Ini Penyebab WNI Berobat ke Luar Negeri, yang Dikeluhkan Jokowi Sedot Devisa Rp180 T

25 April 2024, 8:20

TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Jokowi menyoroti tren WNI yang berobat ke luar negeri sehingga berpotensi menyedot devisa US$ 11,5 miliar atau Rp 180 triliun.”Satu juta lebih WNI berobat ke luar negeri, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Eropa, Amerika, dan kita kehilangan US$ 11,5 miliar atau Rp 180 triliun,” katanya dikutip dari saluran YouTube Sekretariat Presiden saat menyampaikan sambutannya di Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2024 di Tangerang pada Rabu, 24 April 2024.Menurut Jokowi, kebiasaan masyarakat Indonesia yang memilih berobat di luar negeri memiliki penyebab. Karena itu, ia meminta industri kesehatan dalam negeri perlu diperkuat.Fenomena banyak orang Indonesia berobat ke luar negeri, terutama Malaysia dan Singapura, sudah terjadi sejak lama dan sempat terhenti ketika pandemi Covid-19.Menurut dr. Effiana dari Program Studi Magister Bioetika FK-KMK UGM, ada beberapa etik dalam proses pengambilan keputusan berobat ke luar negeri.“Secara umum, alasan masyarakat adalah ketidakpuasan terhadap pelayanan yang ada di Indonesia. Selain itu, faktor penarik berupa layanan yang lebih lengkap di negara tujuan juga cukup berpengaruh,” katanya dalam Raboan Discussion Forum yang diselenggarakan oleh CBMH (Center for Bioethics and Medical Humanities) UGM dengan judul “Berobat ke Negara Tetangga, Bagaimana Aspek Etiknya?” pada 29 Maret 2023, dikutip dari laman Fakultas Kedokteran UGM.Menurut Effiana, ada pula logika kebutuhan bahwa seseorang merasakan adanya risiko dan kekhawatiran terhadap pengobatan di Indonesia sehingga membenarkan persepsi bahwa bepergian ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan medis adalah tindakan yang rasional.Waktu tunggu lamaKoran Tempo edisi 13 Maret 2023 menulis bahwa waktu tunggu penanganan yang lama di rumah-rumah sakit Indonesia menjadi penyebab banyak WNI memilih beroba ke luar negeri. Kementerian Kesehatan mencatat, seorang pasien jantung bisa menunggu sampai tiga tahun untuk bisa mendapat layanan operasi seperti memasang ring.Iklan

Hal itu karena hanya ada 10 rumah sakit yang bisa menangani operasi jantung dan 40 rumah sakit yang melayani pemasangan ring. Selain itu, keberadaan rumah sakit juga tidak merata di seluruh Indonesia dan kebanyakan berpusat di Jakarta.Setidaknya ada tujuh sebab yang melatarbelakangi keputusan pasien Indonesia berobat ke luar negeri menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Bethsaida Gading Serpong, Tangerang, Dasaad Mulijono. Pertama, kurangnya mutu pelayanan dan pengawasan kesehatan rumah sakit Indonesia.Kedua, teknologi dan obat-obatan di rumah sakit luar negeri yang diyakini lebih canggih. Ketiga, kurang puas terhadap komunikasi dokter dan SDM  rumah sakit yang menurut mereka kurang bersahabat.“Keempat, ketepatan diagnosis. Pernah kejadian, dokter di Indonesia bilangnya pasien menderita TBC lalu dibawa ke rumah sakit di Singapura, baru diberi antibiotik dua minggu sudah sembuh. Ternyata salah diagnosis,” kata Dasaad kepada tabloidbintang.com seperti dikutip Tempo, 30 Desember 2018. Kelima, standar makanan hingga sarana hiburan di rumah sakit luar negeri menciptakan suasana yang menyenangkan selama berobat.Keenam, reputasi kelas dunia, dan Ketujuh, testimoni kepuasan dari banyak pihak membuat orang Indonesia makin mantap berobat ke luar negeri. Padahal, menurut Dasaad, rumah sakit di Indonesia sudah dilengkapi teknologi canggih yang terintegrasi dengan kompetensi para dokter yang berpengalaman di bidangnya. Pilihan Editor Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Partai

Institusi

,

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi