Surabaya (beritajatim.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan akan memberikan dukungan moril dan materiil kepada Nur Ahmad (16), warga Surabaya, yang selamat dari insiden ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, meskipun harus kehilangan lengan kirinya.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan bahwa saat ini pihaknya telah memberikan pendampingan psikis kepada Nur Ahmad dan keluarganya agar bisa segera pulih dari trauma.
“Setelah psikis ini nanti dikurangi (pulih) bisa kembali normal, baru kita lakukan pendampingan yang untuk lainnya,” kata Eri Cahyadi, Selasa (14/10/2025).
Menurut Eri, bentuk dukungan yang diberikan tidak hanya bersifat sementara, tetapi juga berkelanjutan. Ia menegaskan Pemkot akan memastikan pendidikan dan masa depan Nur Ahmad tetap terjamin meski mengalami kondisi disabilitas.
“Seperti ini kan dalam keadaan tidak normal. Maka pekerjaannya harus segera dipikirkan juga. Bagaimana dia tetap bisa sekolah sampai dia lulus dan dia setelah itu bekerja. Nanti kita diskusikan dengan keluarganya,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, peristiwa runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, terjadi pada Senin (29/9/2025) sore. Musibah tersebut menelan puluhan korban jiwa saat ratusan santri tengah menunaikan salat ashar berjemaah di gedung yang diketahui masih dalam tahap pembangunan.
Berdasarkan data Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) per Selasa (9/10/2025), total korban yang ditemukan berjumlah 171 orang, terdiri dari 104 orang selamat dan 67 orang meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, delapan korban ditemukan dalam kondisi tidak utuh.
Sementara itu, dari 67 korban meninggal dunia, baru 55 di antaranya berhasil diidentifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur. [rma/beq]
