Haiti Chaos! Gangster Kuasai 1 Negara, Rumah Sakit di Ujung Tanduk

18 March 2024, 19:50

Jakarta, CNBC Indonesia – Kondisi sistem kesehatan di Haiti hampir kolaps. Ini disebabkan pemberontakan geng kriminal bersenjata yang memaksa perdana menteri negara itu mengundurkan diri.
Dalam dua minggu terakhir, rumah sakit-rumah sakit dibakar, dokter-dokter dibunuh, dan persediaan medis paling dasar kini habis. Hanya satu rumah sakit umum di ibu kota Haiti yang masih beroperasi. Ini membuat para korban kekerasan tidak mempunyai harapan untuk mendapatkan perawatan medis.
“Sistem pelayanan kesehatan di Port-au-Prince pada dasarnya tidak ada. Segala sesuatunya memburuk dengan cepat,” kata Mackynzie Archer, seorang konsultan yang memberikan masukan kepada LSM medis terkemuka di Haiti, dikutip The Guardian, Senin (18/3/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Merajalelanya perang jalanan telah menyebabkan lonjakan penerimaan pasien darurat karena luka-luka. Di sisi lain, pertumbuhan jumlah korban juga sama seperti jumlah rumah sakit yang tutup.
Beberapa fasilitas, termasuk St Francis de Sales, salah satu pusat perawatan trauma terakhir yang tersisa di Port-au-Price, dan Rumah Sakit Jude-Anne, yang merawat pasien darurat, telah dibakar dan digeledah.
“Mereka mengambil semuanya, ruang operasi, sinar-X, semuanya dari laboratorium dan apotek,” kata dr Ronald V LaRoche kepada New York Times.
“Bayangkan! Mereka mengambil jendela dari rumah sakit! Pintu!”

Bahkan sebelum kerusuhan terjadi, orang-orang bersenjata telah menguasai jalan-jalan utama dan akses ke pelabuhan kota. Kondisi ini menghambat pasokan obat bius, darah, dan oksigen.
“Bukan hal yang aneh bagi pasien untuk menunggu di ranjang rumah sakit untuk operasi rutin selama sebulan karena tidak ada persediaan medis untuk melakukan operasi,” kata Archer.
Petugas kesehatan harus tinggal di rumah untuk menghindari terjebak dalam baku tembak di jalanan atau dibunuh oleh remaja dengan senapan serbu karena memberikan perawatan medis kepada polisi atau anggota geng saingannya.
Dr Nathalie Barthélémy Laurent menjadi korban tewas terbaru di komunitas tenaga kesehatan ketika gerombolan orang bersenjata menyerbu mobilnya dengan peluru di dekat rumahnya di Port-au-Prince.

Di rumah sakit Universitas Negeri Haiti, BBC tidak menemukan staf medis di klinik yang penuh dengan pasien, hanya ada mayat yang dipenuhi lalat yang membusuk di panas tropis.
“Tidak ada dokter, mereka semua melarikan diri minggu lalu,” kata seorang pasien kepada BBC.
Dalam beberapa hari terakhir, pertempuran antara geng-geng bersenjata lengkap dan pasukan keamanan telah melumpuhkan ibu kota Haiti dalam episode kekerasan terburuk yang pernah terjadi di negara Karibia tersebut dalam beberapa dekade.
Para bandit bersenjata menyerang kantor polisi, gedung-gedung pemerintah, dan bandara internasional. Mereka mencapai tujuan mereka Senin lalu ketika Perdana Menteri, Ariel Henry, mengumumkan ia akan mengundurkan diri setelah dewan transisi ditunjuk.
Namun ketika faksi-faksi politik berebut posisi, kekerasan terus berlanjut. Sekitar setengah penduduk Haiti mengalami kelaparan, air dan listrik langka, dan warga sipil terkena peluru nyasar setiap hari.
PBB menyebutkan setidaknya 15.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam gelombang baku tembak terbaru. Ini membuat jumlah total pengungsi internal menjadi lebih dari 360.000.
“Penduduk Port-au-Prince telah menjadi pengembara yang terpaksa, terus berpindah antar lingkungan, mencari perlindungan dengan kerabat atau orang asing, atau tinggal di tempat penampungan sementara,” jelas Laurent Uwumuremyi, direktur Haiti di badan amal Amerika Mercy Corps.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Gangster Kuasai 1 Negara, PM Mundur-Negara Tetangga Turun Gunung

(luc/luc)

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi