Tanggapi Dirty Vote, Islah: Penguasa Tak Selalu Negarawan!

13 February 2024, 5:05

Senin, 12 Februari 2024 – 23:43 WIB Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menilai kasus penembakan Brigadir J dan drama Ferdy Sambo ditunggangi kelompok yang ingin menjatuhkan muruah Polri. Foto: Dok KAMI DKI jpnn.com, JAKARTA – Film dokumenter tentang kecurangan pemilu 2024 ‘Dirty Vote’ yang dirilis akhir pekan lalu telah menuai polemik.Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Islah Bahrawi turut mengungkapkan pendapatnya soal film dokumenter tersebut. Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) mengungkapkan bahwa setelah nonton “Dirty Vote”, dirinya jadi ingat pemikiran para tokoh seperti John Stuart Mill, Timothy Snyder dan Abu al-A’la al-Ma’arri.”Inilah petuah mereka: ‘Seorang penguasa adalah seorang Politisi, yang tidak selalu identik sebagai Negarawan. Seorang Politisi terus memikirkan kekuasaan, kemenangan, kekalahan dan balas dendam’,” ujar Islah dalam cuitan di akun X miliknya, Senin (12/2).Islah melanjutkan, seorang Negarawan selalu meminta rakyatnya menjadi yang terbaik dan tidak memaksa rakyat untuk memujinya sebagai yang terbaik. Islah pun berpendapat, manusia pada dasarnya tidak pantas menguasai semua yang diinginkannya. Seorang penguasa pun hanya memiliki kekuasaan selama tidak mengambil segalanya dari orang lain.”Namun ketika penguasa telah merampas segalanya, maka orang lain seharusnya tidak wajib mengakui kekuasaannya,” tegas Islah. Islah menegaskan, terlalu banyak penguasa jahat dan culas yang membajak jubah-jubah kesalehan, sehingga pada akhirnya tersungkur dalam kebencian massal.”Ketika seorang penguasa menipu rakyat dengan kata-kata penuh suka cita untuk menutupi kejahatannya, maka dia akan mati terinjak-injak oleh tarian rakyatnya,” tegasnya.

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi