Sayur Jadi Tantangan dalam Uji Coba Makan Gratis di Lamongan

Sayur Jadi Tantangan dalam Uji Coba Makan Gratis di Lamongan

Lamongan (beritajatim.com) – Rendahnya minat siswa dalam mengonsumsi sayur, menjadi tantangan tersendiri dalam uji coba pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Lamongan.

Uji coba Program MBG di Lamongan mulai dilaksanakan hari ini. Total sebanyak 3.500 porsi dibagikan ke siswa di 6 sekolah, mulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA sederajat.

Keenam sekolah tersebut yakni TK Kartika, SD Kepatihan, SD Jetis 3, SD Jetis 4 SMP Negeri 1 Lamongan serta SMA Negeri 1 Lamongan.

“Ini sudah dipersiapkan sebaik-baiknya dan nanti kita akan evaluasi,” kaya Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, di sela melakukan peninjauan uji coba MBG, Senin (6/1/2025).

Pada kesempatan yang sama, Dandim 0812/Lamongan, Letkol Arm Ketut Wira Purbawan, mengatakan uji coba MBG ini dilaksanakan selama 5 hari ke depan.

“Semoga setelah evaluasi nanti bisa terus berkelanjutan, sehingga busa mencetak generasi muda yang berkualitas,” tuturnya.

Sementara Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (KSPPG) Lamongan, Agustina Nurul Herdien, mengatakan bahwa komposisi MBG telah memenuhi pedoman Isi Piringku. Mulai dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran dan susu.

“Untuk komposisinya sudah disetarakan dengan kebutuhan anak-anak. Kami ada ahli gizi yang menakar dan mengukut kebutuhan gizi mulai dari anak TK, SD, SMP dan SMA, itu berbeda. Ada rinciannya sendiri, jadi tidak semuanya dipukul rata,” kata Agustina.

Tapi menurut Agustina, dari peninjuaan hari pertama uji coba, didapati ada sejumlah siswa yang enggan menghabiskan sayur. Hal ini menjadi sebuah tabtangan tersendiri.

“Tantangan buat kami adalah sayur. Masih banyak anak-anak yang sayurnya tudak dihabiskan. Itu tantangan buat kami bagaimana menu-menu sayur bisa dihabiskan,” ujarnya.

Lebih lanjut Agustina menyampaikan, selama 5 hari uji coba, menu yang diberikan setiap harinya nanti akan berbeda-beda, agar tidak menimbulkan kebosanan, sekaligus untuk melihat menu apa yang disukai dan yang tidak disukai.

“Itu nantinya menjadi bahan evaluasi bagi kami. Jika nanti ternyata ada beberapa menu yang anak-anak tidak suka, untuk berikutnya menu tersebut tidak dipakai. Kemudian untuk yang alergi kami sudah minta data ke sekolah. Jadi yang alergi itu mendapatkan menu berbeda,” tuturnya. (fak/ted)