Bukan AS-Rusia, Negara Asia Ini Ternyata Raja Nuklir Dunia

31 August 2023, 21:10

Jakarta, CNBC Indonesia – China resmi menjadi raja tenaga nuklir baru di dunia, mengalahkan Amerika Serikat (AS) atau negara-negara Eropa lainnya, seperti Rusia.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mencatat saat ini Beijing memiliki 21 reaktor nuklir yang sedang dibangun yang akan memiliki kapasitas menghasilkan lebih dari 21 gigawatt. Jumlah tersebut berarti dua setengah kali lebih banyak reaktor nuklir yang sedang dibangun dibandingkan negara lain.
“China secara de facto adalah pemimpin dunia dalam teknologi nuklir saat ini,” kata Jacopo Buongiorno, profesor sains dan teknik nuklir di Massachusetts Institute of Technology, kepada CNBC International, Kamis (31/8/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kenneth Luongo, presiden dan pendiri Kemitraan untuk Keamanan Global, organisasi nirlaba kebijakan energi dan keamanan nuklir dan transnasional, juga mengatakan hal senada.
“China adalah pemimpin yang gigih dan terdepan dalam ambisi nuklir global saat ini. China memimpin, bahkan melaju ke depan,” katanya.
Setelah China, India merupakan negara dengan pembangunan nuklir terbesar kedua saat ini, dengan delapan reaktor yang sedang dibangun yang mampu menghasilkan lebih dari enam gigawatt listrik.
Tempat ketiga diduduki Turki, memiliki empat reaktor nuklir yang sedang dibangun dengan perkiraan kapasitas 4,5 gigawatt.
AS saat ini memiliki satu reaktor nuklir yang sedang dibangun, reaktor keempat di pembangkit listrik Vogtle di Georgia, yang akan mampu menghasilkan lebih dari 1 gigawatt.
Meski begitu, armada reaktor nuklir Amerika yang ada saat ini merupakan bukti dominasi AS sebelumnya.
Menurut IAEA, AS memiliki 93 reaktor nuklir yang beroperasi dengan kapasitas menghasilkan lebih dari 95 gigawatt listrik. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan negara lain sejauh ini.
Banyak dari reaktor-reaktor tersebut diperkirakan dapat berfungsi dalam beberapa waktu ke depan, karena reaktor nuklir dapat memiliki izin beroperasi selama 60 tahun dan dalam beberapa kasus hingga 80 tahun, menurut Asosiasi Nuklir Dunia (WNA) dalam laporan terbaru mengenai rantai pasokan nuklir.
Negara dengan reaktor nuklir yang paling banyak beroperasi berikutnya adalah Prancis, dengan 56 reaktor nuklir dan kapasitas pembangkit lebih dari 61 gigawatt. China berada di urutan ketiga dengan 55 reaktor yang beroperasi dan kapasitas lebih dari 53 gigawatt.
“Secara umum disepakati bahwa AS telah kehilangan dominasi globalnya dalam energi nuklir. Tren ini dimulai pada pertengahan tahun 1980-an,” kata Luongo.
China baru saja memulainya ketika industri nuklir AS mulai mengambil alih peran. “Tiongkok mulai membangun reaktor pertamanya pada tahun 1985, tepat ketika pembangunan nuklir AS mulai mengalami penurunan tajam,” tambah Luongo.

Alasan China menjadi pemimpin nuklir yang baru
Tenaga listrik mengikuti permintaan, sehingga reaktor nuklir baru cenderung dibangun di negara-negara dengan pertumbuhan pesat yang membutuhkan tenaga listrik untuk mendorong pertumbuhan mereka.
Menurut laporan rantai pasokan terbaru Asosiasi Nuklir Dunia, meskipun lebih dari 70% kapasitas nuklir yang ada berlokasi di negara-negara yang tergabung dalam Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), hampir 75% reaktor nuklir yang saat ini sedang dibangun berada di negara-negara non-OECD, dan setengahnya berada di China.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi China, produksi energi Tiongkok juga meningkat. Menurut Administrasi Informasi Energi AS, total keluaran energi Tiongkok mencapai 7.600 terawatt jam pada tahun 2020, peningkatan besar dari 1.280 terawatt jam pada tahun 2000.
“Hal yang paling penting adalah memenuhi pertumbuhan permintaan yang luar biasa selama dua puluh tahun terakhir,” John F. Kotek, wakil presiden senior pengembangan kebijakan dan urusan masyarakat dari kelompok advokasi nuklir, Institut Energi Nuklir, mengatakan kepada CNBC. “Jadi mereka tidak hanya membangun banyak nuklir, mereka juga membangun banyak hal.”
Saat ini, menurut Badan Energi Internasional, energi nuklir hanya menyumbang 5% dari total produksi listrik di China, sementara batu bara masih menyumbang sekitar dua pertiga.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Video: Rusia Ancam Kiamat, Perang Nuklir di Depan Mata

(luc/luc)

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi