Mengenal Homeschooling Primagama Bali, Sekolah Informal yang Fokus Kembangkan Bakat Anak

21 November 2023, 21:09

TEMPO.CO, Jakarta – Pendidikan formal bukanlah satu-satunya jalan untuk anak bisa belajar, apalagi jika sang anak memiliki bakat di bidang non-akademik. Untuk mengembangkan potensi dan bakat anak, Yekti Wulan Cahyani tergerak untuk mendirikan sekolah informal. Direktur sekaligus pendiri Homeschooling Primagama (HSPG) Bali atau Sekolah Rumah Primagama Bali itu mengatakan pendidikan merupakan hak setiap anak.Maka itu dia memutuskan untuk mengembangkan sekolah informal yang berfokus pada keterampilan bakat, tanpa melupakan pendidikan akademik. “Saya banyak berdiskusi dengan Kak Seto. Setiap anak itu unik dan keunikan anak itu harus tetap terjaga, tidak menggeneralisasi yang justru dapat membuat kompetensi mereka hilang,” ujar Wulan di Bali pada 15 November 2023.HSPG Bali merupakan Pusat Kegiatan belajar Masyarakat (PKBM) yang keberadaannya diakui, sama, dan sederajat dengan sekolah formal sesuai yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 129 Tahun 2014.Wulan menekankan pentingnya mencari potensi anak agar mereka dapat belajar dengan efektif sesuai dengan implementasi Kurikulum Merdeka yaitu pembelajaran terdiferensiasi, yakni substansi yang diajarkan sama tapi targetnya berbeda. “Jika ada anak yang kemampuannya hanya 4, tidak mungkin kita paksa menjadi 8, di situlah kami mencari potensi dan keunikan mereka dan kami bantu kembangkan sehingga menjadi kekuatannya mereka,” tambah Wulan.HSPG Bali. Dok: Kemendikbud.Grace, seorang siswa kelas 12, menceritakan pengalamannya mengenai dukungan pengembangan bakat yang dilakukan sekolah. Dia mengaku senang dengan metode pembelajaran yang diterapkan. “Guru tidak meremehkan apa yang kita suka, di sini saya diizinkan untuk menunjukan bakat saya. Saya memang suka berbicara di depan umum dan guru di sini mendukung saya. Saya disarankan ikut bermacam-macam lomba sehingga saya menyadari ini adalah bidang yang saya sukai,” katanya.Keunggulan lain sekolah ini adalah fleksibilitas waktu belajar. Banyak siswa yang menghabiskan lebih banyak waktu dalam pengembangan bakat mereka sehingga keluwesan waktu tersebut membantu mereka untuk tetap mendapatkan pelajaran.“Dengan waktu yang fleksibel, saya bisa belajar di pagi hari. Baru kemudian saya mengajar surfing di siang hari. Jadi saya bisa menjalankan minat saya tanpa meninggalkan edukasi sehingga semua bisa seimbang,” ujar Koldo, salah seorang siswa kelas 12 HSPG.Gio, seorang siswa pemenang medali emas Olimpiade Nasional bahasa Inggris yang juga seorang musisi, mengatakan waktu belajar di HSPG Bali bisa disesuaikan dengan kegiatannya. “Waktunya sangat bisa disesuaikan, ada saatnya saya harus pentas jam tiga sore, saya bisa mengubah jadwal belajar menjadi jam dua belas siang, sehingga saya tetap bisa pentas dan tidak ketinggalan pelajaran,” jelasnya.Jadwal yang tak ajeg itu juga memberikan kemudahan bagi guru yang mengajar. Sindra, guru bahasa Inggris di Sekolah Rumah Primagama Bali, mengatakan amat terbantu dengan jadwal fleksibel. Dia bisa mengajar sambil mengurus pekerjaan rumah. “Saya memiliki passion dalam mengajar, tetapi sebagai ibu rumah tangga, saya berpikir akan sulit jika saya harus mengajar pada waktu yang sudah ditentukan, adanya HSPG membantu saya untuk tetap dapat menyalurkan passion tapi tidak meninggalkan kewajiban saya sebagai ibu rumah tangga,” ujarnya. Iklan

Adapun HSPG Bali telah mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa dampingan dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) dalam penyusunan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) yang juga terdaftar dalam platform Merdeka Mengajar (PMM).“Platform Merdeka Mengajar membantu kami dalam berbagi ilmu dan kami juga telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur Mandiri Berbagi sejak dua tahun lalu. Kami juga menjadi pilot project untuk KOSP yang didukung oleh Kementerian melalui Puskurjar”, jelas Wulan. Terdapat tiga muatan lokal yang dijadikan HSPG sebagai pilot project mereka, yaitu mengajarkan peserta didik membuat lawar khas Bali yang sarat filosofi, mengangkat isu sampah melalui Eco Enzym, dan budaya hidroponik sebagai jawaban dari kurangnya lahan untuk bercocok tanam. Selain itu, sesuai dengan tujuan Kemendikbudristek mengenai perluasan akses pendidikan bermutu bagi peserta didik yang berkeadilan dan inklusif, HSPG juga mendukung penerapkan inklusivitas dalam program belajar mereka.“Kami menerima siswa berkebutuhan khusus dan menerapkan kurikulum khusus yaitu Kurikulum Bina Diri yang berfokus pada kemampuan anak untuk tahu dan mengerti mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Selanjutnya kami akan melakukan penilaian kemampuan sebelum akhirnya kami arahkan peserta didik berkebutuhan khusus ini ke kelas akademik,” jelas Wulan.  Pendidikan berbasis bakat dan minat bukan merupakan ide yang baru. Merdeka Belajar, kata Wulan, lahir untuk menciptakan peserta didik yang berjiwa merdeka.“Ketika seorang anak berada di jalur yang tepat sesuai bakatnya dan diberi ruang untuk mengembangkan bakatnya, mereka jauh lebih bahagia sehingga proses belajar lebih efisien dan harapannya mereka menjadi berdaya di masyarakat,” kata Wulan.Pilihan Editor: Mengenal MDIS, Kampus Gibran di Singapura yang Pernah Terafiliasi dengan Universitas Bradford

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi