Konflik AS-Iran Menggila, 6 Negara Ini Bisa Jadi Medan Perangnya

25 January 2024, 21:59

Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Israel dan Hamas telah meluas ke Timur Tengah. Ini memicu prospek konfrontasi antara Iran selaku kekuatan regional yang kuat dan Amerika Serikat (AS) selaku negara adidaya.

Di seluruh kawasan Timur Tengah, pertempuran yang menyeret keduanya sebagian besar terbatas pada serangan balasan antara milisi yang didukung Iran di satu sisi dan Amerika Serikat, Israel, dan sekutu-sekutunya di sisi lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun intervensi langsung Iran dan AS dalam beberapa pekan terakhir telah meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik proksi antara keduanya bisa berubah menjadi konflik langsung.

Sejauh ini, AS dan Iran menghindari konfrontasi langsung. AS telah menyerang milisi yang didukung Iran di Yaman, Suriah dan Irak, karena telah menargetkan personel Amerika di Irak dan Suriah.

Teheran juga menyerang apa yang dikatakannya sebagai kelompok anti-Iran di Irak, Suriah, dan Pakistan. Pakistan membalasnya dengan serangan balik.

Iran juga telah menghabiskan beberapa dekade terakhir membangun jaringan milisi Islam, anti-Barat dan anti-Israel yang dilatih, didanai, dan dipersenjatai. Milisi tersebut menjadi lebih agresif akhir-akhir ini, terutama kelompok Houthi di Yaman, yang telah mengganggu jalur pelayaran penting Laut Merah.

Washington, yang telah berusaha menjauh dari Timur Tengah selama bertahun-tahun, justru malah ditarik kembali ke wilayah tersebut. Negara ini sudah memiliki jejak militer yang cukup besar di Dunia Arab sebelum perang Israel-Hamas pecah, dengan kehadiran lebih dari 30.000 tentara.

Namun, sejak perang dimulai, Washington telah secara signifikan memperkuat postur militernya di wilayah tersebut. Tercatat, Pentagon memindahkan sekitar 1.200 anggota militer AS ke dalam kelompok penyerang kapal induk Angkatan Laut dan Unit Ekspedisi Marinir yang beranggotakan sekitar 2.000 orang ke Timur Tengah

Dan di beberapa tempat, termasuk Irak dan Suriah, kehadiran militer AS melebihi kehadiran Iran dan sekutunya. Lokasi ini pun akhirnya menjadi ladang pertempuran antara Teheran dan Washington. Berikut beberapa negara-negara tersebut:

1. Lebanon

Lebanon adalah rumah bagi kekuatan paramiliter paling kuat di Timur Tengah, Hizbullah, yang didukung Iran. Milisi ini adalah kelompok yang paling aktif dan efektif di Timur Tengah.

Kelompok ini memiliki basis utama di perbatasan Israel-Lebanon dan telah melakukan baku tembak dengan Israel sejak perang Gaza dimulai. Gerakan ini dekat dengan Hamas di Gaza.

Meskipun jumlah pasti persenjataan kelompok Islam Syiah ini tidak diketahui, para ahli memperkirakan mereka memiliki antara 150.000 dan 200.000 rudal, serta roket dan mortir.

“Ratusan rudal tersebut “memiliki presisi tinggi dan sangat destruktif,” menurut Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv.

Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengklaim kelompoknya memiliki 100.000 pejuang, termasuk tentara aktif dan cadangan. Iran diyakini sebagai pemasok senjata utama Hizbullah.

2. Irak

Teheran memiliki pengaruh signifikan terhadap beberapa milisi Syiah Irak yang terkait erat dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) seperti Kataib Hizbullah, Harakat Al Nujaba, dan Kata’ib Sayyid Al Shuhada.

Para ahli mengatakan bahwa beberapa kelompok, seperti Kataib Hizbullah, lebih bertanggung jawab kepada pihak berwenang di Teheran dibandingkan kepada pemerintah di Bagdad. Kantor Direktur Intelijen Nasional AS yakin mereka memiliki anggota hingga 10.000 orang. Irak juga merupakan rumah bagi Organisasi Badr yang didirikan IRGC serta Asaib Ahl Al-Haq.

Kelompok-kelompok yang didukung Iran ini telah melakukan puluhan serangan terhadap pasukan AS di Irak sejak perang Gaza dimulai, yang kemudian dibalas oleh Washington dengan serangan udara.

Selama akhir pekan, personel AS terluka dalam serangan rudal balistik di Pangkalan Udara Al-Asad di Irak. Tampaknya ini adalah kedua kalinya rudal balistik digunakan untuk menargetkan pasukan AS dan koalisi di negara tersebut sejak 7 Oktober.

Hingga tahun 2008, pada puncak perang Irak, AS memiliki 160.000 tentara di negara tersebut. Saat ini, sekitar 2.500 pasukan dikerahkan di beberapa pangkalan, termasuk Erbil AB, Al-Asad AB, dan pangkalan JOC-I (Union III) di Bagdad.

Khawatir negaranya akan menjadi ajang perang regional, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia’ Al Sudani bulan ini mengatakan bahwa Baghdad sedang mencari jalan keluar dari koalisi pimpinan AS. AS telah menekankan bahwa militernya hadir di negara tersebut atas undangan pemerintah.

