Kisah Sprinkler Tak Sanggup Padamkan Kebakaran Museum Nasional

26 September 2023, 9:39

TEMPO.CO, Jakarta – Kebakaran Museum Nasional Indonesia membuat prihatin banyak pihak, termasuk arkeolog. Perhimpunan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah Jabodetabek pun menggelar diskusi publik untuk mengingatkan kembali pentingnya koleksi museum sebagai jati diri bangsa. Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Fitra Arda menceritakan kembali musibah yang terjadi pada 16 September 2023 itu. Ia memastikan museum memiliki peralatan untuk memadamkan api dan bekerja dengan baik. “Ada sprinkler, tetapi  tidak cukup kuat untuk mematikan api yang sudah sangat besar,” kata dia dalam diskusi di Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum, Jakarta, Senin, 25 September 2023.Menurutnya, faktor lain membuat api bertambah besar seperti angin yang kuat, musim kering serta bangunan sudah berusia 160-an tahun. Ia menyatakan museum memiliki  sprinkler dan bekerja dengan baik.Selain itu,  3 menit setelah kebakaran itu alarm bunyi dan pemadam kebakaran sudah dipanggil. “Pemadam kebakaran memang bagus kerjanya, 10 menit mereka datang,” kata Fitra. Ia menambahkan, saat  pemadam kebakaran sudah bekerja, sprinkler itu nyala, tetapi mengeluarkan semprotan yang kecil.Posisi sprinkler ternyata menjadi kendala, saat ini diletakkan di bawah atap dengan anggapan bahwa angin itu terjadinya di bawah. Maka, sprinkler itu hadapnya ke bawah. Namun yang terjadi saat musibah malam itu api berkobar pada atap, sedangkan sprinkler tidak nyemprot ke atas tetapi ke bawah. Baca juga: Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kisah Guru Besar Unair Jadi Dokter Forensik 18 Tahun, Prediksi Cuaca Jawa BaratCara pemadaman disayangkanIklan

Junus Satrio Atmodjo, anggota Dewan Pengawas IAAI Pusat meyayangkan pemadam kebakaran yang menggunakan alat semprot yang besar demi mencapai api yang berada di atap. Menurutnya, jatuhnya air yang memiliki hentakan yang besar memiliki imbas pada koleksi di museum. “SOP (standar operasional prosedur) mereka memadamkan kebakaran, harusnya mereka menggunakan sprayer. Tapi, ya emergency,” kata Junus.Atap yang terbakar kemudian rubuh dan menarik bagian tembok. Reruntuhan tembok pun bercampur dengan koleksi museum yang tertata di bawahnya. Inilah yang mengakibatkan hingga kini petugas melakukan pembersihan dan pencarian barang yang sudah tidak utuh.Fitra menyatakan banyak masalah yang diamati akibat kejadian ini. Misalnya keberadaaan sprinkler yang ternyata tidak cukup. “Harus ada metode yang lain supaya bisa mematikan api dengan cepat,” jelasnya.Pemadam kebakaran yang menggunakan tekanan tinggi juga menjadi sorotan untuk membuat pedoman. Ia berharap bencana dengan ciri berbeda ditangani denga cara dan alat yang lebih sesuai mengingat adanya objek warisan budaya. Pilihan Editor: Kisah Guru Besar Unair Jadi Dokter Forensik 18 Tahun, Terlibat Kasus Mutilasi Kenjeran Hingga Brigadir JSelalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Partai

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi