Cerita Guru Soal Masa Sekolah Tiga Anak Jokowi di SMPN 1 Surakarta

28 November 2023, 9:29

TEMPO.CO, Solo – Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB saat Tempo tiba di SMPN 1 Surakarta, Senin, 27 November 2023. Suasana tampak ramai dengan siswa-siswi yang baru keluar dari sekolah itu. Jam kepulangan para siswa SMP pada Senin itu memang lebih awal dari biasanya. Sebab, pekan ini sedang berlangsung Penilaian Akhir Semester (PAS) I tahun pelajaran 2023-2024. SMP Negeri 1 Solo sudah cukup lama dikenal publik. Salah satu sekolah favorit di kota berjuluk Kota Bengawan itu pernah menjadi tempat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menimba ilmu. Tak hanya itu, putra-putri Jokowi, yakni Gibran Rakabuming Raka yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Solo, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep pernah bersekolah di sana. Sekolah itu pun kembali mendapat perhatian publik saat riwayat pendidikan Gibran sempat menjadi sorotan selepas putra sulung Jokowi itu resmi mendaftarkan diri sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto yang maju dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) di ajang Pilpres 2024. Tempo pun mencoba mengulik cerita tentang masa lalu Gibran saat menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Solo itu. Sayangnya, guru-guru yang pernah mengajar saat Gibran bersekolah di SMP itu rata-rata sudah purnatugas. Hanya ada satu guru yang sempat mengetahui Gibran semasa masih bersekolah di SMP tersebut, yaitu Koesnaedi Prabowo. Guru mata pelajaran Bahasa Inggris itu juga pernah menjadi wali kelas Kaesang Pangarep.  “Saya mulai ditugaskan di SMP Negeri 1 ini tahun 2001 dan mengajar kelas I atau kalau sekarang disebutnya kelas VII. Saat itu Mas Gibran kelas III dan lulus tahun 2002. Adiknya, Mbak Kahiyang juga bersekolah di sini,” kata Edi, sapaan akrab Koesnaedi saat ditemui Tempo di SMP Negeri 1 Solo. Tentang Gibran, Edi mengakui tidak terlalu mengenal secara pribadi karena tidak mengajar di kelas Gibran. Namun, ia cukup mengenal Kaesang karena pernah menjadi wali kelas putra bungsu Presiden Jokowi itu saat kelas VIII. Ia juga pernah mengajar di kelas Kahiyang tahun 2005-2006. “Kalau untuk Mas Gibran, waktu itu saya belum begitu tahu Mas Gibran karena kan juga tidak mengajar di kelasnya. Pak Jokowi saat itu belum menjadi Wali Kota Solo tapi di SMP 1 beliau sebagai Komite Sekolah. Kalau Kahiyang pernah mengajar di kelasnya kalau tidak salah tahun 2005 atau 2006,” kata Edi.Edi mengatakan Kaesang menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Solo itu mulai 2007. Suami Erina Gudono itu terdaftar di kelas Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang menjadi program unggulan di SMP Negeri 1 pada masa itu. Kelas Kaesang kala itu merupakan angkatan I kelas RSBI dengan jumlah siswa sebanyak 19 orang. “Kalau untuk kepribadiannya, yang saya kenal Kaesang itu anaknya ya baik, ya seperti Kaesang yang sekarang ini lah. Menurut saya dia enggak banyak berubah. Ya suka cengengesan, usil juga ya,” kata Edi. Dari sisi akademis, Edi mengatakan prestasi Kaesang di kelas tergolong sedang. “Untuk akademis dia itu di tengah-tengah lah,” ujarnya.Iklan

Cerita paling berkesan bersama Kaesang saat Edi menjadi wali kelas Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu. Menurut dia, karena siswa-siswi di kelas Kaesang itu rata-rata adalah anak-anak yang suka usil. “Anak-anak (RSBI) itu kadang sudah nyaman di kelas, jadi kalau untuk sosialisasi dengan kelas yang lain memang jarang. Tapi dalam satu kelas interaksi mereka sangat akrab dan memang rata-rata mereka itu anak-anak yang suka usil, terutama yang putra,” kata Edi.Kelas Kaesang yang merupakan kelas RSBI kala itu mendapatkan fasilitas yang lengkap, seperti ruangan yang ber-AC dan komputer. Bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pun menggunakan bahasa Inggris. Pernah suatu ketika, para siswa di kelas Kaesang, termasuk Kaesang sendiri, iseng dengan mengganti sistem operasional komputer di kelas. Mereka mengotak-atik komputer guru dan mengganti operasional komputer ke model yang lebih canggih sehingga membuat guru kesulitan menggunakannya.”Saat itu namanya orang awam (cuma) paham dengan Windows. Anak itu bisa memindah jadi Linux. Jadi kami (guru) enggak bisa menggunakan komputer karena sudah diotak-atik Kaesang dan teman-temannya,” kata Edi sembari tertawa. Cerita lucu lainnya tentang kursi beroda yang tersedia di kelas Kaesang. Kursi itu sering digunakan siswa untuk bergerak atau berpindah tempat ke sana kemari.”Jadi anak-anak itu kalau pindah tempat kemana-mana di dalam kelas itu tidak mau jalan, malah duduk di kursi beroda, digeser kesana-kemari, hingga banyak yang akhirnya rusak, semplok,” kata Edi.Meski begitu, Edi menilai siswa-siswi di kelas Kaesang itu, termasuk Kaesang, sebagai anak-anak yang baik dan cerdas. Selepas lulus dari SMP Negeri 1, Kaesang melanjutkan studi ke Singapura mengikuti jejak kakaknya, Gibran. Saat menjadi wali kelas SMP Kaesang tersebut, Edi kemudian mulai mengenal lebih dekat sosok keluarga Kaesang yang menurutnya memiliki kepribadian yang baik dan sebuah keluarga yang sederhana. Bahkan, Ibu Iriana Joko Widodo masih sempat mengambil langsung rapor Kaesang ke sekolah. Padahal saat itu Joko Widodo sudah menjadi wali kota. Orang tua kaesang juga selalu mendukung kegiatan sekolah.“Pernah siswa satu kelas liburan ke villa milik keluarganya Kaesang. Semua kebutuhan siswa selama liburan itu juga dibantu dari wali murid lainnya. Jadi memang wali murid kelas RSBI sangat mendukung saat itu termasuk keluarga Kaesang,” kata Edi.Pilihan Editor: Kisah Kuswanto Si Manusia Pohon, Guru Penggerak dari Sigi yang Dihadiahi Sepeda oleh Jokowi

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi