Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mendorong proyek gas abadi Blok Masela untuk kembali beroperasi pada 2025 dengan mengajak delegasi bisnis atau pengusaha Jepang.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan bahwa proyek yang mandek selama 20 tahun itu akan digarap oleh Inpex Masela Ltd.
Hal ini disampaikannya usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto dengan delegasi bisnis Japan Indonesia Association (Japinda) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2024).
“Program dari Inpex dari Masela yang harapannya juga ingin segera berjalan dan direncanakan pada tahun depan mulai berjalan dan diharapkan selesai pada beberapa tahun ke depannya,” katanya kepada wartawan.
Lebih lanjut, Mantan Wakil Menteri BUMN itu mengamini bahwa perkembangan Blok Masela sangat lambat sejak ditemukan pertama kali pada 2000.
Oleh karena itu, dia mengaku bahwa Kepala Negara memberikannya instruksi agar bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk mengawal langsung Blok Masela.
Apalagi, kata Rosan pengembangan Blok Masela juga akan menambah implementasi Carbon Capture Storage (CCS).
“Sekali lagi sudah 20 tahun lebih [terbengkalai], jadi harapannya insyaallah tahun depan akan mulai jalan,” imbuhnya.
Rosan melanjutkan bahwa untuk mengawal kejelasan proyek Blok Masela, maka Prabowo juga akan kembali mengundang para pengusaha Jepang untuk bertemu Jumat (6/12/2024) siang.
“Karena tadi pembicaraannya sangat-sangat produktif, dan juga ada beberapa masukan lainnya,” pungkas Rosan.
Senada, Airlangga menambahkan investasi proyek Blok Masela mampu mencapai angka US$21 miliar. Sehingga, pemerintah berharap proyek itu bisa kembali berjalan.
“Tahap yang sekarang dicapai adalah penyelesaian front-end engineering design,” tandas Airlangga.
Sekadar informasi, Blok Masela terletak di Laut Arafura, Maluku dan memiliki luas area lebih kurang 4.291,35 km persegi dan berbatasan dengan Australia.
Blok Masela pertama kali ditemukan pada 1998 atau 26 tahun lalu. Setelah melewati studi dan serangkaian revisi Plan of Development (PoD), hingga saat ini proyek tersebut belum juga berproduksi. Bahkan kembali mundur dari target karena pandemi Covid-19.