Menilik Situasi Penyebaran Penyakit Infeksi Emerging di Indonesia, dari Mpox hingga Covid-19

17 December 2023, 10:24

TEMPO.CO, Jakarta –  Selama 2023, sejumlah penyakit yang menyerang masyarakat menjadi perhatian. Kebanyakan berupa penyakit infeksi yang baru muncul atau dikenal sebagai emerging infectious disease (EIDs) yang umumnya disebabkan oleh zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia). Contoh penyakit infeksi emerging adalah cacar monyet (monkeypox), virus nipah dan Avian Influenza (H5N1).EIDs adalah penyakit yang muncul dan menyerang pada suatu populasi untuk kali pertama atau telah ada sebelumnya, tapi kembali meningkat dengan sangat cepat secara jumlah kasus baru maupun kemampuan menyebar ke berbagai daerah. Situasi yang juga dikelompokkan dalam daftar EIDs adalah penyakit yang pernah terjadi di suatu daerah di masa lalu, kemudian terkendali, tapi kembali dilaporkan lagi dalam jumlah yang meningkat. Terkadang juga muncul penyakit lama dalam bentuk klinis baru, yang bisa jadi lebih parah atau fatal, disebut sebagai penyakit lama (re-emerging), contoh terbaru adalah Chikungunya di India.Pakar Pulmonologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Tjandra Yoga Aditama mengatakan faktor urbanisasi hingga penghancuran habitat asli merupakan salah satu pemicu zoonotis. Sebab, jarak hewan dan manusia menjadi kian dekat.”Patogen sebagai biang infeksi berkembang pada ekologi baru dengan cara beradaptasi pada inang di luar hewan, termasuk manusia,” kata Yoga melansir Antara.Selain itu, perubahan iklim hingga perubahan ekosistem yang memicu mutasi genetik mikroba yang lebih resisten. Akibatnya penyakit baru sulit untuk diprediksi namun bisa tumbuh signifikan karena manusia mungkin hanya memiliki sedikit kekebalan terhadap penyakit ini atau tidak sama sekali.Kondisi EIDs di DuniaOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menemukan sekitar 60 persen dari penyakit infeksi pada manusia. Sekitar 75 persen EIDs yang menyerang manusia dalam tiga dekade terakhir berasal dari hewan.Dalam 30 tahun terakhir, telah muncul lebih dari 30 EIDs di dunia. Jumlah itu menambah daftar penyakit baru yang dilaporkan mencapai 335 penyakit sesuai riset ilmiah pada kurun 1940. Menurut laporan yang sama, Asia sering kali berperan sebagai episentrum pertumbuhan EIDs, di antaranya beberapa negara di kawasan Asia Tenggara yang berhubungan dengan Dataran Indo-Gangga, meliputi bagian paling utara dan timur India, seperti Pakistan dan Bangladesh.Faktor lain yang juga menyokong pertumbuhan EIDs global ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mekong, sebagai sungai terpanjang ke-12 di dunia yang membentang dari Tibet, China, melintasi Yunnan, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Contoh penyakit yang muncul dari kawasan Asia Tenggara adalah virus Nipah, demam berdarah Crimean-Congo, dan Avian Influenza (H5N1).Situasi EIDs di IndonesiaDi Indonesia, Kementerian Kesehatan merangkum hasil deteksi EIDs berdasarkan laporan penyelidikan epidemiologi hingga pekan ke-47 tahun 2023.Monkeypox atau cacar monyetCacar monyet adalah penyakit infeksi EIDs yang masuk ke Indonesia. Sejak kasus perdana diumumkan pada 20 Agustus 2022, Indonesia kembali melaporkan satu kasus konfirmasi pada 13 Oktober 2023.Hingga pekan ke-47, Indonesia melaporkan penambahan delapan kasus konfirmasi Mpox, sehingga total kasus di Indonesia mencapai 59 kasus konfirmasi yang tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau.Secara global, WHO mencatat 91.878 kasus konfirmasi dengan 167 kematian. Tapi pada 18 November 2023, kembali dilaporkan beberapa penambahan kasus di dunia dengan tiga negara penambahan kasus tertinggi adalah Amerika Serikat lebih dari 135 kasus, Cina 102 kasus dan Jerman sekitar 49 kasus.Covid-19Status pandemi Covid-19 resmi dicabut pada 4 Agustus 2023, namun sampai dengan 25 November 2023 terdapat 6.814.248 kasus konfirmasi dengan 161.921 kematian dan 6.647.068 di antaranya sembuh yang tersebar di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi. Lima provinsi yang melaporkan rata-rata kasus konfirmasi harian terbanyak pada pekan ke-47 tahun 2023 di antaranya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Banten.Pada 5 Mei 2023, WHO telah mencabut status Covid-19 sebagai PHEIC. Total kasus konfirmasi Covid-19 di dunia sejak 31 Desember 2019 sampai 22 November 2023 berkisar 772.166.517 kasus konfirmasi dengan 6.981.263 kematian. Lima negara yang melaporkan rata-rata kasus konfirmasi harian terbanyak pada pekan ke-47 2023, yaitu Iran, Republik Ceko, Armenia, Polandia, dan Lituania. Per 17 Agustus 2023, WHO menetapkan beberapa varian menjadi perhatian (VoI), yaitu XBB 1.5, XBB 1.16, dan EG.5.Avian Influenza (H5N1)Indonesia pernah melaporkan kasus tersebut pada 2005–2017 sebanyak 200 kasus dengan 168 kematian. Sejak 2018 belum ada pelaporan kasus baru pada manusia, baru pada pekan ke-34 tahun 2023, dilaporkan dua kasus suspek H5N1 di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dengan hasil pemeriksaan laboratorium negatif.Iklan

Pada 2023, telah dilaporkan sebanyak 12 kasus konfirmasi, terdiri atas enam kasus di Kamboja, empat kasus di Inggris, satu kasus di Cina, dan satu kasus di Chili dengan empat kematian di Kamboja. Sejak tahun 2003 hingga 2023, telah dilaporkan sebanyak 882 kasus dengan 461 kasus kematian.PolioPada 14 Maret 2023, Indonesia kembali melaporkan satu kasus tambahan Polio (tipe CVDPV2) melalui surveilans di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, serta ditemukan CVDPV2 pada tujuh anak sehat tanpa bergejala di lingkungan sekitar kasus. Kasus serupa juga ditemukan pada tiga pasien di Provinsi Aceh.Situasi global hingga pekan ke-47 2023, tidak terdapat penambahan kasus polio. Total kasus Polio di 2023 sebanyak 381 kasus, terdiri atas 11 WPV1, 109 CVDPV, dan 261 CVDPV2. Namun pada pekan ini, terdapat sampel lingkungan positif CVDPV2 di Zimbabwe.MERS-CoVPada pekan ke-45 tahun ini, terdapat tambahan dua suspek MERS di Yogyakarta dan satu kasus di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan hasil negatif MERS-CoV. Sampai saat ini, tidak ada kasus konfirmasi MERS-CoV di Indonesia. Namun sejak dalam kurun 2013–2023, terdapat sedikitnya 584 kasus suspek MERS di Indonesia. Sebanyak 577 kasus dengan hasil laboratorium negatif dan tujuh kasus di antaranya tidak dapat diambil spesimennya.Tidak terdapat laporan penambahan kasus konfirmasi MERS pada pekan ini secara global. Total kasus konfirmasi MERS di dunia sejak April 2012 hingga September 2023 sebanyak 2.608 kasus konfirmasi dengan 938 kematian. Sebagian besar kasus dilaporkan dari Arab Saudi sebanyak 2.199 kasus konfirmasi dengan 857 kematian.Virus West NilePenyakit infeksi ini disebarkan oleh nyamuk dengan gejala sakit kepala pegal-pegal hingga nyeri otot. Berdasarkan penelitian yang telah dipublikasikan oleh Myint pada 2014, kasus konfirmasi penyakit Virus West Nile (WNV) pernah dilaporkan terjadi di Jawa Barat pada 2004. Tapi sampai pekan ini belum ada pelaporan kasus.Situasi global Virus West Nile pada pekan ke-47 2023, terdapat penambahan empat kasus konfirmasi di Perancis. Sehingga total kasus penyakit virus West Nile yang dilaporkan di Eropa tahun ini mencapai 791 kasus dengan 66 kematian yang dilaporkan dari 12 negara Eropa. Selain itu, dilaporkan penambahan satu kasus penyakit virus West Nile di Amerika Serikat sehingga total kasus penyakit virus West Nile di Amerika Serikat sebanyak 2.281 kasus.Legionellosis Penyakit pernafasan ini disebabkan oleh bakteri Legionella yang sering ditemukan di lingkungan air tawar. Kemenkes pada pekan ke-40 tahun 2023 juga melaporkan satu kasus terbaru suspek Legionellosis di Kota Bandung, Jawa Barat, yang ditemukan melalui surveilans sentinel. Jenis penyakit pneumonia itu menambah daftar suspek di Indonesia yang hingga kini di angka 45 kasus, terdiri atas 23 kasus suspek di Jawa Barat dan 22 kasus suspek di Bali.Terdapat beberapa negara yang melaporkan tambahan kasus Legionellosis pada pekan ke-47 2023, yaitu Australia sebanyak 14 kasus, Hong Kong tiga kasus, Singapura tiga kasus, dan Taiwan tujuh kasus. Selain itu, dilaporkan juga penambahan kasus pada pekan ke-46 di Amerika Serikat sebanyak 340 kasus, dan pada pekan ke-41 di Taiwan satu kasus.Mitigasi EIDs di IndonesiaMenanggapi penyebaran EIDs, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut mitigasi EIDs di Indonesia diterapkan melalui tiga strategi, yakni menjamin ketersediaan obat di tanah air, deteksi dini melalui pengadaan alat diagnosa yang terafiliasi dengan jejaring laboratorium rumah sakit dan vaksinasi. Seperti yang dilakukan saat pandemi Covid-19, deteksi dini dilakukan dengan skrining secara masif terhadap pasien maupun kontak erat di wilayah kasus dilakukan secara berkala.Selain itu, dilakukan pelaporan kasus melalui dukungan integrasi data pencatatan dan pelaporan melalui Aplikasi SatuSehat di telepon pintar. Jika ada temuan kasus, maka ditindaklanjuti melalui investigasi kontak melalui pelibatan komunitas bersama jejaring fasilitas layanan kesehatan.Selanjutnya, penyebaran obat dan vaksin digalakkan. Untuk cacar monyet, Kemenkes telah menyediakan total 1.008 botol obat Fecovirimat beserta 4.500 vaksin Mpox. Begitu juga dengan SARS-CoV-2 melalui pengadaan vaksin Covid-19 produksi dalam negeri yang kini tersedia 4,1 juta dosis berikut kebutuhan obat yang juga sudah tersedia di Indonesia. Vaksin Polio juga terus diupayakan tersedia dengan pengadaan oleh BUMN PT Bio Farma di Kota Bandung, Jawa Barat.Kemenkes juga menjalin mitra di antara sektor kesehatan hewan, pertanian, kehutanan dan kesehatan di tingkat nasional, regional dan global dalam rangka memonitor perkembangan aktual EIDs di dunia.Pilihan Editor: Epidemiolog: Proteksi dan Kesiapsiagaan Indonesia untuk Covid-19 Masih Rendah