Tetangga RI ‘Diam-Diam’ Perluas Wilayah di Laut China Selatan

15 December 2022, 11:00

Jakarta, CNBC Indonesia – Vietnam tengah memperluas wilayah besar-besaran di Laut China Selatan (LCS) pada paruh kedua 2022. Pekerja di negara tetangga RI ini mulai melakukan pengerukan dan penimbunan di beberapa pos terdepan perairan tersebut.
Sebuah badan think-tank asal Amerika Serikat (AS), Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington (CSIS), menyebut Vietnam tengah menandakan niat untuk secara signifikan memperkuat klaimnya di perairan yang disengketakan.
Dalam laporannya, CSIS mengatakan pekerjaan di Kepulauan Spratly, yang juga diklaim oleh China dan negara lainnya, telah menciptakan sekitar 170 hektare lahan baru. Ini membuat total area yang telah direklamasi Vietnam menjadi 220 hektare dalam satu dekade terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mendasarkan temuannya pada citra satelit komersial, Prakarsa Transparansi Maritim Asia (AMTI) CSIS mengatakan bahwa upaya tersebut mencakup perluasan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di empat pos dan pengerukan baru di lima pos lainnya.
“Skala pekerjaan TPA, meski masih jauh dari lebih dari 3.200 hektare lahan yang dibuat oleh China dari 2013 hingga 2016, secara signifikan lebih besar dari upaya sebelumnya dari Vietnam dan merupakan langkah besar untuk memperkuat posisinya di Spratlys, ” kata laporan itu, sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (15/12/2022).
AMTI mengatakan pos terdepan Vietnam di Pulau Namyit, Pearson Reef, dan Sand Cay sedang mengalami ekspansi besar-besaran, dengan pelabuhan pengerukan yang mampu menampung kapal yang lebih besar sudah mulai terbentuk di Namyit dan Pearson.
Pulau Namyit seluas 47 hektare dan Pearson Reef seluas 48 hektare, keduanya kini lebih besar dari Pulau Spratly seluas 39 hektare, yang pernah menjadi pos terdepan Vietnam. Tennent Reef, yang sebelumnya hanya menampung dua struktur kotak obat kecil, sekarang memiliki lahan buatan seluas 26 hektare, kata laporan itu.

AMTI mengatakan Vietnam menggunakan kapal keruk clamshell untuk meraup bagian terumbu dangkal dan menyimpan sedimen untuk TPA. Proses ini disebut tidak terlalu merusak dibandingkan pengerukan hisap pemotong yang digunakan China untuk membangun pulau buatannya.
“Tetapi kegiatan pengerukan dan penimbunan sampah Vietnam pada tahun 2022 sangat penting dan menandakan niat untuk secara signifikan membentengi fitur-fitur yang ditempati di Spratly,” kata laporan itu.
“Infrastruktur (apa) yang akan menjadi tuan rumah pos-pos yang diperluas masih harus dilihat. Apakah dan sejauh mana reaksi China dan penggugat lainnya akan tetap diawasi,” katanya.
China selama ini sudah mengeklaim hampir seluruh wilayah LCS, yakni sekitar 90% yang meliputi area seluas sekitar 1,3 juta mil persegi, dengan konsep sembilan garis putus-putus (nine-dash line). Ini termasuk sebagian besar pulau di dalamnya, termasuk Kepulauan Nansha, yang dikenal di luar China sebagai Kepulauan Spratly.

Dari klaim sepihak tersebut, Negeri Tirai Bambu bahkan telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan yang dibangunnya di sana. LCS sendiri dilintasi oleh jalur pelayaran penting dan berisi ladang gas dan tempat penangkapan ikan yang kaya.
Klaim teritorial sepihak tersebut tumpang tindih dengan klaim beberapa negara Asean dan Taiwan. Selain dengan China, LCS sendiri berbatasan dengan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

AS Sebut China Ancaman, Ini Balasan Beijing

(luc/luc)

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi