Blak-blakan Menteri Teten Soal Mimpi Negara Maju, RI Sulit Tiru China

8 March 2024, 11:57

Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Koperasi dan Usaha, Kecil, Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki pesimis Indonesia bisa menjadi negara maju dalam waktu 40 tahun seperti halnya China. Ia menyebut negeri tirai bambu itu butuh waktu 40 tahun untuk menjadi negara maju seperti sekarang ini.
Sementara Indonesia sudah 30 tahun masih terperangkap menjadi negara berpendapatan menengah. Menurutnya, RI bakal sulit untuk jadi negara maju di tahun 2034 nanti.
“Indonesia sedang menyiapkan diri untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Selain negara maju, lebih tepatnya negara berpendapatan tinggi. Itu artinya kita dari yang sekarang US$ 4.500 per kapita ke US$ 30.000 per kapita. Kita sudah 30 tahun terperangkap menjadi negara berpendapatan menengah,” kata Teten dalam acara Diskusi Forwakop di Kemenkop UKM, Jakarta, Jumat (8/3/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kalau dari pengalaman China, China itu perlu 40 tahun menjadi negara maju. Kita sudah 30 tahun. Kira-kira bisa nggak nih 2 kali Pilpres atau 10 tahun lagi bisa jadi negara maju? Kalau kita benchmark-nya China gitu 40 tahun, berarti kita 10 tahun lagi bisa nggak?” tukasnya.

Untuk Indonesia mengikuti langkah China, menurut Teten, akan berat. Ia menyebut Indonesia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama dari China untuk bisa menjadi negara maju.
“Ini bayangan saya berat ini, mungkin bisa lebih lama daripada China,” ujarnya.
Oleh karena itu, Teten menilai pembukaan lapangan kerja di Indonesia tidak bisa harus menunggu hadirnya investasi besar dan/atau kedatangan industri dari luar ke Indonesia dulu. Tapi bagaimana Indonesia bisa mulai mengindustrialisasikan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Bangsa yang gagal menjadi negara maju, adalah bangsa yang tidak melakukan transformasi cara produksinya dari cara tradisional dengan produksi menggunakan teknologi, karena itu hilirisasi ini berbicara tentang bagaimana kita bertransformasi menggunakan teknologi produksi yang modern,” tutur Teten.

“Kita membangun rumah-rumah produksi bersama, untuk mentransformasi yang sederhana menjadi alat transformasi yang modern. Kita bangunkan pabrik-pabrik untuk mengolah sumber-sumber daya kita menjadi produksi jadi atau produk hilir, kalau ini terus dilanjutkan kita nanti bisa menghasilkan produk UMKM sekelas industri,” lanjutnya.
Dengan transformasi teknologi produksi yang modern, kata Teten, nantinya UMKM Indonesia tidak hanya menjual keripik skala kecil saja, melainkan bisa membuat dan menjual keripik dengan brand-brand kemasan seperti halnya produk buatan Amerika Serikat (AS) yang mendunia.
“UMKM tidak lagi menjual keripik skala kecil, tapi kita bisa membuat kripik dengan brand kemasan seperti produk Amerika yang ada kumisnya. Nggak apa-apa bikin keripik, tapi skalanya industri, bukan kayak sekarang yang cuma 10-20 kg, karena tidak ada supply bahan bakunya, masih iris-iris pakai tangan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Teten menyebut 97% lapangan kerja di Indonesia berasal dari UMKM, akan tetapi 96% nya masih usaha mikro.
“Mikro itu apa? Omset nya di bawah Rp 2 miliar, tidak produktif, skala ekonomi rumah tangga, informal. Bisa nggak 10 tahun lagi ini diganti jadi pekerjaan yang lebih kuat, seperti di sektor industri dan sebagainya,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

RI Disebut Bisa Gagal Jadi Negara Maju, Ini Kata Airlangga!

(dce)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi