Kondisi Haiti Makin Gawat, Bos Gangster Tolak Tawaran Damai

17 March 2024, 8:20

Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang bosĀ gangster yang kuat di Haiti menolak upaya negara-negara asing untuk membuat peta jalan pemilu dan jalan menuju perdamaian ketika negara tersebut semakin terjerumus ke dalam kekacauan yang disertai kekerasan.
Haiti telah diwarnai konflik bersenjata yang menguasai sebagian besar ibu kota menyusul pengunduran diri Perdana Menteri Ariel Henry.
Para pemimpin regional Komunitas Karibia dan Pasar Bersama (CARICOM) mengadakan pertemuan darurat pekan lalu untuk membahas kerangka kerja transisi politik, yang didesak oleh Amerika Serikat untuk “dipercepat” ketika geng-geng tersebut menimbulkan kekacauan di ibu kota, Port-au- Prince, di tengah pemilu yang berulang kali ditunda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kami tidak akan mengakui keputusan yang diambil CARICOM,” kata Jimmy “Barbecue” Cherizier, mantan petugas polisi yang gengnya menguasai sebagian besar wilayah Port-au-Prince, dilansir oleh Al Jazeera.

Kelompok hak asasi manusia menuduh aliansi gengnya melakukan kekejaman, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan.
“Saya akan mengatakan kepada politisi tradisional yang duduk bersama CARICOM, karena mereka pergi bersama keluarga mereka ke luar negeri, kami yang tinggal di Haiti harus mengambil keputusan,” kata Cherizier, diapit oleh anggota geng yang mengenakan masker.
Dia menambahkan bahwa dia menolak rencana pembentukan dewan transisi yang terdiri dari partai-partai politik di negara tersebut.
“Bukan hanya orang-orang bersenjata yang telah merusak negara, tapi juga para politisi,” tambahnya.

Amerika Serikat dan negara-negara Karibia telah mendorong usulan dewan tersebut untuk menunjuk perdana menteri sementara yang baru dan menyusun peta jalan bagi pemilu.
Cherizier dan aliansi geng Keluarga G9 dan sekutunya telah menjadi kontributor utama meningkatnya kekerasan dan ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun di Port-au-Prince.
Mereka memblokir terminal bahan bakar, bentrok dengan geng saingannya, dan menggunakan kekerasan untuk memperkuat kekuasaan mereka di wilayah yang mereka kuasai, sehingga memaksa ribuan warga Haiti meninggalkan rumah mereka.
Cherizier – yang berada di bawah sanksi PBB, AS, dan negara-negara lain – menjadi penyebab gelombang kerusuhan baru di Port-au-Prince ketika ia menyerukan pengunduran diri Henry.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Perang Gangster Haiti Makin Mencekam, Rumah Sakit Mau Tumbang

(haa/haa)

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi