Korban Laut Merah Makin Banyak: Jerman-China-Jepang & Tetangga RI!

23 January 2024, 8:00

Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi Laut Merah masih memanas. Wilayah pelayaran global tersebut masih terganggu karena serangan rudal milisi Houthi dari Yaman ke kapal-kapal yang melintas, sehingga terus menyebabkan kerugian bagi banyak pihak.
Laut Merah merupakan menjadi rute terpendek jalur pelayaran logistik global dari Asia ke Eropa dan sebaliknya. Di mana kapal-kapal bisa mempersingkat waktu perjalanan dengan melewati Terusan Suez di Mesir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Panasnya situasi membuat kapal-kapal kini menghindari wilayah itu dan menuju ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Mengutip New York Times, perusahaan pelayaran telah menaikkan harga tiga kali lipat untuk membawa kontainer dari Asia ke Eropa, sebagian untuk menutupi biaya tambahan berlayar keliling Afrika.
Sejumlah entitas di sejumlah negara pun sudah terkena dampak. Berikut “korban” memanasnya Laut Merah dirangkum CNBC Indonesia, Selasa (23/1/2024).
Jepang

Tiga perusahaan pelayaran besar negeri itu mengatakan akan menangguhkan rute melalui Laut Merah, mulai Rabu pekan lalu. Serangan milisi Huthi di Yaman terhadap kapal-kapal di jalur penting tersebut menjadi penyebab.
“Kami telah menangguhkan navigasi melalui Laut Merah bagi semua kapal yang kami operasikan,” kata juru bicara Nippon Yusen atau dikenal sebagai NYK Line, diberitakan AFP.
“Keputusan tersebut adalah untuk menjamin keselamatan awak kapal,” tambahnya.
Sementara itu dua perusahaan pelayaran besar Jepang lainnya yang ikut menangguhkan pelayaran adalah Mitsui O.S.K. Lines dan Kawasaki Kisen Kaisha. Juru bicara keduanya juga mengonfirmasi.
“Kapal-kapal yang kami operasikan dan akan memasuki Laut Merah diminta untuk tidak memasuki Teluk Aden di selatan Laut Merah,” kata juru bicara Mitsui O.S.K. Lines.
“Perusahaannya menangguhkan navigasi ke Laut Merah sejak Jumat, namun kami tidak memiliki kapal di dekat Laut Merah saat ini,” kata juru bicara Kawasaki Kisen Kaisha, Goro Kitamura.
China
China pun jadi korban konflik Laut Merah. Pengusaha asal negeri itu mengatakan gangguan terhadap angkutan di area tersebut mengancam kelangsungan perusahaan.
Han Changming salah satunya. Pendiri Fuzhou Han Changming International Trade Co Ltd yang berpusat di provinsi timur Fujian itu mengatakan bisnisnya terpengaruh karena eskalasi di jalur pelayaran global itu.
Perusahaannya diketahui mengekspor mobil buatan China ke Afrika dan mengimpor kendaraan off-road dari Eropa. Khusus pengiriman kontainer ke Eropa, biaya telah melonjak menjadi sekitar US$7.000 (sekitar Rp 109 juta) dari US$3.000 pada bulan Desember.
“Gangguan ini telah menghapus keuntungan kami yang sudah tipis,” kata Han, seraya menambahkan bahwa premi asuransi pengiriman yang lebih tinggi juga berdampak buruk pada perusahaan, dikutip Reuters.
Meningkatnya ketegangan di salah satu rute pelayaran tersibuk di dunia ini telah memperlihatkan kerentanan perekonomian China. Diketahui Beijing sangat bergantung pada ekspor yang rentan terhadap gangguan pasokan dan guncangan permintaan eksternal.
“Karena perdagangan Eropa dan Afrika menyumbang 40% dari keseluruhan bisnis .. kami memohon kepada pemasok dan pelanggan untuk menanggung sebagian biaya tambahan agar perusahaannya tetap bertahan,” kata Han lagi.
“Waktu pengiriman untuk beberapa pesanan tertunda hingga beberapa minggu,” ujarnya.
Hal sama juga dikatakan Mike Sagan, wakil presiden perusahaan rantai pasokan dan operasi KidKraft yang berbasis di Shenzhen, China. Menurutnya, banyak pelanggan Eropa yang menginjak rem ke perusahaan pembuat peralatan bermain di luar ruangan dan mainan kayu itu.
Ia mengatakan kekhawatiran bagi produsen besar, adalah efek bola salju terhadap pemasok kecil dengan margin yang ketat. Karena mereka akan menjadi pihak terakhir yang menerima pembayaran namun sangat penting bagi rantai pasokan.

Minyak Eropa
Gangguan karena Laut Merah sudah sampai di Eropa. Shafaq News misalnya memuat bagaimana pasar minyak di Eropa mulai mengalami kekurangan.
Beberapa kapal kargo menghindari Laut Merah dan membuat tank minyak tak penuh. Gangguan ini terjadi bersamaan dengan faktor-faktor lain, termasuk gangguan produksi dan peningkatan permintaan di China, yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan untuk mendapatkan pasokan minyak mentah.
Mengutip data Kpler, jumlah minyak mentah yang dikirim dari Timur Tengah ke Eropa menurun. Volume minyak mentah yang menuju Eropa dari Timur Tengah tercatat sekitar 570.000 barel per hari di bulan Desember dari 1,07 juta barel per hari di Oktober.
“Masalah Laut Merah menyebabkan penundaan, sehingga perusahaan penyulingan perlu memenuhi kebutuhan mereka dari pasar lokal,” kata seorang pedagang.
“Pasar mengalami kekurangan karena hilangnya pasokan dari Teluk,” yang lain menambahkan.
Situasi ini diyakini akan makin pelik. Apalagi saat ini, negara penghasil minyak lain seperti Libya dilanda protes dan minyak mentah Nigeria menurun pengirimannya.
Amerika Serikat (AS)
Dampak memanasnya Laut Merah membuat para pengecer Amerika Serikat (AS) bersiap. Dimuat CNBC Internatonal, keterlambatan pengiriman bisa berdampak pada beberapa pengecer seperti Home Depot, Costco dan Walmart.
Karenanya perusahaan kini menyewa kapal charter untuk mempercepat pengiriman. Ini menjadi alternatif keterlambatan barang.
“Sebagai aktivitas bisnis rutin, kami selalu memiliki rencana jika ada potensi gangguan terhadap mitra kami,” ujar juru bicara Home Depot Evelyn Fornes.
“Kami memiliki rantai pasokan yang besar dan beragam dengan sejumlah mitra, sehingga kami terbiasa bersikap fleksibel jika terjadi gangguan,” tambahnya lagi.
“Fleksibilitas seperti inilah yang memungkinkan kami beradaptasi dan memindahkan volume yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pandemi, meskipun terdapat gangguan yang signifikan,” ujarnya.
Sementara pengecer menyatakan Tesla, Volvo dan Michelin baru-baru ini mengatakan mereka harus menghentikan produksi. Ikea telah memperingatkan penundaan produk, begitu pula pengecer Inggris Next dan Crocs.
Jerman
Ekonomi Jerman, yang terbesar di Eropa, tak luput dari dampak gangguan ini. Meskipun industri Jerman sudah terbiasa menghadapi gangguan pasokan akibat pandemi dan perang Ukraina, dampak berkurangnya lalu lintas melalui arteri perdagangan mulai terlihat.
Pabrik baru Tesla di Berlin misalnya memutuskan untuk menangguhkan beberapa produksi karena kekurangan komponen. Ini disebabkan bergantungnya raksasa otomotif itu dengan komponen dari Asia, yang biasanya dikirim melalui Laut Merah dan Terusan Suez.
Selain otomotif, industri kimia juga terdampak. Perusahaan kimia Gechem misalnya, mengaku menurunkan produksi bahan kimia pencuci piring dan tablet toilet karena tidak dapat memperoleh cukup trinatrium sitrat serta asam sulfamik dan asam sitrat dari Asia.
“Departemen pengadaan saya saat ini bekerja tiga kali lebih keras untuk mendapatkan sesuatu,” kata Martina Nighswonger, CEO dan pemilik Gechem GmbH & Co KG.
Oleh karena itu, perusahaan itu sedang meninjau sistem kerja tiga shiftnya. Nighswonger menambahkan bahwa dampak buruk dari keterbatasan transportasi dapat tetap menjadi masalah setidaknya pada paruh pertama tahun 2024.
“Jika kita mendapatkan tiga muatan truk, bukan enam, setiap pelanggan hanya mendapat sebagian dari jumlah pesanan mereka, tapi setidaknya semua orang mendapat sesuatu,” tambahnya.
Badan industri Jerman, VCI, telah lama menyoroti ketergantungan pada impor dari Asia. Mereka mengatakan bahwa meskipun penghentian produksi harus dibatasi hanya pada kasus-kasus tertentu, penundaan impor melalui Laut Merah merupakan beban tambahan bagi industri yang sudah melemah.
Tetangga RI: Malaysia
Ketegangan geopolitik dan kondisi makro-ekonomi, salah satunya Laut merah, juga mempengaruhi Malaysia. Harga barang-barang impor di negara itu mengalami kenaikan.
“Harga barang impor juga akan mulai meningkat karena biaya pengiriman yang lebih tinggi karena kapal kontainer terpaksa menempuh rute yang jauh lebih panjang melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan dibandingkan dengan Laut Merah,” kata pengamat lokal Mohd Afzanizam.
“Karena sedang berlangsungnya pelayaran, serangan pengiriman oleh Houthi,” tambahnya.
Ekspor dan impor Malaysia melalui laut masing-masing berjumlah sekitar 53,5% dan 60% dari total ekspor dan impor. Ini dirangkum Departemen Statistik, dalam 11 bulan pertama tahun 2023.
“Mengingat lebih dari 50% total perdagangan kita dilakukan melalui laut, setiap gangguan dalam rantai pasokan global akan meningkatkan biaya berbisnis di Malaysia,” tambahnya.
Hal senada juga dikatakan mitra kesepakatan ekonomi dan kebijakan PwC Malaysia, Patrick Tay Soo Eng. Ekonomi Malaysia mungkin bisa melemah.
Tay memperkirakan perekonomian akan terus melemah pada tahun 2024, karena melambatnya perekonomian global akibat melemahnya perdagangan global. Belum lagi meningkatnya utang publik dan tingginya biaya pinjaman di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
“Pertumbuhan ekonomi yang lamban di Malaysia akan mengurangi pendapatan dunia usaha dan memperlambat pertumbuhan pendapatan rumah tangga,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Video: Houthi Ngamuk Di Laut Merah, Terusan Suez Lumpuh

(sef/sef)

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi