Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti kecenderungan aglomerasi e-commerce yang didominasi empat platform besar.
Aglomerasi adalah suatu pengelompokan, pemusatan, atau pengumpulan beberapa elemen (seperti perusahaan, orang, atau partikel) ke dalam satu tempat atau wilayah yang saling terkait secara fungsional
Untuk diketahui, platform e-commerce yang mendominasi di Tanah Air terdiri dari Shopee, Tokopedia, Blibli, hingga Lazada.
Airlangga menilai, kondisi ini dapat menghambat daya saing platform lain serta menciptakan tantangan tersendiri bagi platform skala menengah dan kecil sehingga bisa kehilangan daya saing.
“Platform e-commerce-nya ini yang dulu kami berharap bahwa ini bisa juga berlaku untuk medium skill platform, tetapi sekarang sudah teraglomerasi menjadi 3—4 platform,” kata Airlangga dalam acara Kick Off Road To Harbolnas 2025 di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (8/9/2025).
Menurut Airlangga, perkembangan e-commerce saat ini telah menjadi sektor yang sangat padat modal (capital intensive), terutama dalam era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Bahkan, Airlangga juga menilai kondisi ini berisiko mempersempit ruang bagi pelaku baru maupun platform skala menengah untuk berkembang.
Untuk dia, Airlangga meminta agar Menteri Perdagangan Budi Santoso untuk mencermati struktur pasar e-commerce yang semakin terkonsentrasi pada segelintir pemain besar.
“Terutama dalam era AI, algoritma daripada platform di luar [platform] 4 besar itu sepertinya algoritmanya tertinggal. Sehingga ini yang membuat bisnis ini juga menjadi sangat capital intensive.
Sementara itu, Mendag Budi Santoso menjelaskan bahwa e-commerce tidak dapat berdiri sendiri tanpa ekosistem pendukung, termasuk pelaku UMKM sebagai produsen dan masyarakat sebagai konsumen.
“E-commerce itu kan tidak berdiri sendiri ya jadi ada ekosistem ekonominya yang menunjang jadi termasuk UMKM dan sebagainya. Artinya semua bisa berjalan kalau dari sisi UMKM ekosistemnya produknya semua bagus ya berkualitas karena itu juga diminati oleh konsumen,” ujar Budi.
Budi menambahkan, pertumbuhan e-commerce harus dibarengi dengan penguatan ekosistem secara keseluruhan, terutama UMKM sebagai produsen dan konsumen.
“E-commerce kan adalah bagian dari ekosistem yang berjalan tadi. Jadi kita bersama-sama memberdayakan ekosistem yang ada itu sehingga e-commerce dan UMKM dan juga konsumen bisa berjalan bersama-sama. Itu yang kita lakukan, [yakni] bagaimana memberdayakan mereka,” terangnya.
Di sisi lain, Ketua Umum Indonesia E-Commerce Association (idEA) Hilmi Adrianto berharap tidak ingin hanya 3–4 platform besar e-commerce yang mendominasi pasar di Tanah Air. Namun, untuk mengatasi aglomerasi dan mendorong pertumbuhan pemain baru, maka dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan pelaku industri.
“Saya yakin ini sebenarnya perlu kolaborasi dengan semua pihak, dari sisi membuat kebijakan sampai kemudian pada bagaimana industri mencoba untuk men-encourage lebih banyak lagi pelaku-pelaku usaha di industri e-commerce ini yang tumbuh,” tutur Hilmi.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa idEA bukan hanya menaungi pemain besar, melainkan juga membuka ruang bagi e-commerce baru untuk terlibat dalam diskusi kebijakan.
“Dan kami dari idEA selalu menjadi tempat, menjadi forum untuk bagaimana komunikasi maupun juga encouragement terhadap platform-platform baru yang baru tumbuh itu juga kami fasilitasi di idEA-nya,” tutupnya.
