Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the acf domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/xcloud.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Penampilan Barongsai Meriahkan Imlek di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban – Xcloud.id
Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Penampilan Barongsai Meriahkan Imlek di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban

Penampilan Barongsai Meriahkan Imlek di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban

Tuban (beritajatim.com) – Perayaan Imlek tahun 2025 di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban menampilkan hiburan Barongsai yang tampil memukau di depan para pengunjung dan umat beribadah.

Dalam perayaan tersebut tampak meriah, saat Barongsai melakukan atraksi mengambil buah-buahan dan diberikan kepada pengurus TITD Klenteng Kwan Sing Bio Tuban.

Dari aksinya itu, 2 Barongsai mendapatkan angpau ciri khas dari Imlek itu sendiri, serta pengunjung yang juga ikut memberikan saweran.

Salah satu pengunjung Adilla (25) asal Semanding, Kabupaten Tuban ini mengaku terpukau melihat atraksi Barongsai di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, bahkan dirinya sudah menunggu sejak pagi tadi.

“Niat kesini memang mau melihat Barongsai sama foto-foto dan sudah dari tadi jam 8, tapi belum mulai,” ujar Adilla, Rabu (29/01/2025)..

Sementara itu, Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, Liana menjelaskan, bahwa setiap tahunnya perayaan Imlek yakni hiburan Barongsai selalu diberikan kepada masyarakat tidak hanya umat beribadah namun siapapun boleh melihatnya.

“Memang kami berikan hiburan kepada pengunjung disini, tetapi di halaman Klenteng, tidak di area kawasan Altar, karena untuk ibadah saja,” ujar Liana.

Selain itu, Barongsai ini khusus didatangkan dari Semarang dan baru sampai di Tuban tadi pukul 05.30 Wib. “Ya harapannya bisa memberikan hiburan kepada masyarakat,” terang dia.

Menurut Liana, para pengunjung juga dapat menikmati spot foto yang ada di Klenteng terbesar se-Asia Tenggara ini, karena banyak hiasan berupa Lampion, serta patung Shio Ular Kayu.

“Setiap tahunnya kita membuat patung Shio, kebetulan tahun ini kan Shionya Ular Kayu jadi patungnya menyerupai Ular Kayu,” tutup Liana.

Sejarah Klenteng Kwan Sing Bio Tuban
Klenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Jawa Timur, merupakan salah satu klenteng terbesar di Asia Tenggara dan memiliki sejarah yang kaya, mencerminkan akulturasi budaya Tionghoa dengan lokal.

Asal Usul dan Pendirian
Klenteng ini awalnya merupakan tempat pemujaan kecil milik keluarga Tionghoa yang bermigrasi ke Jawa. Menurut legenda, pada sekitar 200 tahun lalu, patung Dewa Kwan Kong (Kwan Sing Tee Koen) yang hendak dipindahkan dari Desa Tambak Boyo terhenti di lokasi klenteng saat ini. Ritual “melempar pue” (kayu berbentuk ginjal) dilakukan, dan hasilnya menunjukkan keinginan dewa untuk menetap di Tuban.

Klenteng kemudian dibangun di tepi pantai tersebut, yang dahulu merupakan area tambak.
Terdapat perbedaan catatan tahun pendirian: beberapa sumber menyebut 1773, sementara lainnya menyatakan 1928. Namun, prasasti tertua di klenteng berasal dari tahun 1840, yang mungkin menandai periode renovasi atau perluasan.

Dewa Utama dan Fungsi Religius
Klenteng ini didedikasikan untuk Dewa Kwan Kong (Guan Yu), dewa perang dalam kepercayaan Tionghoa yang dihormati sebagai simbol kesetiaan, kejujuran, dan pelindung perdagangan. Patungnya setinggi 30 meter pernah tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai patung panglima perang tertinggi di Asia Tenggara, meski sempat rubuh pada 2020.
Selain sebagai tempat ibadah Tri Dharma (Buddha, Tao, Konghucu), klenteng ini juga menjadi pusat kegiatan budaya dan toleransi antarumat beragama di Tuban.

3. Arsitektur dan Simbol Unik
– Nuansa Laut: Klenteng menghadap langsung ke Laut Jawa, menegaskan peran historis Tuban sebagai kota pelabuhan.
– Patung Kepiting: Di atas gerbang masuk terdapat patung kepiting, simbol yang langka di klenteng lain. Legenda menyebutkan bahwa pengurus klenteng bermimpi tentang kepiting raksasa yang masuk ke area tersebut, sehingga dipasanglah patung ini sebagai penanda.
– Warna dominan merah, kuning, dan hijau, serta ornamen naga dan lampion, menciptakan nuansa khas Tionghoa.

4. Peran dalam Sejarah dan Budaya
– Era Kolonial hingga Orde Lama: Pada masa pemerintahan Soekarno, gambar Dewa Kwan Kong pernah dipasang di pengadilan sebagai simbol sumpah bagi warga Tionghoa.
– Akulturasi dengan Lokal: Klenteng menjadi saksi interaksi pedagang Tionghoa dengan masyarakat Jawa sejak abad ke-13, terutama saat Tuban menjadi pusat perdagangan Majapahit.
– Kunjungan Cheng Ho: Catatan sejarah menyebutkan bahwa Laksamana Cheng Ho singgah di Tuban selama ekspedisinya, memperkuat jejak budaya Tionghoa di wilayah ini.

5. Perkembangan dan Kontroversi
– Legenda Mongol: Cerita turun-temurun menyebut klenteng telah ada sejak kedatangan tentara Mongol pada 1293 M, meski bukti tertulis terbatas.
– Pemugaran dan Rekonstruksi: Klenteng mengalami perluasan dari masa ke masa, termasuk renovasi besar pada 1970-an. Patung Dewa Kwan Kong yang rubuh pada 2020 masih menjadi perhatian masyarakat untuk dipulihkan.

Klenteng Kwan Sing Bio tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol sejarah panjang akulturasi budaya, perdagangan, dan spiritual di Tuban. Keunikan arsitektur, legenda, dan perannya dalam memelihara tradisi menjadikannya destinasi wisata religi dan budaya yang penting di Jawa Timur.
[ayu/ted]

Merangkum Semua Peristiwa