Komunitas Internasional Dianggap Gagal Cegah Genosida di Rwanda

8 April 2024, 11:05

“Rwanda benar-benar merasa terpukul  dengan besarnya kerugian yang kami alami. Dan pelajaran yang kami peroleh terukir dalam darah,” kata Kagame dalam upacara khidmat di Kigali untuk memperingati 100 hari pembantaian yang sebagian besar terjadi pada warga Tutsi dan juga Hutu moderat.
“Masyarakat internasional lah yang mengecewakan kita semua, entah karena penghinaan atau pengecut,” katanya kepada hadirin yang mencakup para kepala negara Afrika dan mantan presiden AS Bill Clinton, yang menyebut genosida sebagai kegagalan terbesar dalam pemerintahannya.
Tradisi upacara pada 7 April, yang menandai milisi Hutu melancarkan pembantaian pada 1994, dimulai dengan Kagame yang meletakkan karangan bunga di kuburan massal dan menyalakan api peringatan di Kigali Genocide Memorial. Tempat itu diyakini lebih dari 250 ribu korban genosida.
Baca juga : Palestina dan Titik Buta-Tuli Dunia
Menjelang berakhirnya peringatan itu, sebuah paduan suara tampil di hadapan ribuan orang di arena Kigali sambil mengangkat lilin untuk mengenang mereka yang tewas dalam pembantaian tersebut.
Negara kecil ini berada di bawah pemerintahan Kagame yang memimpin milisi pemberontak yang mengakhiri genosida. Namun bekas kekerasan masih tetap ada di wilayah Great Lakes di Afrika.
Kegagalan komunitas internasional untuk melakukan intervensi telah menjadi penyebab rasa malu yang berkepanjangan ini, dan Ketua Uni Afrika Moussa Faki Mahamat mengatakan di Kigali bahwa tidak ada seorang pun, bahkan Uni Afrika, yang dapat membebaskan diri dari dosa masa lalu tersebut. “Mari kita berani mengakuinya, dan mengambil tanggung jawab atas hal itu,” katanya. Baca juga : Mengenal Genosida, Berikut Definisi, Bentuk dan Kasusnya
Presiden Prancis Emmanuel Macron merilis pesan video yang mengatakan bahwa dia tetap pada komentarnya seperti pada Mei 2021. Kala itu dia mengakui peran Prancis dalam genosida tersebut tetapi tidak menyampaikan permintaan maaf resmi.
“Tidak ada kata yang perlu saya tambahkan, tidak ada kata yang dapat diambil dari apa yang saya katakan pada Anda hari itu. Kita semua telah meninggalkan ratusan ribu korban di pintu tertutup yang mengerikan ini,” kata Macron.
Pada saat genosida terjadi, pemerintah Prancis telah lama menjadi pendukung rezim Rwanda yang didominasi suku Hutu, sehingga menyebabkan ketegangan antara kedua negara selama beberapa dekade.
Kantor kepresidenan Prancis mengatakan bahwa Macron akan mengeluarkan pesan yang mengatakan bahwa Prancis dan sekutunya di Barat dan Afrika bisa mencegah genosida tersebut. Namun Prancis lebih suka membiarkann genosida tersebut terjadi.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dampak dari pembantaian tersebut masih terasa di seluruh Rwanda dan di seluruh dunia. “Kami tidak akan pernah melupakan kengerian yang terjadi selama 100 hari itu, rasa sakit dan kehilangan yang dialami masyarakat Rwanda, atau rasa kemanusiaan yang menyatukan kita semua, yang tidak dapat diatasi oleh kebencian,” ujarnya. (AFP/M-3)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi