Kenapa PDIP Tak Pernah Tegas Sikapi Manuver Gibran?

27 October 2023, 12:30

Jakarta, CNN Indonesia — PDIP dinilai berhati-hati melangkah menyikapi manuver Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang terjun ke PilpresĀ 2024 sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto. Hingga saat ini, status keanggotaan Gibran di PDIP belum jelas.Ketua DPP PDIP Puan Maharani menyebut Gibran sudah pamit, tapi Puan membantah Gibran yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu telah resmi keluar dari PDIP.Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah mengatakan partai menanti sikap Gibran untuk mundur secara resmi. Sementara itu, Ketua DPP PDIP Komaruddin Watubun mengatakan keanggotaan Gibran di PDIP sudah resmi berakhir setelah resmi didaftarkan ke KPU sebagai bakal cawapres Prabowo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desakan Gibran untuk mundur pun turut disuarakan Ketua DPC PDIP Kota Solo FX Hadi Rudyatmo. Pria yang akrab disapa Rudy itu menyebut Gibran mestinya menunjukkan tata krama berpolitik.Rudy mengatakan proses pengunduran diri Gibran cukup sederhana yakni dengan mengembalikan Kartu Tanda Anggotanya (KTA) ke Kantor DPC PDIP.Pada 21 Juni 2022, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pernah mengancam memecat kadernya yang coba-coba bermanuver menjelang Pemilu 2024. Megawati mengingatkan kadernya tak ‘bermain dua kaki’.Presiden kelima RI itu mengingatkan bahwa PDIP merupakan partai yang solid dan disiplin pada aturan. Ia tak mau kadernya mencari muka tanpa mengikuti aturan partai.Jokowi pun telah merestui Gibran maju di Pilpres 2024 bersama Prabowo. Putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, yang saat ini jadi Ketua Umum PSI juga telah melabuhkan dukungan kepada Prabowo-Gibran. Demikian pula dengan menantu Jokowi, Bobby Nasution, yang menyatakan dukungan untuk Prabowo.PDIPĀ disebut hati-hati jaga ritmeAnalis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai kini PDIP tengah berhati-hati menjaga ritme politik. Menurutnya, jika PDIP memecat Gibran, maka bisa berdampak pada penilaian publik.”PDIP tidak punya pilihan, karena ketika dia memilih memecat Gibran, secara empati publik itu akan berdampak negatif pada (elektabilitas) PDIP. Maka pertimbangan-pertimbangan ini yang juga akan meragukan bagi PDIP untuk mengambil sikap tegas kepada Gibran,” ujar Arifki saat dihubungi, Kamis (26/10) malam.Ia juga menyoroti basis kubu Ganjar dan Gibran yang sama-sama bersaing di Jawa Tengah. Arifki menilai jika PDIP terlalu keras kepada Gibran, maka akan berdampak besar pada elektabilitas partai.”Ketika misalnya Gibran dipecat dari kader PDIP itu akan berdampak kepada Bobby atau mungkin ke Jokowi juga. Artinya empati publik Jokowi yang sedang tinggi-tingginya, tentu juga akan mengkhawatirkan bagi PDIP bahwa tren negatifnya akan berdampak pada PDIP. Maka hal ini yang dicemaskan oleh PDIP kalau menurut saya,” jelas dia.Menurut Arifki, sejauh ini elite PDIP masih ingin bermain aman. PDIP dinilai tidak hanya melawan Prabowo, tapi juga melawan anak Presiden.Ia menuturkan PDIP yang sudah berkuasa selama dua periode tentu merasa khawatir bersikap tegas pada Gibran melihat kansnya menang jadi wakil presiden. Ia berpendapat meskipun saat ini PDIP mengusung Ganjar, tapi partai pimpinan Megawati itu tetap menjaga Gibran yang bisa jadi menang di 2024.Simak video analisis pengamat soal pengaruh JokowiĀ padaĀ Prabowo-Gibran:[Gambas:Video CNN]Pengamat Politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, pun menilai PDIP lebih memilih menunggu Jokowi dan keluarganya mengundurkan diri ketimbang memecat mereka.Dia mengatakan masyarakat Indonesia mudah bersimpati. Karenanya, menurut dia, langkah pemecatan oleh PDIP dapat berbuah simpati kepada keluarga Jokowi.Sementara itu, masyarakat akan tidak bersimpati dengan Megawati dan PDIP. Asrinaldi pun menyinggung perlakuan-perlakuan PDIP kepada Jokowi yang ramai jadi perbincangan publik.”Tentu dengan beredarnya banyak informasi, beredarnya video bagaimana Bu Mega dengan Pak Jokowi atau dilakukan seperti apa presiden, ini kan juga menjadi simpati masyarakat menjadi meningkat gitu. Ditambah dengan pemecatan akan membuat apriori kepada PDIP. Ini yang barangkali dijaga,” ujar Asrinaldi kepada CNNIndonesia.com, Kamis.”Ketimbang dipecat, ya memang didorong untuk mengundurkan diri. Itu lebih elegan juga bagi PDIP, sehingga tidak berdampak pada elektabilitasnya ketika Pemilu 2024,” sambungnya.Kader istimewaSementara itu, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai Gibran dan Jokowi kader yang istimewa bagi PDIP.Menurut Adib, dukungan dari keluarga Jokowi sangat penting di mata PDIP dan juga Megawati. Ia mengatakan PDIP masih menantikan dukungan dari Jokowi, sehingga belum ada sikap tegas dari partai.”Kenapa PDIP masih berpikir keras, masih menahan langkah-langkah tegasnya karena Jokowi dan Gibran sangat berarti di mata mereka. Makanya sampai hari ini ketika Jokowi melakukan konfrontasi menurut saya, (skor) 1-0 menurut saya menang Jokowi kalau sampai hari ini PDIP itu tak kunjung melakukan pemecatan terhadap Gibran. Karena kan jelas membelot,” kata Adib saat dihubungi.Selain itu, Adib menduga Jokowi juga melancarkan taktik ‘kuda troya’. Ia mengatakan bisa jadi Jokowi sengaja masuk ke poros di luar PDIP untuk memecah suara saja.Hal ini bertalian dengan kemungkinan pilpres putaran kedua. Di momen itulah, kata Adib, lobi-lobi politik Jokowi dan PDIP menemukan titik puncaknya.”Ini juga bisa menjadi landasan analisa saya. Jangan-jangan ini bermain dua kaki untuk memecah suara. Ketika putaran kedua, mereka bersatu lagi,” katanya.[Gambas:Instagram] (pop/tsa)