Haiti Mencekam! Bos Gangster Tuntut PM Mundur-Ancam Perang Saudara

7 March 2024, 13:00

Jakarta, CNBC Indonesia – Bos geng Jimmy Chérizier, yang menjadi pemimpin kejahatan di balik pemberontakan geng selama enam hari di Haiti, buka suara terkait situasi di negara Karibia tersebut.
Ia mengklaim negara Karibia itu bisa terjerumus ke dalam perang saudara kecuali pemimpinnya saat ini, yakni Perdana Menteri Haiti Ariel Henry yang tengah diasingkan untuk sementara waktu, mengundurkan diri.
Mengenakan rompi taktis berwarna hijau zaitun dan diapit oleh prajurit bersenjata lengkap dengan balaclava, Chérizier mengatakan kepada wartawan bahwa negaranya sedang menghadapi jurang maut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Haiti akan menjadi surga atau neraka bagi kita semua,” kata Chérizier, seorang petugas polisi yang menjadi pemimpin geng yang memiliki nama samaran Barbecue, seperti dikutip The Guardian pada Kamis (7/3/2024).
“Jika Ariel Henry tidak mengundurkan diri, dan komunitas internasional terus mendukungnya, kita akan langsung menuju perang saudara yang akan berujung pada genosida,” tambah Chérizier.
Selama enam hari terakhir para pejuang geng telah membebaskan ribuan narapidana dari penjara dan menyerbu serta mengepung lokasi-lokasi strategis di ibu kota, Port-au-Prince, termasuk dua bandara, kantor polisi dan sebuah pelabuhan. Hampir semua penerbangan masuk dan keluar dari bandara internasional utama negara itu telah dibatalkan, dan geng-geng melancarkan serangan baru terhadap kompleks tersebut pada Selasa kemarin.
Para pejabat AS mengatakan tidak akan ada tekanan terhadap Henry untuk hengkang, namun Washington memintanya untuk segera menyusun beberapa bentuk rencana transisi menuju pemerintahan demokratis, sehingga menambah tekanan yang datang dari organisasi regional Karibia, Caricom.

Sikap Chérizier terhadap kamera sangat kontras dengan sikap diam Henry dan anggota pemerintahannya yang lemah.
“Ini mengerikan. Sungguh memilukan apa yang sedang terjadi. Dan yang lebih buruknya adalah Anda tidak mendengar sepatah kata pun dari pemerintah,” kata Monique Clesca, seorang penulis dan aktivis politik yang berbasis di Port-au-Prince. Ia menyalahkan kerusuhan tersebut karena tidak adanya tindakan dan ketidakmampuan pemerintahan Henry.
Perdana Menteri Haiti, seorang ahli bedah saraf berusia lanjut yang menjadi penjabat presiden setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada tahun 2021, hampir tidak terlihat sejak pemberontakan geng dimulai. Saat itu dia berada di Kenya dalam upaya untuk mempercepat pengerahan pasukan keamanan multinasional.
Para pejabat AS mengatakan bahwa kunjungan Henry membantu menyelesaikan masalah konstitusional yang menghalangi penempatan pasukan di Kenya, dan bahwa pasukan keamanan bersiaga untuk terbang dalam waktu singkat.
Tidak jelas apakah pesawat tersebut akan diterbangkan ke Haiti dengan transportasi militer AS, dan juga masih belum jelas kapan bandara tersebut akan dinyatakan cukup aman untuk mereka mendarat.
Pada Selasa, setelah berhari-hari spekulasi tentang keberadaannya, Henry dilaporkan berusaha untuk kembali ke Haiti, terbang dari Amerika Serikat ke bandara internasional di Port-au-Prince. Namun, menurut laporan di surat kabar terbesar Puerto Rico, El Nuevo Día, jet pribadi Henry tidak diberi izin untuk mendarat.
Pesawat itu juga dilarang mendarat di negara tetangga Republik Dominika, yang berbagi pulau Hispaniola di Karibia dengan Haiti. Sebaliknya, Henry terpaksa mundur ke ibu kota Puerto Riko, San Juan. Tidak jelas apa yang dia rencanakan selanjutnya.
“Kami akan membiarkan perdana menteri membicarakan rencana perjalanannya,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS kepada El Nuevo Día ketika ditanya tentang niat Henry. “Amerika Serikat tidak memberikan bantuan militer untuk membantu perdana menteri kembali ke Haiti.”
Sementara itu, kantor imigrasi PBB mengatakan pada akhir pekan bahwa setidaknya 15.000 orang telah mengungsi akibat kekerasan.
“Saya tidak punya waktu untuk mengambil barang-barang saya, bahkan celana dalam saya pun tidak,” kata Jasmine, yang menolak menyebutkan nama belakangnya, di tempat penampungan pada Selasa. “Saya tidak tahu harus berbuat apa.”

Kelompok hak asasi manusia Plan International mengatakan banyak yang meninggalkan ibu kota Haiti menuju Artibonite. Secara tradisional ini merupakan wilayah pertanian lumbung pangan Haiti, namun penduduknya kini menghadapi kekurangan pangan karena pertempuran menyebar ke utara.
Berdasarkan penilaian terhadap 500 kesaksian, ditemukan banyak keluarga yang tidak makan selama sehari, lebih dari separuh anak-anak putus sekolah, dan kekurangan uang membuat banyak orang merasa tidak punya pilihan selain bergabung dengan geng. Sekitar 30% hingga 50% anggota geng diperkirakan adalah anak di bawah umur.
Sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada tahun 2021, geng-geng kekerasan telah memperluas kendali atas wilayah mereka. Henry, yang memimpin pemerintahan sementara yang tidak melalui pemilihan umum, telah berjanji untuk mundur pada Februari, namun menunda prosesnya, dengan alasan kurangnya keamanan.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Perang Saudara Tetangga RI: Militer Nyerah-Kapal Perang Dibom

(luc/luc)

Tokoh

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Transportasi