Jakarta – Guna memastikan tumbuh kembang anak optimal, orang tua tidak boleh hanya berfokus pada kesehatan fisik. Ayah dan Bunda juga harus memperhatikan pemenuhan nutrisi bagi Si Kecil.
Salah satu zat gizi yang tidak boleh dilewatkan yaitu zat besi atau iron (Fe). Mirisnya, 1 dari 3 anak Indonesia dilaporkan mengalami anemia karena kekurangan zat besi. Padahal, mineral ini menjadi elemen penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Melansir laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), zat besi memiliki beberapa fungsi krusial. Zat besi memungkinkan sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh. Di samping itu, jurnal yang dirilis European Food Safety Association (EFSA) menyebutkan mineral ini juga dibutuhkan dalam pembentukan mielin (selubung saraf), yang berfungsi sebagai penghantar impuls saraf.
Seperti diketahui, otak manusia terdiri dari miliaran sel saraf. Tanpa mielin, impuls saraf tidak dapat mengalir secara optimal. Mielin bekerja seperti lapisan pelindung dalam sistem listrik, yang memastikan aliran impuls berjalan lancar dan efisien.
Defisiensi Zat Besi Ganggu Kecerdasan-Hambat Prestasi di Sekolah
Angka kebutuhan rata-rata zat besi harian berbeda-beda, tergantung dengan tingkatan usia anak. Merujuk pada panduan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi usia 6-12 bulan memerlukan zat besi sebanyak 11 mg per hari. Sedangkan dalam standar angka kecukupan gizi (AKG) yang ditetapkan Kemenkes, anak dengan usia di atas 1 tahun rata-rata membutuhkan asupan zat besi sebanyak 7-10 miligram per hari.
Adapun remaja berusia di atas 12 tahun perlu memenuhi kebutuhan rata-rata zat besi paling tidak 11-15 miligram per hari. Jika tidak tercukupi, hati-hati anak bisa mengalami defisiensi zat besi. Kondisi ini tentu perlu diwaspadai, sebab kekurangan zat besi yang tidak diatasi bisa mengganggu kesehatan Si Kecil.
Seperti diketahui, zat besi dibutuhkan untuk berbagai proses seluler di otak yang sedang berkembang, terutama dalam hal memori dan pembelajaran. Asupan zat besi yang tidak mencukupi dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan dan menghambat perkembangan otak.
Penelitian yang dirilis World Nutrition mengungkapkan anak yang mengalami defisiensi zat besi kronis memiliki kemampuan kosakata yang rendah dibandingkan anak dengan status gizi yang baik. Kekurangan zat besi juga bisa menyebabkan anak menjadi sulit berkonsentrasi di sekolah, sehingga prestasinya menurun. Lebih lanjut anak yang pernah mengalami kekurangan zat besi juga menunjukkan nilai motorik dan IQ lebih rendah pada usia 11-14 tahun.
Karena itu sebagai orang tua, Bunda tentu ingin memastikan kebutuhan zat besi bisa terpenuhi, agar perkembangan kognitif anak berjalan lancar. Nah, asupan mineral ini bisa didapat dari berbagai makanan harian Si Kecil, seperti telur, ikan tuna, susu, beberapa sayuran hijau lainnya.
Namun apakah makanan bergizi saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang diperlukan tubuh? Cari tahu langsung dari pakar di acara Mom’s Health Corner yang diselenggarakan pada Kamis, 19 Desember 2024 pukul 14.00 WIB di Habitate, Jakarta. Lewat acara ini, detikHealth bersama Maltofer ingin membagikan edukasi seputar peran penting zat besi dalam perkembangan kognitif anak yang dikemas secara menarik & interaktif.
Mom’s Health Corner bakal menghadirkan para expert, ada dokter spesialis anak dr. Wisvici Yosua Samin, M.Sc., Sp. A serta Vega Karina, momfluencer yang kerap membagikan konten seputar parenting.
Di acara ini, Ayah dan Bunda bisa mengulik bagaimana kaitan anemia atau kekurangan zat besi yang dapat membuat perkembangan kognitif anak menurun, hingga cara mencegahnya khususnya dari 1000 hari pertama kehidupan. Selain itu, orang tua juga akan mendapatkan informasi apakah pemberian makanan sudah dapat memenuhi kebutuhan zat besi Si Kecil, atau perlu suplemen tambahan?
Tentunya ini menarik untuk dibahas, ya. Jadi, jangan lewatkan acaranya! Datang dan saksikan Mom’s Health Corner ‘Peran Zat Besi terhadap Perkembangan Kognitif Anak’ tanggal 19 Desember 2024.
(adv/adv)