Bukan Putin Biang Kerok! Terungkap AS Sumber ‘Kiamat’ Eropa

10 February 2023, 6:21

Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) disebut-sebut sebagai pihak yang bertanggung jawab atas ancaman ‘kiamat’ gas di Eropa. Hal ini terkait klaim sabotase yang menyebabkan kerusakan pipa gas Nord Stream 1 yang mengalir dari Rusia ke Benua Biru,
Itu diungkapkan oleh wartawan investigasi yang juga pemenang Pulitzer Award, Seymour Hersh dalam blognya. Menurutnya operasi rahasia telah diperintahkan Gedung Putih dan dilakukan CIA.
Dalam laporannya, pria berusia 85 tahun itu mengatakan operasi dilakukan September 2022. Ia menuding penyelam laut dalam AS, menggunakan latihan militer NATO sebagai kedok, menanam ranjau di sepanjang jalur pipa yang kemudian diledakkan dari jarak jauh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia, dengan menjabarkan ucapan seorang sumber, menyebut penyelam itu berasal dari Pusat Menyelam dan Penyelamatan Angkatan Laut AS di Panama City, Florida. Akibat tindakan itu, tiga dari empat jaringan pipa yang dibangun di sana rusak.
“Angkatan Laut AS melakukan operasi di bawah kedok latihan maritim NATO, BALTOPS 22,” papar jurnalis investigasi itu dikutip New York Post dan Times, Jumat (10/2/2023).
Menurutnya, keputusan Presiden AS Joe Biden terkait sabotase itu sudah lebih dari sembilan bulan direncanakan. Ini jadi bahasan internal di komunitas keamanan nasional Amerika.

“Untuk sebagian besar waktu itu, masalahnya bukan apakah akan melakukan misi, tetapi bagaimana menyelesaikannya tanpa petunjuk jelas tentang siapa yang bertanggung jawab,” tulis Hersh.
Perlu diketahui Nord Stream 1 memang menjadi pipa penting dalam penyaluran gas ke Eropa. Pipa Nord Stream 1 membentang sepanjang 745 mil atau sekitar 1.200 km di bawah Laut Baltik dari pantai Rusia dekat St Petersburg ke timur laut Jerman.
Nord Stream dijalankan oleh perusahaan berbasis di Swiss yang pemegang saham utamanya adalah Gazprom, raksasa energi Rusia. Dibuka pada tahun 2011, pipa ini dapat mengirim maksimum 170m kubik meter gas per hari dari Rusia ke Jerman, kemudian disalurkan ke pembeli lainnya di Eropa.
Rusia telah menghabiskan sekitar US$20 miliar untuk membangun jaringan pipa gas. Akibat perang Rusia dan Ukraina, Moskow disebut kerap menggunakan Nord Stream 1 untuk menekan Eropa.
Tak hanya diturunkan alirannya, beberapa kali pasokan sempat disetop karena sejumlah hal, termasuk perbaikan. Selama setahun terakhir, Rusia telah memotong pasokan gasnya ke negara-negara Uni Eropa sebesar 88%.
Ini cukup membuat harga energi itu melambung tinggi. Puncaknya saat kebocoran ditemukan akhir September oleh Norwegia dan Denmark di dekat Pulau Bornholm.
Gelembung gas besar naik ke permukaan laut, yang terbesar berdiameter 1 km. Aksi saling tuduh terjadi.
Presiden Rusia Vladimir Putin menuding kebocoran pipa gas itu akibat aksi terorisme internasional. Sementara Barat sebaliknya.
Dalam blognya, Hersh juga menyebut soal Nord Stream 2. Diketahui pengembangan dilakukan dengan membuat Nord Stream 2 yang selesai pada 2021, namun hingga kini belum beroperasi.
“Biden dan tim kebijakan luar negerinya, termasuk penasihat keamanan nasionalnya Jake Sullivan, menteri luar negerinya Antony Blinken dan wakil menteri luar negeri untuk urusan politik Victoria Nuland, telah berbicara menentang Nord Stream 2, yang akan menyokong Eropa,” tulisnya.
“Gas Rusia selama beberapa dekade. Itu juga akan meningkatkan pengaruh politik Kremlin di benua itu pada saat ketegangan meningkat antara Moskow dan Barat dan secara signifikan meningkatkan pendapatan Rusia. Nord Stream 2, saja, akan menggandakan pasokan gas yang sudah disediakan oleh Nord Stream 1,” jelasnya.
Menurutnya hanya beberapa minggu sebelum invasi Rusia ke Ukraina, saat membahas kemungkinan sanksi terhadap Moskow, Biden memperingatkan soal mengakhiri Nord Stream 2. Sumber anonim Hersh mengatakan bahwa, karena ancaman presiden, penghancuran saluran pipa “tidak lagi dapat dianggap sebagai opsi terselubung karena presiden baru saja mengumumkan bahwa kami tahu bagaimana melakukannya”.
“Rencana untuk meledakkan Nord Stream 1 dan 2 tiba-tiba diturunkan dari operasi rahasia yang mengharuskan Kongres diberitahu menjadi operasi yang dianggap sebagai operasi intelijen yang sangat rahasia dengan dukungan militer AS,” tulis Hersh.
“Tidak ada lagi persyaratan hukum untuk melaporkan operasi tersebut ke Kongres. Yang harus mereka lakukan sekarang hanyalah melakukannya,” tambahnya mengutip sumber.
Tanggapan AS dan Rusia
Menanggapi laporan ini, Juru Bicara Pentagon Korps Marinir Letnan Kolonel Garron J. Garn mengatakan AS tidak terlibat dalam ledakan Nord Stream. Serupa, Gedung Putih juga mengatakan laporan itu adalah ‘fiksi yang benar-benar palsu dan lengkap’.
Atas laporan ini, Rusia menegaskan AS harus dapat menjelaskan secara detail terkait laporan peledakan ini. Diketahui, Moskow juga pernah menegaskan bahwa NATO dan Washington memanglah dalang dari ledakan pipa itu.
“Gedung Putih sekarang harus mengomentari semua fakta ini,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam akun Telegramnya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Gawat! Sabotase Ancam Eropa, Gas Benua Biru Segera Tamat?

(sef/sef)

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Transportasi