Jakarta, CNBC Indonesia – Perang Dagang ‘season’ 2 presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya segera dimulai. Meski Trump baru akan dilantik awal 2025, ia sudah mengumumkan akan menjatuhkan sanksi kenaikan tarif impor ke tiga negara.
Ketiga negara itu adalah China, sekutu AS Kanada dan Meksiko. Ia berjanji segera mengenakan tarif setelah dilantik 20 Januari.
Khusus China, ia mengatakan akan memberi tarif tambahan sebesar 10% sementara khusus Kanada dan Meksiko akan ada kenaikan tarif 25%. Hal ini dikatakannya di akun media sosial Truth Social miliknya.
Awalnya, ia mengatakan akan menaikkan tarif untuk Kanada dan Meksiko. Setelahnya, ia menegaskan yang sama ke China, menyinggung penyelundupan fentanil, obat yang kerap disalahgunakan di AS dan menjadi penyebab kematian overdosis, bahkan hingga 70.000 orang di 2021.
“Pada tanggal 20 Januari, sebagai salah satu dari banyak ‘Perintah Eksekutif’ pertama saya, saya akan menandatangani semua dokumen yang diperlukan untuk mengenakan tarif 25% pada Meksiko dan Kanada, pada SEMUA produk yang masuk ke Amerika Serikat, dan Perbatasan Terbuka yang konyol,” tulisnya, dikutip AFP, Rabu (27/11/2024).
“Akan mengenakan tarif sebesar 10%, di atas tarif tambahan apa pun, pada semua produknya yang masuk ke AS sebagai tanggapan atas kegagalannya dalam mengatasi penyelundupan fentanil,” ujarnya lagi merujuk China.
Tarif merupakan bagian penting dari agenda ekonomi Trump. Politisi Partai Republik itu berjanji untuk mengenakan bea masuk yang luas kepada semua negara saat ia sedang berkampanye menjelang kemenangannya pada tanggal 5 November.
Banyak ekonom telah memperingatkan bahwa tarif akan merugikan pertumbuhan dan mendorong inflasi. Pasalnya tarif tersebut, terutama dibayarkan oleh importir yang membawa barang ke AS, sering kali membebankan biaya tersebut kepada konsumen.
Namun, mereka yang berada di lingkaran dalam Trump bersikeras bahwa tarif merupakan alat tawar-menawar yang berguna bagi AS untuk digunakan guna mendorong mitra dagangnya agar menyetujui persyaratan yang lebih menguntungkan. Termasuk untuk mendatangkan kembali pekerjaan manufaktur dari luar negeri.
Respons China, Kanada dan Meksiko
Sementara China memperingatkan AS. Negeri itu mengatakan tak akan ada yang menang dalam kebijakan “perang dagang”.
“China percaya bahwa kerja sama ekonomi dan perdagangan China-AS saling menguntungkan,” tegas China melalui juru bicara kedutaan besar di AS, Liu Pengyu.
“Tidak seorang pun akan memenangkan perang dagang,” tambahnya.
Ia pun menjelaskan bahwa China sebenarnya sudah memerangi perdagangan fentanil, yang termasuk narkoba itu, dengan pemerintah Presiden AS saat ini Joe Biden. Bahkan kesepakatan sudah dibuat.
“Pihak China telah memberi tahu pihak AS tentang kemajuan yang dibuat dalam operasi penegakan hukum terkait AS terhadap narkotika,” kata Liu lagi dimuat The Guardian.
“Semua ini membuktikan bahwa gagasan China dengan sengaja membiarkan prekursor fentanil mengalir ke Amerika Serikat sepenuhnya bertentangan dengan fakta dan kenyataan,”tambahnya.
Kanada sendiri berusaha meredam dampak ancaman Trump yang bisa menjadi bencana ekonomi di negara itu. Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau mengatakan bahwa ia telah melakukan percakapan yang “baik” dengan Trump segera setelah pengumuman presiden terpilih tersebut pada Senin malam.
“Kami berbicara tentang bagaimana hubungan yang intens dan efektif antara kedua negara kita saling terjalin, serta beberapa tantangan yang dapat kita atasi bersama,” kata Trudeau kepada wartawan di Ottawa.
Hal sama juga dibenarkan seorang sumber senior pemerintah. Bahwa kedua pemimpin tersebut telah melakukan “percakapan yang produktif dan konstruktif yang berfokus pada perdagangan dan keamanan perbatasan” dan berjanji “untuk tetap berhubungan”.
Trudeau juga telah membentuk tim menteri untuk melobi anggota parlemen AS dan anggota lingkaran dalam Trump. Sekitar 1,9 juta orang di Kanada bergantung pada perdagangan.
Di sisi lain, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan bahwa tarif impor yang diusulkan oleh Trump tidak akan menghentikan migrasi ilegal atau perdagangan narkoba yang menuju AS. Paman Sam, kata dia, selama ini memang merupakan tujuan utama.
“Presiden Trump, bukan dengan ancaman atau tarif fenomena migrasi akan dihentikan, begitu pula konsumsi narkoba di Amerika Serikat,” katanya kepada wartawan, membacakan surat yang akan dikirimnya kepada Trump yang berisi usulan dialog.
“Kerja sama dan saling pengertian diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut dan perang tarif hanya akan membahayakan perusahaan-perusahaan umum,” tambahnya.
Ia menunjuk produsen mobil seperti General Motors dan Ford. Keduanya beroperasi di Meksiko demi keuntungan kedua negara.
“Mengapa mengenakan pajak kepada mereka yang membahayakan mereka? Itu tidak dapat diterima dan akan menyebabkan inflasi dan kehilangan pekerjaan di Amerika Serikat dan Meksiko,” tambahnya.
(sef/sef)