Profil Syekh Muhammad Amin Al Husaini, Jasa Mufti Palestina Bagi Kedaulatan Indonesia di Mata Dunia

6 November 2023, 11:01

TEMPO.CO, Jakarta – Di balik pengakuan kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka di mata internasional, ada tokoh Palestina yang turut terlibat. Dia adalah Mufti Besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al Husaini.September 1944, setahun lebih sebelum Indonesia merdeka. Muhammad Amin Al Husaini tengah bersembunyi di Jerman karena Perang Dunia Kedua. Dia diburu imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai Al-Quds, Palestina. Ketika itu tersiar kabar Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Di tengah kesulitan menyembunyikan diri, Amin Al Husaini mempertaruhkan keselamatannya demi menyiarkan berita ini di tanah Arab.Kisah itu tercatat dalam buku Mata Air Keteladanan karya Yudi Latif. Melalui radio Berlin berbahasa Arab, Amin Al Husaini menyatakan Indonesia telah merdeka dan mengucapkan selamat. Itulah mengapa, Palestina secara de facto disebut sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI. Pengakuan itu diberikan bahkan ketika negara ini masih memperjuangkannya. Amin Al Husaini ketika itu aktif melobi banyak pemimpin negara Arab untuk mengakui dan membela kemerdekaan Indonesia.Berkat jasanya, Indonesia diakui pertama kali secara de jure oleh Mesir dan diikuti oleh Suriah, Lebanon, serta beberapa negara Timur Tengah lainnya. Karena itu, sosok Amin Al-Husaini tak bisa dilepaskan dari sejarah Indonesia. Pengaruhnya sebagai Mufti yang diperhitungkan di dunia Arab, membuat sejumlah negara Timur Tengah turut memberikan dukungan kepada Indonesia. Hingga akhirnya, pengakuan negara-negara tersebut melengkapi syarat kemerdekaan RI.Profil Muhammad Amin Al HusainiDinukil dari laman Museum Memorial Holokaus Amerika Serikat, Muhammad Amin Al Husaini merupakan Mufti atau pimpinan otoritas keagamaan umat Islam yang sah dari Yerusalem di bawah otoritas politik Mandat Inggris di Palestina dari 1921 hingga 1937. Gagasan politik utama yang diperjuangkannya antara lain pendirian federasi atau negara pan-Arab, penentangan terhadap imigrasi lebih lanjut orang Yahudi ke Palestina dan aspirasi nasional Yahudi di Palestina.Dalam pengasingannya dari 1937 hingga 1945, Amin Al Husaini mengklaim dirinya sebagai pembela kepentingan bangsa Arab dan dunia Muslim. Dia mengupayakan persekutuan dengan Blok Poros, Nazi Jerman dan Fasis Italia. Hal itu demi mendapatkan pengakuan publik atas kemerdekaan negara-negara Arab dan hak negara-negara tersebut untuk membentuk perserikatan yang mencerminkan dominasi Muslim, khususnya kebudayaan Arab.Sebagai imbalannya, Amin Al Husaini bekerja sama dengan pemerintah Jerman dan Italia dengan cara menyiarkan propaganda pro-Poros, anti-Inggris, dan anti-Yahudi melalui radio ke negara-negara Arab. Dia juga mencetus aksi kekerasan terhadap orang Yahudi dan otoritas Inggris di Timur Tengah dan merekrut para pemuda yang beragama Islam untuk bertugas di militer Jerman, Waffen-SS, dan unit-unit pendukung.Pada gilirannya, Jerman dan Italia menggunakan Amin Al Husaini sebagai alat untuk mendapat dukungan dan kerja sama dari para penduduk Muslim di wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali Poros dan untuk membangkitkan aksi-aksi kekerasan anti-Sekutu dan pemberontakan di tengah-tengah masyarakat Muslim yang tinggal di wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh Jerman.Iklan

Namun, sekalipun sudah berkolaborasi, Blok Poros mengkhianatinya. Mereka tetap tidak bersedia mendukung ambisi politik Amin Al Husaini . Saat rezim Nazi mengalami kejatuhan pada 1945, pemerintah Prancis menahan Amin Al Husaini. Ia melarikan diri ke Mesir pada 1946. Al-Husayni mendedikasikan sisa hidupnya untuk mendukung nasionalisme Palestina dan menentang pembentukan negara Israel. Ia meninggal di Beirut, Lebanon, pada 4 Juli 1974.Bintang tanda kehormatan untuk Amin Al HusainiMelihat peran penting dan jasanya dalam kemerdekaan Indonesia, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia RI, Hidayat Nur Wahid, mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menganugerahkan bintang tanda kehormatan kepada Muhammad Al Amin Al Husaini dan tokoh Palestina lain yang berjasa ikut membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti M Ali Taher.Dilansir dari laman MPR RI, Hidayat Nur Wahid menuturkan bahwa kedua tokoh ini memiliki banyak peran dalam membantu perjuangan Indonesia mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Juga membantu Indonesia untuk mendapatkan pengakuan atas kemerdekaannya dari negara-negara Arab. Dulu, kata dia, Presiden Pertama RI Sukarno dikabarkan sempat berinisiatif untuk memberikan tanda kehormatan kepada mereka, tetapi belum terlaksana.“Sekarang saat yang tepat bagi Presiden Jokowi untuk meneruskan hal tersebut, dengan memberikan penghargaan kepada M Ali Taher juga kepada As Sayyid al Amin al Husaini yang diundang Bung Karno untuk menghadiri Konferensi Asia Afrika di Bandung, tahun 1955,” ujar Hidayat melalui siaran pers di Jakarta, Sabtu, 23, Mei, 2021HENDRIK KHOIRUL MUHID  | MUTIARA ROUDHATUL JANNAHPilihan Editor: Kisah Ulama Besar Palestina Pengaruhi Dunia Arab hingga Berbondong-bondong Dukung Kemerdekaan Indonesia