3. Suriah

Iran mempunyai kehadiran langsung di Suriah, di mana Pasukan Quds, unit elit IRGC yang menangani operasi luar negeri, dikerahkan ketika konflik bersenjata pecah tahun 2011 dan Teheran berjuang untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad. Personilnya bertugas sebagai penasihat militer dan berjuang di garis depan untuk Assad.

Suriah juga menjadi tuan rumah bagi Brigade Zainabiyoun dan Fatemiyoun, milisi Syiah yang terkait dengan IRGC dan diyakini merekrut pejuang Afghanistan dan Pakistan.

AS memiliki 800 pasukan di Suriah sebagai bagian dari misi berkelanjutan untuk mengalahkan ISIS. Sebagian besar pasukan AS ditempatkan di tempat yang oleh para pejabat militer disebut sebagai “Kawasan Keamanan Suriah Timur,” di mana AS mendukung Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang anti Assad.

Ada juga kehadiran pasukan AS di tenggara Suriah, tempat AS mendukung Tentara Bebas Suriah, yang juga menentang rezim Suriah. Rezim menganggap AS sebagai penjajah.

Pasukan AS di Suriah makin sering diserang oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran dalam beberapa pekan terakhir. AS membalasnya dengan serangan udara.

4. Yaman

Inti dari konflik proksi antara Iran dan AS saat ini adalah pemberontak Houthi di Yaman, yang telah meningkatkan serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Serangan itu dilakukan sebagai bentuk balas dendam terhadap Israel atas perang mereka di Gaza.

Kelompok ini saat ini menguasai Yaman Utara, dan terlibat dalam pertempuran selama hampir delapan tahun dengan koalisi yang didukung AS dan Arab Saudi sebelum akhirnya pertempuran tersebut diakhiri tahun lalu.

Senjata-senjata Houthi yang diproduksi di dalam negeri sebagian besar dirakit dari komponen-komponen Iran yang diselundupkan ke Yaman dalam bentuk potongan.

“Namun kelompok tersebut kemudian melakukan modifikasi progresif yang menghasilkan perbaikan besar secara keseluruhan,” kata seorang pejabat yang akrab dengan intelijen AS kepada CNN sebelumnya.

Militer AS menempatkan kapal perang di Laut Merah, lepas pantai Yaman, tempat mereka menyerang sasaran Houthi. Pada bulan Desember, AS membentuk koalisi lebih dari 20 negara untuk menjaga lalu lintas komersial dari serangan Houthi di Laut Merah.

5. Gaza

Jalur Gaza yang terkepung adalah rumah bagi kelompok milisi Hamas, yang diyakini Israel memiliki sekitar 30.000 pejuang sebelum perang. Hamas didirikan pada tahun 1987, dan pada tanggal 7 Oktober melancarkan serangan terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 lainnya.

Tidak seperti sekutu Teheran lainnya di kawasan, Hamas adalah organisasi Muslim Sunni, bukan organisasi Syiah. Walau begitu, Iran telah membangun hubungan yang lebih dekat dengan kelompok tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Tidak ada bukti bahwa Iran mengetahui sebelumnya tentang serangan 7 Oktober. Namun AS percaya bahwa Iran secara historis telah memberikan hingga US$ 100 juta (Rp 1,58 triliun) per tahun dalam bentuk dukungan gabungan kepada kelompok militan Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ).

Di sisi lain perbatasan, Israel adalah penerima bantuan militer AS terbesar. Washington telah menyumbang lebih dari US$ 130 miliar bantuan sejak berdirinya negara Yahudi tersebut pada tahun 1948.

6. Negara-negara Teluk dan Turki

Meskipun perang Israel-Hamas belum meluas ke negara-negara Teluk Arab, beberapa dari mereka merasa rentan karena telah menjadi sasaran kelompok-kelompok yang terkait dengan Iran sebelumnya. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab diserang oleh Houthi masing-masing pada tahun 2019 dan 2022.

Negara-negara Teluk yang merupakan sekutu Washngton juga merupakan rumah bagi penempatan pasukan AS terbesar di dunia. Pentagon memiliki sekitar 13.500 pasukan AS di Kuwait, yang merupakan kehadiran militer AS terbesar di kawasan tersebut.

Kehadiran militer AS terbesar kedua di kawasan ini adalah di Qatar, yang menampung sekitar 10.000 pasukan AS di Pangkalan Udara Al-Udeid, pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah yang juga merupakan rumah bagi Markas Depan Komando Pusat AS dan Markas Besar Komando Pusat AS.

Qatar memelihara hubungan dengan Hamas, setelah menjadi tuan rumah kantor politiknya di ibu kota Doha sejak 2012.

Lebih dari 2.700 tentara AS ditempatkan di Pangkalan Udara Pangeran Sultan di Arab Saudi. UEA menampung 3.500 personel militer AS di Pangkalan Udara Al Dhafra, yang merupakan rumah bagi Pusat Perang Udara Teluk.

Pusat kehadiran militer AS lainnya termasuk Bahrain, yang menjadi tuan rumah Komando Pusat Angkatan Laut AS dan merupakan rumah bagi Armada Kelima Angkatan Laut, dan Yordania, yang menampung sekitar 3.000 tentara AS. Turki menampung 1.465 anggota militer di pangkalan udara Incirlik.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Bocoran Jokowi: Perang Gaza Tak Bisa Stop dalam Waktu Dekat!

(fab/fab)