ASIOTI Ungkap Peluang Bisnis dan Tantangan IoT di Indonesia

ASIOTI Ungkap Peluang Bisnis dan Tantangan IoT di Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Internet of Things Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya mengungkapkan perkembangan pasar Internet of Things (IoT) di Indonesia pada tahun ini menunjukkan tren positif. 

Menurutnya, pertumbuhan industri berjalan sesuai dengan ekspektasi dan diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan transformasi digital pada tahun depan.

“Tahun depan tetap diperkirakan tumbuh dengan CAGR 15%,” kata Teguh saat dihubungi Bisnis pada Kamis (6/11/2025).

Meski prospeknya cerah, Teguh menyoroti masih adanya tantangan yang dihadapi dalam implementasi jaringan IoT di Indonesia. Menurutnya salah satu tantangan dalam penerapan IoT di Indonesia terletak pada infrastruktur jaringan, karena penggunaan Wi-Fi dan 4G LTE masih belum masif.

Namun, dia optimistis peluang bisnis IoT di tanah air akan semakin meluas, seiring meningkatnya kebutuhan digitalisasi di berbagai sektor.

“Peluang yang ada saat ini semakin meluas segment-nya, mulai dari perkotaan hingga pedesaan dan dari industri besar hingga kecil dan SME [Small and Medium Enterprises],” katanya.

Sejalan dengan itu, pemerintah juga terus memperluas penerapan IoT di berbagai sektor strategis, termasuk pertanian dan perikanan. Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyebut, pemanfaatan teknologi IoT dan kecerdasan buatan (AI) terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani.

Dalam kegiatan Panen Tani Digital di Desa Padas, Kecamatan Tanon, dan Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Meutya menjelaskan penggunaan IoT dan AI membantu petani padi menghemat penggunaan pupuk hingga 50%.

“Ini mampu mengurangi pemakaian pupuk sekitar 40–50% dengan produktivitas yang juga meningkat,” kata Meutya di Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (5/11/2025).

Tidak hanya untuk tanaman padi, digitalisasi pertanian juga diterapkan bagi petani melon di Desa Padas. Melalui penerapan teknologi IoT, hasil panen melon meningkat hingga 26%, pendapatan naik 44%, penggunaan tenaga kerja berkurang 45%, konsumsi air hemat 15%, serta tingkat kemanisan buah melon meningkat dari 14 menjadi 15 Brix.

Meutya menegaskan pentingnya penerapan teknologi digital yang tidak hanya dinikmati masyarakat perkotaan, tetapi juga memberi manfaat langsung bagi sektor-sektor prioritas pemerintah, seperti pertanian. Menurutnya, kecerdasan artifisial dan sensor IoT mampu membantu petani mengelola lahan secara efisien, mulai dari mendeteksi kebutuhan air, pupuk, hingga memantau suhu lahan.

“Jadi tidak lagi harus para petani ini nungguin sawah-sawahnya selalu, karena aplikasinya bisa diakses dari kenyamanan rumah,” ujarnya.

Program Fasilitasi Pemanfaatan Teknologi Digital di Sektor Pertanian itu memperkenalkan Smart Precision Agriculture berbasis IoT untuk tanaman pangan dan hortikultura. Program ini melibatkan dua startup nasional, yakni PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa dengan perangkat Jinawi yang memberikan rekomendasi pemupukan berbasis data, serta PT Habibi Digital Nusantara, pengembang sistem irigasi otomatis untuk tanaman melon.

Secara keseluruhan, program tersebut melibatkan 32 kelompok tani yang terdiri dari 190 petani dan dijadikan model percontohan nasional penerapan teknologi digital di sektor pertanian.

Selain pertanian, teknologi IoT juga mulai diimplementasikan di sektor perikanan. Dalam kegiatan Panen Raya Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi pada Rabu (15/10/2025), Meutya mengungkapkan penerapan IoT mampu meningkatkan produksi ikan nila hingga 40%.

“Ini adalah bentuk pemanfaatan digitalisasi yang langsung diterapkan dalam use case di lapangan oleh para pembudidaya Ikan Nila,” kata Meutya.

Melalui program Fasilitasi Pemanfaatan Teknologi Digital Sektor Perikanan Budidaya, pemerintah memberikan bantuan sebanyak 60 perangkat IoT Microbubble Aerator kepada 8 kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) di 8 desa dan 4 kecamatan di Kabupaten Sukabumi.

Alat tersebut mampu meningkatkan kadar oksigen kolam hingga 60% dan menghemat pemakaian listrik 40% dibandingkan kincir air konvensional. Teknologi IoT ini juga memungkinkan pembudidaya ikan memantau kondisi kolam secara jarak jauh.

Meutya juga mendorong para pelaku startup untuk berinovasi di sektor-sektor prioritas pemerintah, terutama ketahanan pangan. 

“Ketahanan pangan jadi salah satu yang kita fokuskan. Bagaimana menggunakan teknologi seperti IoT dan kecerdasan artifisial untuk mendukung program-program Asta Cita Bapak Presiden,” tandasnya.