BMKG Jelaskan Kenapa Modifikasi Cuaca Penting Meski Ada Bibit Siklon

5 April 2024, 17:35

Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bakal melakukan modifikasi cuaca untuk mengantisipasi cuaca ekstrem saat musim libur Lebaran tahun 2024.
Hanya saja, Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai, modifikasi cuaca justru akan memiliki efek samping jika dilakukan saat ini, ketika terjadi gangguan cuaca siklonik.
Merespons hal itu, Plt. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menjelaskan, modifikasi cuaca diperlukan untuk menghalau awan-awan hujan dari lokasi rawan banjir akibat cuaca ekstrem. Hal itu disampaikan saat konferensi pers tentang Prediksi Kondisi Cuaca Jelang Arus Mudik dan Libur Lebaran 2024, Kamis malam (4/4/2024). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Siklon Tropis tidak bisa dihilangkan dengan modifikasi cuaca. Amerika pernah melakukan upaya riset raksasa bertahun-tahun, untuk menghancurkan hurricane, badai, tapi ternyata nggak berhasil. Namun dari situ kita mendapat ilmu sangat banyak,” kata Seto, dikutip Jumat (5/4/2024).
“Awan-awan yang tumbuh akibat Siklon Tropis yang jaraknya cukup jauh dari pusat Siklon Tropis, itu masih bisa diberi perlakukan modifikasi cuaca. Jika awan tumbuh di atas lautan bergerak menuju pusat Siklon Tropis, dan diperkirakan jatuh di atas wilayah rawan banjir, bisa dilakukan modifikasi cuaca supaya jatuh tepat sebelum masuk daerah rawan banjir. Itu masih dilakukan,” jelasnya. 

Seto menambahkan, modifikasi cuaca dipengaruhi oleh seluruh dinamika atmosfer. Termasuk perubahan angin, tekanan, juga kelembapan.
Sebelumnya, Deputi Bidang MeteorologiBMKG Guswanto pada sesi LiveYoutube FMB9IDKominfo, Senin (1/4/2024) mengatakan, salah satu upaya BMKG dalam menghadapi cuaca ekstrem selama periode Hari Raya Idulfitri adalah dengan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
“TMC ini akan dilakukan dalam posisi siaga dan standby on call. Pada prinsipnya TMC ini digunakan untuk menangani kondisi cuaca agar tidak terlalu ekstrem,” kata Guswanto.

Foto: BMKG
BMKG

Pendapat Peneliti BRIN
Sementara itu, Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin meminta agar modifikasi cuaca tidak dilakukan saat gangguan cuaca siklonik melanda Indonesia, seperti saat ini. Modifikasi cuaca dengan menaburkan garam di atas Laut Jawa dikhawatirkan justru akan memicu efek samping.
Hal itu disampaikan Erma saat merespons pertanyaan soal modifikasi cuaca dan kondisi cuaca di wilayah Jawa Tengah menjelang Lebaran 2024. Menyusul, gempuran hujan lebat dan sebelumnya banjir yang melanda wilayah-wilayah di Jawa Tengah, seperti Demak, Kudus, dan Grobogan.

Hanya saja, tegas Erma, imbauan agar tak melakukan modifikasi cuaca itu berlaku rata, tak cuma untuk Jawa Tengah.
“Modifikasi cuaca tidak disarankan pada saat gangguan cuaca siklonik seperti saat ini. Ini berlaku rata. Karena saat ini ada gangguan cuaca siklonik 96S yang berpotensi terus membesar menjadi siklon tropis. Maka seluruh aktivitas konvektif akan ditarik ke arah tenggara,” kata Erma kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (4/4/2024).
“Wilayah yang terdekat mengalami dampaknya adalah dari Bali hingga NTT. Dan secara tidak langsung juga wilayah Jawa, Sumatra, akan terkena efek tak langsungnya berupa angin kencang dan hujan deras yang persisten,” jelasnya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

RI Hujan Lebat-Cuaca Ekstrem Beruntun, BMKG Ungkap Kapan El Nino Habis

(dce/dce)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi