Tim Peneliti Ungkap Temuan Baru Soal Erupsi Gunung Anak Krakatau

29 November 2023, 21:49

TEMPO.CO, Jakarta – Tim peneliti gabungan beberapa instansi menemukan fakta baru soal erupsi atau letusan Gunung Anak Krakatau. Hasil risetnya dipublikasi di jurnal ilmiah Frontiers pada Oktober 2023 dengan judul Magma Storage Conditions Beneath Krakatau, Indonesia: Insight from Geochemistry and Rock Magnetism Studies.Riset itu melibatkan Aditya Pratama, Dini Nurfiani, Putu Billy Suryanata, Taufik Ismail, Gabriela Nogo Retnaningtyas Bunga Naen, Mirzam Abdurrachman, Wilfridus Ferdinando Supriyadi Banggur, Nining Sumawati Asri, Ratika Benita Nareswari, Satria Bijaksana, Muhammad Hanif, Estu Kriswati, Idham Andri Kurniawan dan Nugroho Imam Setiawan. Mereka berasal dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian serta Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Pusat Riset Kebencanaan Geologi dan Pusat Riset Material Maju dari Badan Riset Inovasi Nasional, Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia serta Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM).Dari riset itu, menurut Mirzam, diketahui bahwa letusan Gunung api Anak Krakatau sejak 2018 hingga sekarang, kondisi magmanya berbeda dengan letusan abad ke enam atau pada 416 dan 1883. Dulu temperatur magma gunungnya rendah sehingga kandungan magmanya lebih kental dibandingkan dengan yang sekarang.Dari kajian itu, kedalaman magmanya pun tergolong dangkal, yaitu sekitar 3-6 kilometer berdasarkan studi geokimia dan magnetisme batuan. “Sehingga potensi letusan eksplosifnya sangat besar,” kata volkanolog dari ITB itu, Rabu, 29 November 2023.Kemudian sejak erupsi 2018, tim peneliti melihat magmanya berasal dari kedalaman yang jauh hingga lebih dari 26 kilometer. Temperatur magmanya tinggi dan kandungan magmanya encer.”Dari sisi saintifik ini berita bagusnya. Kalau dia dalam mau naik ke permukaan perlu waktu dan dengan temperatur tinggi dan encer maka magma keluarnya efusif atau lelehan lava,” ujar Mirzam.Perubahan dari erupsi gunung yang tumbuh dari bawah laut di Selat Sunda itu seiring dengan perubahan komposisi atau diferensiasi magma yang juga berjalan seiring waktu. Perubahan itu bisa dari hasil interaksi magma dengan magma lain atau bercampur dengan batuan samping.Iklan

Menurut Mirzam, perubahan kondisi magma itu masih berproses secara alamiah. “Itu yang harus diamati. Kalau batuannya semakin asam maka magmanya cenderung kental,” ujarnya.Sementara itu, menurut Ahmad Basuki dari Tim Kerja Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG, erupsi Gunung Anak Krakatau pada bulan ini dimulai pada 26 November 2023. “Hingga 29 November 2023 telah terjadi 100 kali erupsi,” kata dia, Rabu.Rinciannya, erupsi pada 26 November sebanyak lima kali. Kemudian 27 November hingga 60 kali. Lalu pada 28 November 31 kali, dan 29 November hingga pukul 12.00 terjadi empat kali erupsi.Dari laporan PVMBG, selama 2023 hingga Oktober lalu telah terekam sebanyak 415 kali gempa letusan dengan ketinggian kolom erupsi antara 50 – 3.500 meter di atas puncak gunung. Pilihan Editor: Erupsi Gunung Anak Krakatau, Volkanolog ITB Teringat Tsunami Selat Sunda 2018

Partai

Institusi

,

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi