Pertamina Tajak Pertama Sumur Non Konvensional Blok Rokan, Menteri ESDM Ungkap Wilayah Lain yang Potensial

29 July 2023, 9:00

TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membeberkan sejumlah wilayah yang dinilai punya potensi cukup besar untuk dieksplorasi minyak dan gas nonkonvensionalnya (MNK). Hal ini disebutkan saat meresmikan pengeboran MNK oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Lapangan Gulamo, Desa Sikeladi Hilir, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, pada Kamis lalu, 27 Juli 2023.”Sumur migas nonkonvensional ini adalah momen pertama yang ada di Indonesia. Kita masih memiliki potensi yang cukup besar yang memang harus kita eksplorasi agar kita bisa menjamin keamanan keberadaan energi untuk masyarakat,” ujar Arifin saat pengeboran atau tajak pertama di Riau, Kamis.Ia menyatakan, setelah Gulamo, akan ada juga Lapangan Kelok dan keduanya berpotensi mengembangkan 126 sumur. Walhasil, akan ada pekerjaan baru yang bisa menggerakkan perekonomian dan membantu Indonesia untuk mengatasi krisis migas.Peresmian pengeboran pertama itu juga dihadiri oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Dirut PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Wiko Migantoro, Dirut PHR Chalid Said Salim, Gubernur Riau Syamsuar, dan Kepala SKK Migas Sumatera Bagian Utara Rizky Rahmat Firdaus.Adapun Dwi Soetjipto menyebutkan sumur Gulamo MNK nantinya mengambil migas dari batuan induknya, sehingga membutuhkan teknologi yang khusus. “Sumur Gulamo ini tidak seperti sumur-sumur konvensional, pekerjaannya jauh lebih sulit dan vertikal busa sampai tiga kilometer ke bawah dan masalah logistik menjadi sangat penting,” tuturnya.Selain itu, Gulamo juga merupakan sumur pertama yang didesain khusus untuk mengevaluasi potensi migas nonkonvensional baik shale oil maupun shale gas. “Di Indonesia ini pertama kali sehingga ini benar-benar sebuah sejarah bagi hulu migas Indonesia.”Sementara itu, Nicke Widyawati memastikan Pertamina terus berkomitmen dalam upaya menopang energi nasional, termasuk dalam pencapaian target satu juta barel minyak pada 2030. Salah satunya dengan melakukan studi dan inovasi terkait sumber daya dan cadangan minyak dan gas bumi yang ada di Indonesia.Ketika melakukan studi evaluasi potensi secara teknis MNK Rokan, PHR melakukan kerja sama dengan perusahaan internasional EOG Resources yang telah terbukti berhasil mengusahakan dan mengembangkan sumber daya MNK di Amerika Serikat. PHR juga melibatkan Tim Percepatan Pengusahaan MNK yang dibentuk oleh Kementerian ESDM.Sedangkan Chalid Salim Said mengatakan sumber daya MNK di WK Rokan berada di formasi pematang brown shale yakni batuan induk utama hidrokarbon yang ada di kawasan Sumatera bagian tengah dan lower red bed yakni formasi bebatuan yang berada di bawah brown shale. Potensi ini berada pada kedalaman lebih dari 6.000 kaki.Iklan

Ia menjelaskan, di wilayah kerja Rokan, potensi MNK terdapat di wilayah sumur Gulamo, dengan rencana total kedalaman mencapai 8.559 kaki. “Sumur ini merupakan salah satu dari dua sumur eksplorasi vertikal yang direncanakan Pertamina Hulu Rokan sebagai operator wilayah kerja Rokan, bagi tahapan eksplorasi MNK Rokan,” katanya.Rencananya, operasi pengeboran sumur eksplorasi MNK Gulamo akan menggunakan rig PDSI #42.3/N1500-E berukuran besar dengan tenaga 1.500 horsepower (HP). Sebagai pembanding, operasi eksplorasi dan eksploitasi migas konvensional di wilayah kerja Rokan umumnya menggunakan rig 350 HP, 550 HP, dan 750 HP.Dalam pengerjaannya, diperlukan area wellpad (lokasi eksplorasi) yang cukup luas, lebih kurang 2,5 hektare atau 2,5 kali lebih luas dari wellpad pada umumnya. Pada tahap pengembangan nantinya wellpad ini dapat mengakomodasi sekitar delapan kepala sumur.Adapun MNK merupakan minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas yang rendah (low permeability). Perbedaan utama eksplorasi migas konvensional dengan MNK terletak pada lokasi minyak di lapisan bumi. Migas konvensional lebih mudah terlihat karena letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan. Sedangkan, MNK berada di lapisan yang lebih dalam.Berbeda dengan migas konvensional, MNK adalah hidrokarbon yang terperangkap pada batuan induk (shale oil/shale gas) tempat terbentuknya hidrokarbon atau batuan reservoir klastik berbutir halus dengan permeabilitas (kemampuan bebatuan untuk meloloskan partikel) rendah, yang hanya bernilai ekonomi apabila diproduksikan melalui pengeboran horisontal dengan teknik stimulasi multi-stage hydraulic fracturing.ANTARAPilihan Berita: Ahok Jadi Komisaris Utama Lagi, Segini Gaji yang Bakal Diterimanya