Raja Salman Bahas Perdamaian Perang Ukraina, Rusia Gak Diajak

5 August 2023, 13:45

Jakarta, CNBC Indonesia – Arab Saudi akan menjadi tuan rumah pertemuan terkait perang di Ukraina sebagai contoh terbaru dari upaya diplomasi, Sabtu (5/8/2023).
Menurut laporan Saudi Press Agency, Jumat (4/8/2023), pertemuan penasihat keamanan nasional dan pejabat lainnya di kota pesisir Laut Merah, Jeddah, menekankan kesiapan Riyadh menggunakan pengaruh baiknya untuk berkontribusi dalam mencapai solusi yang akan menghasilkan perdamaian tetap.
Melansir dari AFP, para diplomat mengungkapkan bahwa sebanyak 30 negara, kecuali Rusia, diundang untuk hadir dalam pertemuan tersebut. Namun, Saudi Press Agency mengatakan bahwa hanya sejumlah negara yang akan hadir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pertemuan ini menyusul pembicaraan yang diorganisir oleh Ukraina di Kopenhagen pada Juni lalu yang dirancang bersifat informal dan tidak menghasilkan pernyataan resmi.
Sebaliknya, para diplomat mengatakan bahwa sesi-sesi tersebut dimaksudkan untuk melibatkan berbagai negara dalam membahas jalur perdamaian, terutama anggota blok BRICS dengan Rusia yang telah bersikap netral terhadap perang ini dibandingkan dengan kekuatan-kekuatan Barat.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyambut baik kehadiran berbagai negara dalam pertemuan di Jeddah, termasuk negara-negara berkembang yang mengalami lonjakan harga makanan akibat perang Rusia-Ukraina.
“Ini sangat penting karena pada masalah keamanan pangan, nasib jutaan orang di Afrika, Asia, dan bagian lain dunia secara langsung bergantung pada seberapa cepat dunia bergerak untuk menerapkan formula perdamaian,” ujar Zelensky pada Jumat (4/8/2023).
Arab Saudi, eksportir minyak mentah terbesar di dunia yang bekerja sama erat dengan Rusia dalam kebijakan minyak, telah menonjolkan hubungannya dengan kedua belah pihak dan menempatkan posisi sebagai mediator.

“Dengan menjadi tuan rumah pertemuan ini, Arab Saudi ingin memperkuat upaya untuk menjadi kekuatan tengah global dengan kemampuan untuk memediasi konflik, sambil meminta kita untuk melupakan beberapa strategi dan tindakan mereka yang gagal di masa lalu, seperti intervensi mereka di Yaman atau pembunuhan Jamal Khashoggi,” kata direktur program Timur Tengah untuk International Crisis Group, Joost Hiltermann, dikutip Sabtu (5/8/2023).
Pembunuhan seorang kolumnis Saudi untuk The Washington Post, Khashoggi, oleh agen Saudi di Turki pada 2018 pernah mengancam mengisolasi Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan tersebut.
Namun, krisis energi yang diakibatkan oleh perang di Ukraina meningkatkan pentingnya Arab Saudi secara global, membantu memfasilitasi rehabilitasinya.
“Selanjutnya, Riyadh ingin berada di antara negara-negara seperti India atau Brasil, karena hanya sebagai kelompok, kekuatan-kekuatan tengah ini berharap untuk memiliki dampak pada panggung dunia,” kata Hiltermann.
“Apakah mereka akan dapat setuju dalam segala hal, seperti perang di Ukraina, adalah pertanyaan besar,” imbuhnya.
Menurut laporan AFP, China mengonfirmasi bahwa mereka akan berpartisipasi dalam pertemuan di Jeddah.
“China bersedia bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk terus memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan penyelesaian politik krisis Ukraina,” kata juru bicara kementerian luar negeri, Wang Wenbin.

Selain itu, India juga telah mengkonfirmasi kehadirannya di Jeddah dengan menggambarkan langkah ini sesuai dengan posisi negaranya yang sudah lama dan menyatakan bahwa “dialog dan diplomasi adalah jalan ke depan”. Selain itu, Afrika Selatan juga mengatakan akan ikut serta.
Sebelumnya, Arab Saudi menyatakan mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengecam invasi Rusia serta aneksasi wilayah di Ukraina timur secara sepihak.
Namun pada tahun lalu, Amerika Serikat mengkritik pemotongan produksi minyak yang disetujui pada Oktober, dengan menyatakan bahwa itu merupakan “pemantapan posisi dengan Rusia” dalam perang ini.
Pada Mei lalu, Arab Saudi menjadi tuan rumah Zelensky dalam pertemuan Arab di Jeddah. Saat itu, Zelensky menuduh beberapa pemimpin Arab sebagai pihak yang mengabaikan “kekejaman invasi Rusia”.
Ahli politik Arab Saudi di University of Birmingham, Umar Karim, mengatakan bahwa Arab Saudi secara keseluruhan telah mengadopsi “strategi keseimbangan klasik” yang dapat melembutkan respons Rusia terhadap pertemuan akhir pekan ini.
“Mereka sedang bekerja sama dengan Rusia dalam beberapa hal. Jadi, saya kira Rusia akan menganggap inisiatif semacam itu tidak sepenuhnya menguntungkan, tapi juga bukan tidak dapat diterima,” kata Karim.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

6 Update Perang Rusia-Ukraina: Damai, Putin, Zelensky & China

(luc/luc)