Generasi Baru Santri NU di Jawa Timur, Menggugat Politik Patron

6 February 2024, 10:19

Jakarta, CNN Indonesia — Lantunan berbahasa Arab menggema di salah satu sudut ruang Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis (25/1) siang. Para santri duduk bersila tanpa alas. Tangan mereka menopang kitab kuning dengan mata yang tak berhenti memandang.
Dalam jejeran yang tak rapi, kemeja dan kain sarung mereka tak seragam. Satu dua santri, sesekali membenarkan letak peci di kepala.
Lirboyo salah satu pondok tertua di Jawa Timur. Usia pondok yang didirikan KH Abdul Karim ini sudah satu abad lebih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini jumlah santri Lirboyo mencapai 39.534 orang.
Seperti pondok tradisional lain di Jawa Timur, afiliasi Lirboyo dengan Nahdlatul Ulama terjalin lewat kesamaan mazhab, tradisi salaf, dan pertalian para pendiri dan keturunannya dengan ulama-ulama NU. KH Abdul Karim tercatat pernah menuntut ilmu kepada para sesepuh NU antara lain Syaikhona Kholil Bangkalan dan KH Hasyim Asy’ari.

Sekitar satu bulan sebelumnya, keluarga besar pondok ini menyatakan dukungan kepada calon presiden dan pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Deklarasi dipimpin langsung oleh Pengasuh Utama Ponpes Lirboyo KH Anwar Mansyur.
Deklarasi Lirboyo menjadi suntikan berarti bagi Cak Imin lantaran survei sejumlah lembaga hingga akhir Desember 2023, elektabilitasnya di Jatim bersama Anies tak kunjung beranjak dari peringkat tiga.
Sementara bagi Lirboyo, dukungan kepada AMIN menandai perubahan arah politik pondok untuk kesekian kali.

Pengurus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur saat menyampaikan dukungan kepada calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1 Anies Baswedan serta Muhaimin Iskandar (AMIN). ANTARA/HO-Timnas AMIN

Lirboyo memang punya catatan keterlibatan politik cukup panjang yang terus berlanjut sampai hari ini.
Pada Pilpres 2014, Lirboyo terang-terangan mendukung Prabowo-Hatta Rajasa yang kala itu menghadapi Jokowi-Jusuf Kalla.
Kemudian, Pilpres 2019,Lirboyo berubah haluan dengan mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.
Paslon-paslon yang didukung itu selalu berhasil menang di TPS-TPSdalam kompleks Lirboyodan sekitarnya.
Patronase politik kiai
Berdasarkan data Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jatim tahun ajaran 2022-2023, provinsi ini memiliki 6.826 pesantren, 992.563 santri/santriwati dan 89.773 ustaz/ustazah.
Dengan jumlah hampir satu juta santri, dukungan sebuah pondok tak bisa dianggap remeh.
Untuk pondok-pondok besar dan tua, dukungan mereka tak hanya berpotensi diikuti ribuan santri aktif, melainkan juga orang tua santri hingga para alumni, yakni para ustaz yang tersebar di pesantren-pesantren lain.
Bahkan dukungan pondok bisa mempengaruhi pilihan warga sekitar sebagaimana diperlihatkan Lirboyo pada Pemilu 2014 dan 2019 lalu.
Efek turunan itu tak lepas dari status kiai yang cukup istimewa di masyarakat, terutama di pedesaan Jawa Timur yang selama ini dikenal sebagai basisnya warga nahdliyin.
Survei SMRC pada Oktober tahun lalu mencatat ada sekitar 40 juta warga NU yang akan memilih di Pilpres 2024. Dari survei yang sama, sebanyak 48,4 persen warga di Jawa Timur mengaku sebagai bagian NU.

Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menyebut para kiai adalah panutan dan sumber rujukan berbagai hal, termasuk soal politik.
Surokim berkata pengaruh kiai-santri dalam politik di Jatim dapat dilihat dari beberapa hal.
Pertama, kiai sering kali menjadi tokoh sentral dalam tiap kontestasi politik. Mereka bisa menjadi juru kampanye atau bahkan caleg.
Kedua, santri juga sering kali terlibat aktif dalam kegiatan politik. Mereka bisa menjadi relawan atau bahkan caleg karena dukungan dan dorongan kiai.
Ketiga, keputusan kiai dalam politik sering kali diikuti para santri. Hal ini dikarenakan para santri menaruh kepercayaan dan rasa hormat yang tinggi kepada kiai.
Surokim menyebutnya relasi itu sebagai patronase politik.
Salah satu pengasuh Pesantren Darul Ulum Jombang, KH Zahrul Jihad atau Gus Heri, menamakan relasi kiai-santri itu dengan sebutan nderek kiai. 
Darul Ulum seperti Lirboyo, jadi salah satu pesantren NU tertua yang memiliki banyak santri. Bedanya, sikap politik Darul Ulum tak segamblang Lirboyo.
Tidak ada deklarasi terang-terangan dari para pengasuh seperti dilakukan oleh Lirboyo baru-baru ini. Pun, tak ada spanduk atau baliho para capres-cawapres di sekitar kompleks pesantren.

Gus Heri mengatakan baru capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang berkunjung ke pesantrennya jelang Pilpres 2024.
“Di Darul Ulum, Anies pernah ke sini, dua kali,” kata Gus Heri kepada CNNIndonesia.com.
Meski demikian, Gus Heri mengklaim mayoritas kiai di keluarga besar Darul Ulum, termasuk dirinya, condong mendukung Prabowo-Gibran.
Faktor terbesarnya ialah sosok Presiden Jokowi.
Gus Heri mengatakan dukungan ke Prabowo-Gibran ia sampaikan secara terang-terangan kepada santri yang disebutnya berjumlah 11.700 orang.
Kepada santri yang belum memiliki hak pilih, Gus Heri meminta mereka untuk menyampaikan pesan politik ke orang tuanya di kampung. Ia yakin mereka akan amanah mengikuti perintahnya itu.
“Hampir seminggu sekali saya sampaikan itu. Karena untuk penguatan. Saya katakan pada anak-anak, tolong sampaikan pada orang tua masing-masing,” kata Gus Heri yang juga merupakan Sekretaris Partai Demokrat Jombang ini.
Klaim Gus Heri, tradisi nderek kiai di Darul Ulum masih terjaga. Karenanya, ia yakin dua kunjungan Anies tak akan mempengaruhi para santri.

Baca halaman berikutnya: Gugatan santri-santri muda