Inggris Gelar KTT Mengenai Kecerdasan Buatan

31 October 2023, 9:16

Inggris akan menjadi tuan rumah konferensi yang disebut-sebut sebagai pertemuan puncak pertama yang dihadiri para pemipin dunia dan pengusaha teknologi, mengenai kecerdasan buatan (AI).

Pertemuan yang akan berlangsung selama dua hari pada pertengahan pekan ini, antara lain akan dihadiri oleh Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, Wakil Presiden AS Kamala Harris, Ketua Uni Eropa Ursula von der Leyen, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Pertemuan ini bakal fokus membahas meningkatnya kekhawatiran mengenai implikasi dari apa yang disebut sebagai AI frontier.

Model AI generasi paling canggih ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai segala hal, mulai dari kehilangan pekerjaan dan serangan dunia maya, hingga manusia yang kehilangan kendali atas sistem yang mereka rancang.

Sunak dan para pemimpin lainnya merasa berkepentingan bergabung dengan para pengusaha industri ini dengan alasan bahwa peraturan AI yang ada saat ini kemungkinan besar tidak cukup untuk menghadapi tantangan yang akan ditimbulkannya.

“Visi saya, dan tujuan akhir kami, adalah mengupayakan pendekatan keselamatan yang lebih global di mana kami berkolaborasi dengan mitra untuk memastikan sistem AI aman sebelum dirilis,” kata pemimpin Inggris itu dalam pidatonya minggu ini.

“Kami akan berusaha keras untuk menyetujui pernyataan internasional pertama mengenai sifat risiko-risiko dari teknologi ini,” tambahnya, sambil mengusulkan pembentukan panel ahli internasional serupa dengan yang dibentuk untuk perubahan iklim.

Inggris, yang memprakarsai pertemuan tersebut, bersikeras bahwa mereka mengambil inisiatif atas perintah Presiden AS Joe Biden, dan karena kedua negara memiliki beberapa perusahaan terkemuka di sektor ini.

Namun diingatkan bahwa pemerintah harus mengurangi ambisinya terhadap ide-ide seperti meluncurkan badan pengawas baru di era digital ini.\

Bletchley Park

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni adalah satu-satunya pemimpin dunia, dan satu-satunya pemimpin G7, yang menghadiri konferensi tersebut, yang akan dimulai pada Rabu.

Juru bicara PM Inggris mengatakan kepada wartawan pekan ini bahwa mengumpulkan semua orang yang tepat untuk membahas masalah penting ini merupakan pencapaian yang sangat besar.

KTT ini akan diadakan di lokasi simbolis: Bletchley Park, tempat para pemecah kode terkemuka Inggris memecahkan kode “Enigma” Nazi Jerman, sehingga membantu mempercepat berakhirnya Perang Dunia II.

Mulai dari ponsel pintar hingga bandara, AI sudah ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari, namun kemajuannya semakin cepat seiring dengan berkembangnya teknologi seperti ChatGPT.

“Jelas bagi saya bahwa apa yang akan terjadi pada tahun ini, dalam dua, tiga tahun ke depan, dalam 200 tahun, para sejarawan akan memiliki nama untuk periode ini,” kata Aldo Faisal, seorang profesor AI dan ilmu saraf pada briefing bulan ini.

Meskipun potensi AI menimbulkan banyak harapan, khususnya di bidang kedokteran, perkembangannya masih dipandang tidak terkendali.

Dalam pidatonya, Sunak menekankan perlunya negara-negara untuk mengembangkan pemahaman bersama mengenai risiko yang dihadapi.

Namun, kurangnya pemimpin dunia, khususnya dari negara-negara G7, mendominasi diskusi KTT di Inggris. Menjelang pertemuan tersebut, negara-negara G7 pada hari Senin menyetujui “kode etik” yang tidak mengikat bagi perusahaan yang mengembangkan sistem AI paling canggih.

Di AS, Gedung Putih mengumumkan rencananya untuk menetapkan standar keselamatan penerapan AI yang mengharuskan perusahaan menyerahkan sistem tertentu untuk ditinjau oleh pemerintah.

Dan di Roma, para menteri dari Italia, Jerman dan Prancis menyerukan ‘pendekatan yang ramah’ terhadap inovasi dalam mengatur AI di Eropa, dan mereka juga mendesak lebih banyak investasi untuk mengimbangi Amerika Serikat dan Tiongkok.

Tiongkok akan hadir, namun tidak jelas pada tingkat apa. Situs berita Politico melaporkan pemerintah Inggris mengundang Presiden Xi Jinping, untuk menunjukkan keinginannya agar KTT ini dihadiri perwakilan pemimpin senior.

Namun, undangan kepada Beijing ini menimbulkan keheranan di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara-negara Barat dan tuduhan spionase teknologi.

Meskipun Inggris memandang dirinya sebagai kekuatan pendorong di balik kerja sama internasional dalam bidang AI, penekanannya pada potensi bencana telah mengecewakan beberapa pihak di sektor ini.

Mereka lebih memilih untuk menekankan isu-isu AI yang ada, seperti kurangnya transparansi dalam model yang dirancang oleh perusahaan dan bias ras atau gender, dibandingkan mengkhawatirkan dampaknya secara berlebihan.

Para pengkritik juga mencatat bahwa prinsip-prinsip etika umum yang ingin dibangun Inggris kemungkinan besar akan berbenturan dengan kepentingan laboratorium AI dan raksasa teknologi, yang sebagian besar terdiri dari Tiongkok dan Amerika. Hal ini dinilai dapat membatasi kemungkinan munculnya sesuatu yang berarti dari pertemuan puncak tersebut.

Lebih dari 100 organisasi, pakar dan aktivis Inggris dan internasional menerbitkan surat terbuka pada hari Senin (30/10) kepada Sunak dan mencap pertemuan puncak tersebut sebagai “peluang yang terlewatkan’ dan terlalu disesuaikan untuk kepentingan teknologi besar.

Koalisi tersebut – yang mencakup serikat pekerja, kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International dan komunitas teknologi – memperingatkan “komunitas dan pekerja yang paling terkena dampak AI telah terpinggirkan, dengan undangan yang selektif dan terbatas”. (AFP/M-3)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi