Tiga Hari Mengikuti Langkah Kaki Gibran di Afrika Selatan
Tim Redaksi
JOHANNESBURG, KOMPAS.com
– Minggu (23/11/2025) pagi di Johannesburg terasa cukup sejuk, meski matahari Afrika Selatan sudah memantul terang dari balik jendela restoran hotel.
Dari salah satu sudut restoran, rombongan wartawan Wakil Presiden (Wapres)
Gibran Rakabuming
memulai hari dengan sarapan sebelum mengantar orang nomor dua di Indonesia menuju hari kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
G20
.
Ketika jarum jam tangan menunjuk ke angka 08.15 WIB, seorang staf Sekretariat Wakil Presiden mengarahkan kami untuk sarapan bersama Gibran di ruangannya.
Rasa senang dan kaget bercampur aduk karena kami mendapat bisa makan satu meja dengan Wakil Presiden RI di tengah kesibukannya menghadiri sesi ketiga
KTT G20
, yang akan berlangsung dalam beberapa jam.
Suasana di ruang sarapan berlangsung akrab dan cair karena memang ini bukan pertama kalinya Gibran makan bersama para awak media.
Di ujung meja makan, Gibran menyantap sepiring menu sarapan sederhana tapi mengenyangkan yang tersaji di depannya. Ada telur, kentang, hingga buah-buahan.
Kami para wartawan disuguhi roti hingga brownies dan segelas air putih. Bukan karena dibedakan, tetapi karena kami memang sudah sarapan sebelum dipanggil ke ruangannya.
Suara gesekan piring dan alat makan ikut meramaikan perbincangan ringan antara rombongan wartawan dan Wakil Presiden. Percakapan berlangsung hangat dengan ekspresi santai.
Satu jam berlalu tanpa terasa di ruang makan Wakil Presiden RI. Mengkhiri percakapan di pagi itu, kami pun berfoto bersama sebagai kenang-kenagan dari momen penting ini.
Begitu tiba di lobi hotel tempat Gibran dan rombongan bermalam, para staf hotel sudah berbaris untuk memberi semangat sekaligus melepas keberangkatan Gibran menuju venue KTT G20.
Lantunan “Shosholoza”, lagu khas Afrika Selatan bergema memenuhi ruangan lobi hotel saat Gibran lewat untuk berangkat ke forum KTT G20.
Gibran ikut tepuk tangan bersama para staf hotel yang melantuntan lagu “Shosholoza”. Perpaduan suara indah mereka berpadu tepuk tangan dan iringan alat musik pukul memberikan semangat di Minggu pagi yang dingin.
Ada sorotan mata antusias yang terpancar dari mata para staf hotel ketika melihat Gibran ikut menikmati lagi yang dinyanyikannya.
Baru setelah itu Gibran berjalan menuju mobil dinas yang telah menunggu.
Pukul 09.40 waktu setempat, eks Wali Kota Solo itu pun bertolak ke Johannesburg Expo Centre, yang merupakan lokasi KTT G20.
Suasana KTT G20 hari ketiga tidak jauh berbeda dari sebelumnya di mana awak media dari berbagai penjuru dunia hanya bisa meliput dari Media Center yang disediakan.
Dari layar televisi besar, kami menyaksikan Gibran menyampaikan pidato ketiganya di KTT G20 2025.
Pidato ketiga Gibran menyampaikan pandangannya soal perkembangan
artificial intelligence
(AI) serta mineral kritis. Ia juga menyoroti kesenjangan digital yang masih hanya dkuasai segelntir pihak.
“AI akan menentukan kekuatan ekonomi selama beberapa dekade mendatang. Namun hari ini, manfaatnya masih sangat timpang, terkonsentrasi di segelintir perusahaan dari beberapa negara maju,” ujar Gibran dalam bahasa Inggris di hadapan kepala negara G20.
Pada intinya, pidato Gibran menekankan perlunya kerja sama global untuk memastikan teknologi AI memberi manfaat luas dan bukan justru memperlebar jurang ketimpangan.
G20 harus bisa memastikan bahwa AI menjadi kekuatan yang inklusif.
Inklusivitas itu dapat terwujud dengan tata kelola yang etis dan akses yang setara, sehingga para inovator dapat mengakses kumpulan data, sistem pelatihan, dan platform global.
“Indonesia percaya bahwa transisi inklusif dimungkinkan, dan oleh karena itu kami mendukung kesepakatan kerja warga negara G20 untuk upah yang adil, kesetaraan gender, pelatihan keterampilan ulang, dan perlindungan sosial,” ujar Gibran.
Sesi KTT berlangsung padat meski selesai lebih cepat dari sesi pertama dan kedua. Pertemuan bilateral juga digelar dengan Wakil Kanselir Republik Federal Jerman, Lars Klingbeil di sela kegiatan KTT hari terakhir.
Berbagai isu strategis dibahas utamanya soal penguatan kerja sama industri hilir, kerja sama industri pertahanan, pendalaman kemitraan politik, serta optimalisasi kerja sama Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA).
Selepas memberikan pidato dan menggelar pertemuan, Gibran menyempatkan diri mengunjungi Media Center, yang lokasinya cukup jauh karena berbeda gedung dari area ruang konferensi.
Ini langkah yang jarang dilakukan pejabat tinggi dalam agenda dengan pengamanan ketat seperti ini.
Panasnya terik matahari tidak menyurutkan langkah Gibran menyapa rombongan media yang ikut mengawalnya untuk pidato perdana di forum internasional.
Tidak sendirian, Gibran mendatangi wartawan dengan didampingi Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arrmanatha Christiawan Nasir, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono, serta Plt. Dirjen Protokol dan Konsuler/Kepala Protokol Negara (KPN), Andy Rachmianto.
Di halaman belakang Media Center KTT G20, rombongan media sudah bersiaga menunggu Gibran dan para menteri dan wakil menteri (wamen) datang ke area Media Center.
Ada beberapa media yang belum siap saat Gibran datang, tetapi ia dengan sabar menunggu kami memasang kamera dan alat untuk melakukan sesi wawancara.
“Ayo aturlah, atur,” ujar Gibran mempersilahkan kami mengatur posisi kamera dan tempatnya berdiri saat sesi wawancara.
Kami pun menyarankan Gibran dan rombongan melakukan sesi wawancara di depan logo KTT G20.
Di bawah sinaran matahari siang yang menyengat, ia menjawab satu-satu pertanyaan yang kami tanyakan.
Selama sesi wawancara, ia menegaskan kehadirannya di KTT G20 di Afrika Selatan ini tidak tiba-tiba, melainkan penugasan resmi dari Presiden RI Prabowo Subianto.
Gibran diminta untuk mewakili Prabowo dalam forum internasional tersebut.
“Ini adalah penugasan dari Bapak Presiden untuk mewakili beliau di G20 Summit yang sangat bersejarah, pertama kalinya diadakan di Afrika,” ujar Gibran.
Ia juga merangkum agendanya selama tiga hari berada di Afrika Selatan. Sejak mendarat pada 21 November 2025, Gibran dan rombongan langsung melakukan pertemuan Indonesia-Africa CEO Forum. Di hari kedua dan ketiga, Gibran menghadiri tiga sesi KTT G20 serta beberapa pertemuan bilateral.
Gibran menyampaikan hasil kunjungan kerja luar negerinya ini akan segera dilaporkan ke Kepala Negara.
“Hasil rapat segera kita
follow up
dan kita laporkan ke Pak Presiden begitu nanti kita sampai di Tanah Air,” ujar Gibran.
Selama kunjungannya ini, Gibran berpesan ke dunia untuk mempertegas posisi Global South atau kelompok negara-negara berkembang di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin. Indonesia juga mendorong keadilan ekonomi global.
Lewat pidato perdananya, Gibran menekankan bahwa setiap negara berhak untuk menentukan arah pembangunannya.
“Yang namanya kerja sama
partnership
harus mensejahterakan, harus memberdayakan. Seperti yang saya sampaikan kemarin, tidak boleh mendikte dan tidak boleh membuat ketergantungan,” tegasnya.
Forum KTT G20 pada 23 November lalu menjadi puncak forum internasional di Afrika Selatan. Ini juga menjadi hari terakhir Gibran menginjakan kaki di tanah Afrika.
Dari venue KTT, rombongan pun bergerak ke Masjid Ud-Dhuha, Johannesburg. Masjid putih sederhana itu tak begitu besar, namun halaman depannya dipenuhi jemaah dan santri yang telah mengetahui kedatangan Wapres RI.
Di masjid tersebut, Gibran menunaikan salat zuhur bersama para jemaah warga negara Indonesia dan warga setempat.
Selepas ibadah, Gibran duduk berbincang dengan para santri untuk membahas pandangan mereka tentang Indonesia.
Tiba-tiba tawa Gibran dan para santri serta rombongan di lokasi pecah saat mendengar suara celetukan anak kecil.
Anak laki-laki itu yang meneriaki ayahnya karena tidak sabar melihat Wakil Presiden RI. Suasana pun menjadi semakin cair dan hangat.
“Bapak
cepetan
, adik mau ketemu Presiden!” teriak anak tersebut diikuti tawa seisi ruangan.
Tidak cuma anak kecil tersebut, antusiasme para WNI dan warga lokal di lokasi ikut meramaikan kunjungan Gibran ke masjid tersebut. Gibran turut meladeni satu per satu ajakan foto.
Selesai kegiatan dari masjid, rombongan lalu kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak sambil menunggu pesawat disiapkan.
Hanya sekitar satu jam istirahat di hotel. Tepat pukul 17.00 WIB, rombongan sudah harus kembali melakukan perjalanan menuju Bandar Udara Internasional OR Tambo.
Iring-iringan mobil dinas Wapres RI ini pun bergegas menyusuri jalan-jalan raya di kota terbesar Afrika Selatan.
Pasukan jajar kehormatan sudah berbaris rapi di sekitar tangga masuk pesawat kepresidenan saat rombongan mobil dinas Gibran masuk area bandara.
Pukul 17.30 waktu setempat atau pukul 22.30 WIB, pesawat lepas landas menuju Jakarta, menempuh perjalanan udara hampir 11 jam.
Jari tangan para pewarta tidak pernah berhenti mengetik sejak perjalanan menuju KTT G20 hingga menaiki pesawat. Sebagian dari kami juga terus mengetik saat mengudara untuk melaporkan kegiatan-kegiatan selama ada di Afrika Selatan.
Pesawat rombongan mendarat mulus di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pukul 09.40 WIB. Udara Jakarta yang jauh lebih lembab dan panas dibanding angin dingin Johannesburg, mengakhiri perjalanan perdana Wapres Gibran di panggung internasional.
Lewat kunjungan yang singkat namun padat tersebut, kami menyaksikan langsung bagaimana Gibran menyampaikan suara Indonesia di forum global, mempererat hubungan bilateral, menunjukkan komitmen diplomasi yang lebih inklusif, serta membangun kedekatan dengan WNI di Afrika Selatan.
Jurnalis
Kompas.com
Rahel Narda Chaterine ikut serta di dalam kunjungan kerja rombongan Wapres Gibran di Afrika Selatan.
Ikuti laporan langsung tentang kegiatan Wakil Presiden Gibran
di sini
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tiga Hari Mengikuti Langkah Kaki Gibran di Afrika Selatan Nasional 25 November 2025
/data/photo/2025/11/23/6922ca413a701.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)