Kisah Penemuan Traffic Cone, Kerucut Pembatas Jalur Contraflow saat Mudik dan Arus Balik

13 April 2024, 7:07

TEMPO.CO, Jakarta – Rekayasa lalu lintas kerap dilakukan saat musim mudik dan arus balik. Dalam praktiknya, Korlantas sering menerapkan sistem oneway, ganjil genap, dan contraflow. Praktik tersebut bertujuan agar lalu lintas tetap terkendali dan arus kendaraan lancar  hingga tak macet total.Sebagai contoh, agar pengendara dari arah berlawanan bisa tetap melintas, Korlantas atau pihak terkait akan membuat jalur khusus yang diberi nama contraflow. Jalur tersebut akan memakan salah satu lajur di jalur sebaliknya. Biasanya, lajur tersebut hanya dibatasi dengan traffic cone. Ternyata, pemisah jalur tersebut ditemukan dengan cara yang unik. Setidaknya ada dua klaim penemuan traffic cone. Dikutip dari laman Safety World, seorang pria berkebangsaan Amerika bernama Charles P Rudabarker, yang pertama kali membuat alat ini menggunakan beton dan semen pada tahun 1914. Dia membuat perangkat ini dan menggunakannya di New York.Dilansir dari laman Street Solutions, Charles D. Scanlon, seorang pembuat marka jalan asal Amerika dari Departemen Jalan Raya Los Angeles, diberi penghargaan atas penemuan kerucut lalu lintas. Pada 1940-an, Scanlon menyadari perlunya sebuah alat keselamatan untuk melindungi krunya selama pemeliharaan jalan sekaligus mencegah kendaraan melintasi cat basah saat membuat marka jalan. Terinspirasi dari kerucut lalu lintas karet yang digunakan di pabrik besi cor, ia merancang kerucut lalu lintas pertama. Ciptaan inovatif ini melindungi pekerja jalan dan akhirnya menjadi alat yang tak tergantikan untuk manajemen lalu lintas dan keselamatan di seluruh dunia.Tak puas, Charles D. Scanlon berinovasi dengan membuat penanda jalan berbentuk kerucut berongga menggunakan bahan kulit ban bekas. Tiga tahun setelahnya, Scanlon mematenkan penemuannya sebagai penanda keselamatan yang dapat menahan angin. Penanda tersebut dibuat dari material ringan yang tak mudah rusak jika ditabrak oleh kendaraan. Pada tahun 1947, Interstate Rubber Products Corporation mulai memproduksi traffic cone seperti yang kita kenal saat ini.Dilansir dari Traffic Supply, traffic cone hadir dalam berbagai warna, tetapi yang paling umum adalah oranye terang. Warna oranye dipilih karena sangat mencolok dan kontras terhadap warna abu-abu jalan dan jalan raya. Traffic cone juga dirancang untuk bersifat reflektif, dengan strip putih yang memantulkan cahaya dari lampu depan mobil, menjadikannya lebih terlihat pada malam hari.Bentuk segitiga/kerucut dari traffic cone juga merupakan bagian penting dari desain mereka. Bentuk ini memungkinkan untuk ditumpuk dan diangkut dengan mudah, sambil memberikan stabilitas dan daya tahan. Dasar kerucut diberatkan dan lebih lebar dari bagian atasnya, membuatnya kurang mungkin terjatuh dalam angin kencang atau ketika tidak sengaja tersenggol oleh kendaraan yang lewat.Dalam beberapa tahun terakhir, traffic cone menyertakan fitur-fitur yang meningkatkan fungsionalitas dan fleksibilitas mereka. Beberapa kerucut sekarang dilengkapi dengan pegangan yang membuatnya lebih mudah dibawa dan diangkut. Yang lain memiliki dasar yang dapat diisi dengan pasir atau air untuk memberikan stabilitas tambahan. Saat ini, traffic cone merupakan bagian besar dari keselamatan dan manajemen lalu lintas. Mereka digunakan oleh kru jalan, perusahaan konstruksi, dan penyelenggara acara. Baik untuk mengalihkan lalu lintas, memandu pejalan kaki, menunjukkan zona konstruksi atau bahaya, traffic cone sangat penting untuk menjaga keselamatan orang di jalan, terutama dalam sistem contraflow. Pilihan Editor: 4 Jenis Rekayasa Lalu Lintas yang Diterapkan saat Mudik dan Arus Balik Lebaran 

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi