Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala badan intelijen Rusia, Sergey Naryshkin, mengungkap penyebab belum berakhirnya perang di Ukraina. Ia menyebut hal ini terkait dengan peran negara-negara Barat terhadap rezim di Kyiv.
Menurutnya, sebenarnya kesepakatan dasar tertentu telah tercapai dalam negosiasi antara keduanya di Istanbul pada akhir Maret lalu, Namun saat ini, Amerika Serikat (AS) bersama sekutu masih melarang Ukraina untuk bernegosiasi dengan Rusia.
“Namun, orang-orang di Washington, orang-orang di London, memberitahu rekan mereka di Kyiv: ‘Tidak, (seharusnya) tidak ada pembicaraan damai, tidak ada perdamaian. Kami telah membayar Anda beberapa lusin miliar,” paparnya dikutip Russia Today, Rabu (18/1/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami telah berinvestasi pada Anda; kami akan terus memompa uang dan senjata, dan tugas Anda sederhana – pergi dan bertarung’.”
Pemerintah Ukraina kemudian dengan cepat menarik kembali semua janji yang telah dibuatnya di Istanbul. Ini tak lama setelah Perdana Menteri Inggris saat itu, Boris Johnson, mengunjungi Kyiv.
Rusia dan Ukraina tidak pernah duduk di belakang meja perundingan sejak saat itu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menandatangani dekrit yang secara resmi melarangnya berbicara dengan timpalannya dari Rusia, Presiden Vladimir Putin.
Zelensky sendiri saat ini mempromosikan KTT internasional yang diselenggarakan PBB yang direncanakan di New York pada 24 Februari. Dalam KTT yang tidak melibatkan Moskow itu, Ukraina diperkirakan akan fokus pada 10 poin ‘rencana perdamaian’.
Beberapa poin yang diusulkan Ukraina adalah menyerukan Rusia untuk mundur ke perbatasan yang diklaim oleh Ukraina, membayar reparasi, dan tunduk pada pengadilan kejahatan perang.
Moskow telah menolak proposal Zelensky, dengan mengatakan bahwa mereka menolak untuk memperhitungkan kenyataan di lapangan dan sebenarnya menunjukkan keengganan Kyiv untuk menemukan solusi atas krisis tersebut.
Meski begitu, Putin dan pejabat Rusia lainnya telah berulang kali menyatakan bahwa Moskow siap untuk berdialog, tetapi dengan caranya sendiri. Salah satunya adalah Ukraina mengakui status Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia sebagai bagian dari Rusia.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Dokumen Bocor, Ternyata AS Tahu Rusia Bakal Serang Ukraina
(luc/luc)