Blitar (beritajatim.com) – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengalami kekalahan 2 kali beruntun di Bumi Bung Karno. Meski Kota Blitar menyandang predikat sebagai “kandang banteng” selama beberapa tahun, namun pada Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Wali Kota (Pilwali) 2024, PDIP harus menelan pil pahit yakni kalah beruntun.
Hasil ini tentu mencoreng wajah PDIP di “rumah sendiri”. Pasalnya, di Kota Blitar ada makam ayah dari sang Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri yakni Ir. Soekarno.
Melihat kondisi itu DPP PDIP dan DPD PDIP Jawa Timur tak mau tinggal diam. Dalam Konferensi Daerah (Konferda) dan Konferensi Cabang (Konfercab) PDIP Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, DPP dan DPD mengambil keputusan untuk merombak kepengurusan DPC PDIP Kota Blitar.
Syahrul Alim yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Kota Blitar pun dicopot dari jabatannya. Ia digantikan oleh Yudi Meira. Pria yang memperoleh suara terbanyak di Pemilihan Legislatif (Pileg) lalu itu ditunjuk sebagai Ketua DPC PDIP yang baru hingga tahun 2030.
Usai diangkat menjadi Ketua DPC PDIP Kota Blitar, Yudi Meira pun memaparkan tugas berat yang embannya. Secara garis besar 3 tugas yang harus dipenuhi Yudi Meira di beberapa tahun mendatang.
“Tugas berat bagi kita itu dari Bu Ketua Umum (Megawati Soekarnoputri) itu pesan dari kursi dewan yang sebelumnya 10 jadi 8 itu kita harus minimal dikembalikan ke 10. Kursi DPR-RI dari 3 menjadi 2 harus dikembalikan menjadi 3, kemudian memenangkan kembali Pilwali 2030 mendatang,” ucap Yudhi pada Jumat (26/12/2025).
Selama kepemimpinan Syahrul Alim, nasib PDIP di Kota Blitar memang kurang beruntung. Bagaimana tidak di kota yang status sebagai Bumi Bung Karno, Calon Presiden yang diusung PDIP yakni Ganjar-Mahfud harus menerima kenyataan kalah telak oleh Prabowo-Girban yang diusung Gerindra.
Kala itu Prabowo-Gibran mendulang 59.809 suara sementara Ganjar-Mahfud hanya mendapatkan 28.621 suara di Kota Blitar.
Belum sembuh dari ingatan kekalahan itu, PDIP kemudian masih harus dihadapan kenyataan pahit lainnya, yakni Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Blitar, Bambang-Bayu juga harus tumbang dari Calon yang diusung PKB, Syauqul Muhibbin-Elim Tyu.
Bahkan di kursi legislatif kota, PDIP juga harus merelakan 2 kursinya hilang. Mesti tetap berstatus partai dengan jumlah kursi legislatif terbanyak di Kota Blitar, namun hilangnya 2 kursi itu menjadi evaluasi yang tajam.
“Dari DPP meminta kita untuk solid dan turun ke masyarakat karena PDIP itu partainya wong cilik jadi harus turun ke masyarakat,” imbuhnya.
Kini tugas berat menanti Ketua DPC PDIP yang baru yakni Yudi Meira. Mampukah Yudi Meira memperbaiki kondisi PDIP di Bung Karno, tentu hanya waktu yang akan menjawab. [owi/beq]
