih lanjut bagi rakyat Federasi Rusia”.
Ia menyinggung hubungan baik antara kedua negara dan masyarakat. Menurutnya kedua negara berupaya untuk memperkuat hubungan dan mengembangkan berbagai bisang.
Putra Mahkota dan Perdana Menteri Mohammed Bin Salman juga mengirimkan pesan ucapan selamat kepada Presiden Vladimir Putin. Ia menyampaikan ucapan selamat yang tulus dan harapan terbaik atas kesuksesan dan kemakmuran bagi presiden Rusia serta kemajuan dan kemakmuran lebih lanjut bagi rakyatnya.
Bahrain, Qatar da Uni Emirat Arab (UEA)
Ucapan selamat juga disampaikan Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad Al-Khalifa dan emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani. Di mana masing-masing secara terpisah mendoakan “pembangunan dan kemakmuran” kepada Putin.
Sementara Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, juga mengirimkan selamat kepada Putin.
Negara Afrika
Penguasa militer Mali Assimi Goita, yang memeluk Rusia setelah memutuskan hubungan dengan mantan sekutunya Prancis, memuji kemenangan Putin. “Sebagai mitra Mali yang strategis dan tulus, saya menegaskan kembali persahabatan total kami,” kata Goita di media sosial.
Presiden Chad Mahamat Idriss Deby Itno, putra mendiang pemimpin lama negara itu Idriss Deby, mengatakan dalam sebuah postingan di Facebook bahwa hasil tersebut adalah “bukti kepercayaan rakyat Rusia” terhadap Putin. Penguasa militer Niger Jenderal Abdourahamane Tiani, yang merebut kekuasaan dari pemerintah pro-Barat dalam kudeta pada Juli 2023, mengucapkan selamat kepada Putin atas “kemenangan gemilangnya”.
Venezuela dan Kuba
Di Amerika Latin, Presiden Venezuela Nicolas Maduro berkata “Kakak kami Vladimir Putin telah menang, dan ini menjadi pertanda baik bagi dunia.” Miguel Diaz-Canel dari Kuba mengatakan bahwa hasil resmi tersebut adalah “indikasi yang dapat dipercaya bahwa penduduk Rusia mendukung pengelolaan negara (Putin)”.
Lalu bagaimana Komentar AS, Inggris dan Ukraina?

AS
Negara-negara Barat, termasuk AS menolak hasil pilpres Rusia. Pilpres yang dimenangkan Putin dianggap tidak bebas dan tidak adil.
“Ini adalah proses yang sangat tidak demokratis,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel, mengutip penindasan terhadap oposisi dan media.
“(Putin) kemungkinan akan tetap menjadi presiden Rusia, namun hal itu tidak menjadi alasan baginya untuk bersikap otokrasi,” tambah Patel.
Inggris
Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan bahwa penyelenggaraan pemilu Rusia di wilayah pendudukan Ukraina adalah “ilegal”. Pemilu itu, tegasnya, menunjukan betapa beratnya penindasan di bawah rezim Presiden Putin.
“Yang berupaya membungkam setiap oposisi terhadap perang ilegal yang dipimpinnya,” tambahnya.
Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menganggap pemilu tersebut tidak sah. Ia pun menyebut Putin sebagai sosok penjahat.
“Setiap orang di dunia memahami bahwa orang ini, seperti banyak orang lainnya sepanjang sejarah, telah muak dengan kekuasaan dan tidak akan berhenti untuk memerintah selamanya,” katanya.
“Tidak ada kejahatan yang tidak akan dia lakukan untuk mempertahankan kekuatan pribadinya.”
Uni Eropa
Negara-negara Uni Eropa mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa Rusia tidak diberi “pilihan nyata”. Ini setelah semua kandidat yang menentang perang di Ukraina dikeluarkan.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pemungutan suara tersebut “didasarkan pada penindasan dan intimidasi”. Namun, blok beranggotakan 27 negara tersebut tidak mengindahkan seruan musuh utama Kremlin, Alexei Navalny, untuk tidak mengakui Putin sebagai presiden sah Rusia.
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan “pemungutan suara tanpa pilihan menunjukkan perilaku keji Putin terhadap rakyatnya sendiri. Sementara Kementerian Luar Negeri Perancis mengatakan syarat-syarat untuk pemilihan umum yang bebas di Rusia tidak terpenuhi, dengan alasan “meningkatnya penindasan terhadap masyarakat sipil dan segala bentuk oposisi terhadap rezim”.
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani juga mengutuk pemungutan suara tersebut sebagai “tidak bebas dan tidak adil”. Ia menjauhkan diri dari mitra koalisinya, Matteo Salvini, yang menanggapi hasil pemilu dengan mengatakan: “Ketika suatu masyarakat memilih, mereka selalu benar.”

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Putin Beri Pesan Khusus Jelang Pemilu Rusia Besok, Ini Isinya

(sef/sef)