Oleh sebab itu, masyarakat tidak disarankan hanya mengandalkan satu teknologi atau parameter untuk mendeteksi penipuan.
“Konten tersebut sah-sah saja dijadikan peringatan untuk meningkatkan awareness atau kesadaran atas ancaman AI, tetapi salah juga kalau melihat AI sebagai monster jahat yang harus ditakuti dan digunakan sebagai sarana penipuan,” ucap Alfons.
Ia pun menyatakan, smartphone memang bisa membantu mengidentifikasi konten AI, seperti yang diiklankan oleh salah satu merek. Namun, penipuan tidak hanya menggunakan AI.
Alfons menuturkan, malah berdasarkan kasus yang beredar saat ini, aksi penipuan tidak terindikasi menggunakan AI, melainkan memakai rekayasa sosial untuk menakuti hingga mengelabui korbannya.
Untuk mencegah menjadi korban penipuan digital, Alfons pun memberikan beberapa hal yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Amankan aset digital anda dengan baik. Jaga kredensial penting seperti email, media sosial dan finansial. Lalu, pastikan dilindungi dengan perlindungan Otentikasi Dua Faktor yang akan mengamankan akun anda sekalipun kredensialnya berhasil dicuri.
2. Gunakan password yang unik, panjang dan berbeda untuk setiap akun. Simpan password menggunakan password manager supaya aman dan mudah dikelola.
3. Pakai program anti phising pada ponsel seperti True Caller yang akan mengidentifikasi nomor telpon penipu dengan metode crowdsourcing. Jadi,nama penelpon akan tampil di ponsel anda sekali pun tidak disimpan di kontak.
4. Gunakan sandi rahasia atau pertanyaan rahasia yang hanya anda ketahui dengan keluarga anda, jika mendapatkan telepon darurat atau permintaan transfer uang.
5. Lakukan crosscheck dengan ketat serta pastikan tidak ditipu ketika melakukan transfer ke rekening yang tidak diketahui sebelumnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5102583/original/039502600_1737446442-1737444719498_cara-baca-bahasa-inggris.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)