Jakarta –
Kecoak atau lipas, menjadi serangga yang kerap dianggap jorok dan menjijikkan. Kehadirannya mudah ditemui di tempat-tempat yang kotor seperti di bak sampah, saluran pembuangan kamar mandi, got, dan tempat kumuh lainnya.
Kadang, yang bikin orang semakin geli dengan kehadirannya adalah karena serangga ini punya sayap. Setelah hinggap di tempat yang kotor, dia bisa sewaktu-waktu terbang dan hinggap di baju kita.
Kecoak yang punya nama latin Blattaria dan di Jawa disebut ‘coro’, ini juga punya aroma yang khas dari tempatnya bersemayam. Bahkan dalam berbagai penelitian, kecoak membawa banyak kuman. Lalu, dari mana datangnya serangga ini sampai bisa ‘menginvasi’ ke Indonesia? Berikut informasinya, dikutip dari berbagai literatur.
Awal Mula Kecoak Masuk ke Indonesia
Ada lebih dari 4.000 spesies kecoak yang berbeda. 40 spesies di antaranya dianggap sebagai hama, sementara yang lain bermanfaat di lingkungan alami mereka. Di Indonesia, kecoa jerman dan kecoa amerika biasa ditemukan. Penyebutan ini bukan karena negara asalnya ya, melainkan berkaitan dengan nama latin spesiesnya.
Kecoak jerman (Blattella germanica) biasanya menjadi hama di restoran, hotel, dan tempat tinggal. Mereka biasa memilih area yang gelap dan terpencil, seperti di bawah lemari dan di belakang kulkas. Sementara kecoak amerika (Periplaneta americana) yang biasa kita temukan, lebih menyukai lingkungan yang hangat dan lembab seperti saluran pembuangan dan selokan.
Nama kecoak jerman dan amerika pun ada penjelasannya. Pada 1767, ahli biologi Carl Linnaeus mengklasifikasi dan menamakan spesies ini dengan nama Blatta germanica yang diambil dari dua kata.
Blatta adalah Bahasa Latin dari ‘menghindari cahaya’ dan germanica karena spesimen penelitiannya diambil dari Jerman. Genus tersebut kemudian diubah menjadi Blattella untuk mengelompokkan varietas kecoa yang lebih kecil menjadi satu.
Dalam artikel pada laman Science Alert itu, juga disebut kecoak masuk ke Indonesia sekitar 390 tahun lalu. Setelah ditelusuri ilmuwan, kecoak di Indonesia berasal dari timur India dan Bangladesh.
Theo Evans, Associate Professor of Applied Entomology di University of Western Australia dan Qian Tang, Research Associate in Evolutionary Biology dari Harvard University melakukan penelitian soal kecoak jerman lebih lanjut. Mereka mengambil sampel dari 281 kecoak dari 17 negara di seluruh dunia.
Mempelajari sekuens DNA yang dikenal dengan SNPs (single nucleotide polymorphisms), Evans dan Tang menggunakan sampel dari 17 negara yang tersebar di enam benua. Tujuannya satu, mencari tahu bagaimana kecoak jerman bisa tersebar dari tanah aslinya di India, ke seluruh dunia.
Gelombang migrasi pertama muncul dari Teluk Benggala sekitar 1.200 tahun yang lalu dan bergerak ke arah barat. Kemungkinan besar kecoak tersebut menumpang bersama para pedagang dan tentara Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah yang sedang berkembang.
Dampak Keberadaan Kecoak
Penjelasan Evans dan Tang sangat spesifik. Artinya, awal mula kecoak ada di Indonesia adalah sekitar 390 tahun lalu, terbawa dari kapal VOC dan EIC yang berlayar dari India ke Indonesia.
Penelitian juga menemukan bahwa kecoak jerman tiba di Eropa sekitar 270 tahun yang lalu. Kecoak jerman kemudian menyebar dari Eropa ke seluruh dunia sekitar 120 tahun lalu. Ekspansi global ini sejalan dengan catatan sejarah spesies baru ini di berbagai negara.
Kecoak bukan hanya menjadi hama, tetapi juga ancaman bagi kesehatan manusia. Laman Illinois Departement of Public Health, menyebut kecoak membawa patogen penyakit. Seperti berbagai bakteri yang menghasilkan keracunan makanan pada manusia dengan mencemari makanan, piring, dan peralatan lainnya.
Dikutip dari laman Healthline yang telah diverifikasi Debra Sullivan, Ph.D, kecoak membawa bakteri yang dapat menyebabkan salmonella, stafilokokus, dan streptokokus jika mereka mencemari makanan. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO juga menjelaskan kecoak dikenal berperan sebagai pembawa penyakit usus, seperti disentri, diare, kolera, dan demam tifoid.
Selain itu, kecoak juga menyebabkan reaksi alergi dan asma. Bahayanya lagi, kecoak punya reproduksi yang cepat terutama pada kecoak jerman. Jumlah telurnya relatif besar yakni 30-48 per kapsul telurnya, sehingga populasi kecoak bisa terbangun dengan cepat.
Nah, itulah tadi pengetahuan singkat tentang sejarah asal usul kecoak dan dampak buruk dari tingginya populasi. Semoga menambah informasimu, ya!
(aau/fds)