Anak Muda Tidak Punya Waktu Banyak

19 July 2023, 22:40

Warta Ekonomi, Jakarta –
Berkembangnya media baru (new media) membentuk perilaku audiens yang berbeda. Seorang praktisi media sekaligus CEO & Co-founder R66 Media, Helmy Yahya, mengatakan penonton media baru cenderung tidak memiliki banyak waktu. Oleh karena itu, stasiun TV kini menayangkan program siaran mereka di media digital. 

“Di dunia new media gitu, ya penontonnya anak muda yang tidak punya waktu banyak, ya mereka menonton 1-2 menitan. Mereka tidak terlatih tuh menonton program satu jam, di selang iklan, waktunya juga,” ungkap Helmy dalam video berjudul “Begini Nasib Media Konvensional Menurut Helmy Yahya” di kanal YouTube Indrawan Nugroho yang dilansir pada Rabu (19/7/2023). 
Baca Juga: Mengelola Sumber Daya Kelompok Milenial, Komisaris BTN: ‘Pakai Manajemen By Objective’

Helmy mengambil contoh perusahaan media Kompas yang transisi ke YouTube. Kompas mengunggah berita-beritanya ke kanal YouTube-nya. Kemudian, Emtek membuat Vidio.com yang dapat menjadi alternatif untuk tayangan bola. 
Helmy menganggap strategi-strategi dan inisiatif dari perusahaan media tersebut dapat bersaing satu sama lain untuk merebut perhatian penonton di Indonesia. 
“Tinggal kita lihat siapa yang sukses, siapa yang bisa membuat strategi yang tepat untuk memenangkan kompetisi. Itulah memang tantangannya,” tambahnya. 
Helmy juga sempat bercerita soal transisi format televisi di Indonesia, mulai dari analog, free to air (FTA), hingga digital. Ia justru menyarankan stasiun-stasiun televisi di Indonesia perlu menjadi stasiun yang hybrid, yakni tetap mempertahankan FTA tetapi juga membuat versi digital. 
“Paling hybrid-lah, free to air-nya akan tetap ada, kemudian yang digitalnya, new media-nya akan makin membesar apalagi sekarang digabung dengan AI. Jadi tinggal mereka hitung-hitung biaya untuk TV itu kan,” jelas Helmy. 
Baca Juga: Mengenali Kelebihan Platform Media Sosial dan Marketplace untuk Promosi Bisnis
Helmy juga sempat menyinggung soal kue iklan yang makin mengecil di stasiun televisi. Hasilnya, mereka perlu semakin kreatif untuk membuat program, namun tetap menghemat biaya. 

“Kalau kue iklannya makin mengecil, mereka harus munculkan dengan ide-ide yang mungkin biayanya masih bisa masuk, kalau menurut saya. Kalau [FTA] mati total terutama untuk Indonesia, rasanya nggak,” tutupnya pelan.
Baca Juga: Prabowo Akan Head to Head dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi